Setelah kejadian itu, Diana masih berbaring di tempat tidur dengan tubuh yang lemah. Diana masih syok, bayangan-bayangan ketika orang-orang mati di hadapannya terus menguasai pikirannya. Untungnya kandungan nya baik-baik saja. Ia hanya perlu istirahat dan menenangkan pikiran saja.
"Nana rindu ayah," lirih Diana dengan mata sudah memerah.
"Apa ayah baik-baik saja? Ayah, Nana akan keluar dari sini dan menemui ayah. Nana janji akan menemui ayah hari ini juga, tunggu Nana, ayah." Perlahan mata Diana tertutup, sepertinya wanita itu akan tertidur dalam keadaan perasaan yang buruk.
Di sisi lain.
Xeon sudah berada di kamar Nathan, hari ini ia akan menemani tuannya untuk memantau secara langsung transaksi organ di sebuah pulau pribadinya.
"Anda sudah selesai, tuan?" tanya Xeon menatap sang tuan yang sudah rapi walau hanya memakai celana pendek dan kaos lengan pendek saja.
Nathan tak menjawab atau menatap Xeon, ia hanya berjalan keluar dari kamar menuju parkiran.
Sesampainya di parkiran, Nathan langsung masuk ke dalam mobilnya begitu juga dengan Xeon. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju dermaga, kali ini Nathan lebih memilih akan naik kapal daripada helikopter. Ia ingin menenangkan pikirannya dengan berlayar di laut sejenak.
Sesampainya di dermaga, Nathan tak menghiraukan siapapun yang menyambut nya. Ia hanya diam dan memilih masuk ke dalam kapal.
Setelah dirasa cukup, kapal pun berlayar menuju pulau pribadi Nathan, tempat ia melakukan transaksi berbahaya seperti organ tubuh, dan obat-obat terlarang. Lain hal nya jika itu transaksi senjata atau sejenisnya, ia akan melakukan nya di tempat berbeda.
(Adegan di pulau sudah author skip karena terlalu lama proses review nya, wkwkwkwk.)
******
Malam harinya.
Di mansion.
Diana berusaha mencari jalan keluar, ia tak akan menyerah. Kali ini ia harus bisa menemukan pintu keluar.
Ada beberapa pelayan yang Diana tanyai dimana letak pintu keluar, tapi mereka hanya bungkam. Aneh nya mereka hanya tak menjawab jika Diana menanyai prihal pintu keluar, tapi jika Diana bertanya hal lain mereka akan menjawab.
"Hei girl, apa yang kau lakukan di sana?" tanya Rayyan sedari tadi memperhatikan Diana yang hanya berputar-putar saja.
Diana menoleh ke arah sumber suara, wajahnya seketika pucat melihat siapa yang berdiri di dekatnya. Bukankah dia adalah si pembunuh itu, empat nyawa sudah dihilangkan dengan sesuka hatinya hari ini.
"Kau bisu?: tanya Rayyan mendekat.
"Jangan mendekat! Kau itu kotor," tegas Diana dengan mata membesar.
Bukannya takut, Rayyan justru tertawa karena ia seperti sedang di gertak oleh gadis kecil yang imut.
"Aku sudah mandi, mana mungkin kotor."
"Bukan tubuhmu yang kotor, tapi jiwa mu. Jiwamu kotor," ucap Diana membuat Rayyan kembali tertawa.
"Apa kau melihat arwah bergentayangan di dekat ku?" ledek Rayyan.
"Mereka sangat banyak, sudah terlalu banyak orang yang kau bunuh di rumah ini. Mereka bisa membunuhmu nanti," ucap Diana dan sekali lagi Rayyan menanggapi itu dengan tawanya yang menjengkelkan.
"Benarkah? Mana mereka? Coba minta mereka untuk melukaiku, hehehe. Mereka sudah mati dan tak akan bisa menyentuhku, gadis kecil." Rayyan menyeringai tipis.
"Memang mereka tak bisa menyentuhmu apalagi melukai mu, tapi percayalah mereka bisa membuat batin mu tersiksa, tak akan ada ketenangan di hati mu." Rayyan langsung terdiam dan menatap Diana intens.
"Berapa usia kandungan mu?" tanya Rayyan mengalihkan pembicaraan.
Diana mengangkat tangannya lalu menunjukkan enam jari.
"Tepat enam bulan?"
Diana menggelengkan kepalanya.
"Enam bulan lebih," jawab Diana.
"Siapa namamu?" tanya Rayyan baru ingat jika ia penasaran dengan nama wanita hamil di depannya ini.
"Diana, boleh panggil Nana," jawab Diana membuat Rayyan terkekeh geli.
"Nama yang cantik, lalu dimana suamimu? Mengapa kau bisa berada di sini?" tanya Rayyan semakin penasaran.
Diana tampak terdiam dan tak berniat untuk menjawab pertanyaan dari Rayyan.
"Rayyan," panggil Xeon yang baru saja tiba di mansion bersama dengan Nathan.
Diana membalikkan tubuhnya menatap siapa yang datang, dua laki-laki tak berperasaan rupanya.
Nathan menatap ke arah Diana lalu berjalan ke arah wanita itu. Diana pun memundurkan langkahnya karena takut, apalagi melihat sorot mata laki-laki yang berjalan mendekati nya itu.
Bruukkk.
Diana menabrak tubuh Rayyan yang ada di belakangnya, kini ia berada di antara dua laki-laki bringas.
"Apa kau melihat nya?" tanya Nathan mendekatkan wajahnya membuat Diana semakin takut.
"Si-siapa?" tanya Diana gugup.
"Wanita itu."
Diana pun mencoba memutar otaknya, mengingat wanita mana yang di maksud laki-laki di depannya ini.
"Jawab!" bentak Nathan keras membuat Diana terkejut.
Diana mengedarkan pandangannya, terlihat Xeon menyilang kan tangannya pertanda agar Diana mengatakan tidak. Tapi, Diana tak mengerti maksud dari Xeon.
"Iya," jawab Diana membuat Xeon membelalakkan matanya.
"Dimana? Sedang apa dia?" tanya Nathan tak sabaran.
"Di sana," tunjuk Diana pada sudut rumah.
"Dia menangis," lanjut Diana membuat Nathan memundurkan langkahnya lalu menatap tempat yang Diana tunjuk.
Nathan memilih bungkam dan berjalan menuju kamarnya. Sepeninggalan Nathan, Xeon dan Rayyan saling tatap. Sebuah tatapan kekhawatiran.
"Entah apa yang akan terjadi besok," ucap Xeon dan Rayyan serentak membuat Diana kebingungan.
Memangnya apa yang akan terjadi besok?
_
_
_
_
_
_
_
_
Ceritanya agak sensitif yah, area orang dewasa. Jangan terlalu di paksakan kalau gak sanggup baca🥰
Semangat untuk kalian dan untuk author juga yah💪💪
Semoga sehat-sehat selalu🌹
Typo bertebaran di mana-mana harap bijak dalam berkomentar yah.
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Nanda Lelo
kok aku yg dag Dig dug ya
2023-01-17
0
epifania rendo
Diana diam saja kalau di tanya
2022-09-24
0
Theas Dheas
tak apa tor...ceritamu...serasa q baca cerita horor dan trailer secara bersamaan...epik
2022-09-17
0