Diana masih berdiri di depan kamar Nathan, bukan karena ingin meminta makan, melainkan karena tak tau harus kemana lagi.
"Ayah," lirih Diana bingung.
Ia pun memaksakan kakinya melangkah ke sembarang arah berharap ada seseorang yang mau menolongnya untuk keluar dari rumah besar ini.
"Kemana wanita tadi?" gumam Diana bingung. Ia tahu, wanita tadi bukanlah manusia, tapi mengapa wanita itu menuntun Diana ke kamar laki-laki pemarah dan kini malah menghilang.
"Sebenarnya aku ini berjalan kemana? Ayah, Nana bingung mau kemana, Nana harap ayah masih bersabar menunggu Nana," lirih Diana lelah berjalan hingga memasuki sebuah ruangan yang luas dan dipenuhi dengan foto-foto.
Diana berpikir bahwa ini adalah bagian tengah rumah karena luas dan juga ada sofa di sana.
Diana mengedarkan pandangannya, hingga terhenti pada sebuah foto besar yang terpajang di dinding.
"Bukankah itu wanita yang tadi," gumam Diana memandangi foto wanita yang tersenyum bersama seorang pria dan juga anak laki-laki.
Banyak sekali foto serupa yang ada di dinding, apa ini benar-benar ruang tengah atau malah ruang lainnya yang Diana tak tau.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya seseorang membuat Diana berbalik dan kembali memundurkan langkahnya.
Mengapa ada laki-laki itu dimana pun Diana berada.
"Aku...
"Jangan bilang kau tersesat lagi!" sinis Nathan berjalan masuk dan mendekat ke arah Diana.
"Iya, aku tersesat. Rumahnya besar sekali, aku ingin pulang dan bertemu ayah ku," ucap Diana menundukkan kepalanya.
Nathan semakin dekat hingga tangannya menggapai Diana, lebih tepatnya leher Diana. Nathan mencekik wanita hamil itu dengan kuat.
"Kau lancang sekali!" tekan Nathan terus mencekik leher Diana membuat wanita itu tak bisa bernafas.
"Pertama kau menghentikan mobil ku, lalu masuk ke dalam kamar ku, setelah itu masuk ke ruang keluarga ku! Apa hak mu, ha!" hardik Nathan melepaskan cekikan nya sekaligus mendorong tubuh Diana hingga jatuh ke lantai.
Diana memegangi lehernya yang sakit, ia menggeleng-gelengkan kepalanya karena pusing.
"Aku benar-benar tersesat, aku minta maaf. Aku ingin pulang," ucap Diana memohon sembari mengatupkan kedua tangannya.
"Tuan, apa yang anda lakukan?" tanya Xeon yang sedari tadi mencari-cari keberadaan tuan nya, ternyata tuan nya berada di ruang keluarga.
Xeon melirik Diana yang masih berlutut mengatupkan kedua tangannya, tak ada rasa iba sedikit pun untuk wanita hamil itu. Hanya ada rasa penasaran tentang apa permasalahan nya.
"Apa yang anda lakukan, nona? Mengapa anda berlutut?" tanya Xeon. Ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi, makanya ia bertanya bukan karena iba atau ingin menolong Diana.
"A-aku tadi tersesat dan tidak sengaja masuk ke kamar tuan ini. Aku minta maaf, aku hanya ingin keluar dan pulang. Ayah ku sudah menungguku," jawab Diana jujur.
"Mengapa anda bisa tersesat? Kalaupun tersesat mengapa bisa masuk ke kamar tuan muda? Bukankah itu aneh?" tanya Xeon malah semakin memperburuk suasana.
"Wanita yang ada di foto itu menuntunku ke sana, aku pikir itu pintu keluar," jawab Diana yang sudah menangis karena takut.
"Wa-wanita mana maksud anda?" tanya Xeon gugup apalagi melihat ekspresi tuannya.
"Yang ada di foto itu, dia menuntunku ke kamar bukan keluar rumah," jawab Diana.
"A-apa yang anda katakan, nona. Mana mungkin orang meninggal menuntun anda," tanya Xeon menelan ludah kasar.
"Aku mengatakan yang sejujurnya, aku tau dia bukan manusia, dia adalah roh. Aku tau itu," ucap Diana semakin membuat Xeon terkejut begitu juga dengan Nathan, namun ekspresi wajah laki-laki itu masih datar.
"Anda bisa melihat arwah? Lalu dimana nyonya besar berada sekarang?" tanya Xeon.
Diana tampak kebingungan sembari menatap kesana-kemari.
"Di sana," tunjuk Diana pada sebuah kursi yang berada di ujung ruangan.
Sontak Xeon dan Nathan menoleh ke arah kursi itu, mereka tak dapat melihat apapun di sana.
"Dia tersenyum," lanjut Diana menatap sosok wanita yang duduk di kursi ujung ruangan.
Nathan terus menatap kursi yang di tunjuk Diana, matanya seperti menyiratkan sebuah harapan besar akan kehadiran seseorang yang begitu berharga.
Namun, sekeras dan selama apapun ia menatap kursi itu, tak ada tanda-tanda keberadaan seseorang di sana. Apa ia bisa percaya dengan omong kosong seperti itu.
Nathan pun menatap tajam ke arah Diana lalu pergi meninggalkan ruang keluarga itu.
"Mari ikut saya, nona." Diana pun berdiri dan memilih mengikuti Xeon.
Ternyata Xeon kembali menuntun Diana ke kamar tamu.
"Mengapa ke kamar ini lagi, tuan? Aku ingin pulang," tanya Diana bingung.
"Anda akan pulang setelah mendapatkan izin dari tuan muda, selama tuan muda belum memberikan titah pengusiran maka anda akan tetap berada di sini!" tekan Xeon mendorong Diana untuk kembali masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintu.
"Tapi aku ingin bertemu ayah ku, buka pintunya!" teriak Diana sembari menangis. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bagaimana jika ayahnya menunggu di sana? Mengapa ia malah terjebak di rumah besar bersama orang-orang aneh? Ia ingin pulang.
*****
Kamar Nathan.
Nathan tampak duduk di tepi ranjang sembari menatap ke depan. Ia masih memikirkan perkataan Diana tadi.
"Dia tersenyum? Bagaimana bisa?" gumam Nathan meremas sprei dengan kuat.
"Tak mungkin dia tersenyum saat dirinya sendiri terluka!"
"Itu tidak mungkin!"
"Tuan."
Dorr!
"Arghhhh!" Xeon memegangi lengannya yang baru saja terkena peluru dari pistol tuannya. Ini berarti suasana hati tuannya sedang buruk. Ia harus lebih berhati-hati lagi.
"Kumpulkan para anak buah yang lemah di halaman belakang lalu bunuh mereka di hadapanku!" titah Nathan.
"Baik, tuan."
"Dan bawa wanita tadi ke halaman belakang juga, dialah penyebab semua ini, jadi biarkan dia menyaksikan ulah dari perkataannya tadi!"
"Baik tuan."
"Tunggu apalagi? Lakukan sekarang!" teriak Nathan membuat Xeon langsung mengangguk dan keluar dari kamar Nathan.
Buruknya suasana hati sang tuan Albert pastinya akan memakan beberapa korban yang tak bersalah.
Itulah mengapa, orang-orang harus pandai menjaga lidah dan tingkah lakunya saat berada di sekitaran sang tuan Albert.
Jika mereka memang masih ingin hidup
_
_
_
_
_
_
_
_
Typo bertebaran di mana-mana harap bijak dalam berkomentar yah.
Jangan lupa beri dukungan 🌹
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Lisa Halik
huhuh..kesian diana
2024-05-10
0
Nanda Lelo
d tunggu jaman tobatmu y Albert
2023-01-17
0
epifania rendo
kasian juga orang tidk bersalah jadi korban
2022-09-24
0