Malam masih berlanjut, mobil Nathan akhirnya tiba di kawasan mansion. Para penjaga langsung membukakan pintu mobil, menyambut sang tuan yang keluar dan kemudian berjalan ke dalam mansion.
"Hei, kau! Gendong wanita ini dan letakkan dia di kamar tamu!" titah Xeon pada dua bodyguard wanita. Dua wanita itu mengangguk dan mengangkat tubuh Diana yang sudah tertidur pulas menuju kamar tamu.
Di dalam kamar Nathan.
Laki-laki itu kini berada di kamar mandi untuk berendam sejenak. Bau amis darah masih tercium di tubuhnya karena ia baru saja menghabisi nyawa rekan bisnisnya yang membangkang.
Setelah di rasa cukup, Nathan memilih menyudahi berendam nya lalu keluar dari kamar mandi.
"Anda ingin sesuatu, tuan?" tanya Xeon yang sedari tadi setia berdiri menunggu sang tuan.
"Tidak."
Xeon pun mengangguk lalu pamit undur diri, ia sudah menyiapkan baju tidur untuk Nathan agar tuannya itu lekas beristirahat.
"Tuan, wanita tadi siapa?" tanya pak Hans pada Xeon yang baru saja keluar dari kamar Nathan.
Xeon mengangkat kedua bahunya pertanda bahwa ia juga tidak tau, ia pun melangkahkan kakinya keluar dari mansion. Ia akan beristirahat malam ini, ia ingin berendam dengan air hangat yang wangi.
Terserah dengan apa yang akan dilakukan tuannya terhadap wanita tadi, ia tak akan peduli.
Di dalam kamar.
Nathan membaringkan tubuhnya di atas ranjang lalu mencoba menutup matanya. Banyak sekali masalah yang bermunculan dalam hidupnya meski ia berhasil menghadapi masalah itu.
"Sembunyilah, nak! Jangan keluar dari sini!"
Nathan membuka kembali matanya, sepertinya malam ini ia akan sulit tidur. Bayangan masa lalu itu akan terus menghantuinya, rasa bersalah karena tak bisa menjadi laki-laki kuat dan menyelamatkan orang tercintanya perlahan akan menggerogoti ketenangan nya.
Nathan menekan tombol di samping tempat tidurnya.
"Buatkan aku teh!"
Setelah itu, Nathan memilih duduk di balkon sembari menunggu teh hangat nya datang. Ia akan berada di sana dalam beberapa jam kedepan.
****
Keesokan paginya.
Di kamar tamu.
Diana sudah bangun dari tidurnya, ia menatap sekelilingnya yang begitu asing. Kamar yang mewah dan juga besar, bahkan kasur yang ia tiduri sangatlah empuk.
"Selamat pagi, nona." Beberapa pelayan masuk ke dalam kamar sembari membawa sarapan untuk Diana. Mereka belum tau, siapa wanita hamil yang ada di mansion tuan mereka.
Mereka hanya melayani saja, takutnya wanita yang ada di hadapan mereka adalah kekasih sang tuan. Bisa hilang nyawa mereka jika tak melayani wanita tuannya.
"Silahkan, nona. Selamat menikmati." Setelah mengatakan itu, para pelayan pun pergi meninggalkan Diana sendiri di dalam kamar.
"Banyak sekali roh di sini," gumam Diana menatap sekelilingnya.
"Tapi mereka seperti tersiksa, tubuhnya berdarah-darah." Diana merinding karena melihat penampakan yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
Perutnya terasa mual hingga ia tak berselera untuk makan.
"Aku harus mencari ayah, para preman itu pasti sudah mati. Ayah pasti sedang menunggu ku," gumam Diana berdiri dan berjalan keluar dari kamar.
Saat ia berada di luar kamar, kepalanya pusing melihat rumah yang begitu banyak lorong nya. Sebesar apa rumah yang tengah ia tempati ini? Dimana pintu keluarnya?
Diana berjalan menelusuri lorong demi lorong hingga ia berputar-putar di tempat yang sama. Rasanya ia sangat lelah dan butuh air minum.
"Kemana tadi perempuan yang mengantarkan makanan? Mengapa rumah ini terasa sangat sepi."
Diana mengedarkan pandangannya hingga bertemu dengan sesosok wanita yang tersenyum ke arahnya.
Wanita itu tampak berjalan seperti ingin menuntun Diana ke sebuah tempat. Diana pun memilih mengikuti wanita itu, mana tau wanita itu akan menuntunnya ke arah pintu keluar.
Hingga Diana berhenti pada sebuah pintu yang ukurannya besar, mungkin ini adalah pintu keluar. Tapi, kenapa pintunya berada di lantai atas? Bukankah pintu keluar harusnya berada di lantai bawah.
Diana mencari-cari dimana keberadaan wanita tadi, tapi ia tak menemukan wanita itu lagi.
"Apa benar ini pintu keluar? Rumahnya besar sekali yah, sampai aku tak tau dimana pintu keluar." Diana meraih gagang pintu lalu mencoba membuka pintu besar itu.
Ternyata pintunya tidak di kunci, Diana pun membuka lebar pintu itu yang ternyata adalah pintu sebuah kamar yang besar nan mewah.
Klek.
Terdengar suara senjata yang di siapkan untuk segera menembak seseorang.
"Siapa kau?" tanya Nathan menodongkan senjatanya tepat ke arah kepala Diana.
Laki-laki itu tengah sarapan lalu terganggu dengan kehadiran Diana yang masuk ke kamarnya sembarangan. Padahal sebelumnya, tak ada yang berani masuk ke dalam kamar sang tuan Albert tanpa izin dari si empunya.
"A-aku, Nana. Maksud ku, Diana."
Nathan tampak berjalan mendekati Diana dengan masih menodongkan senjatanya ke arah wanita hamil itu.
"Berani sekali kau masuk ke kamar ku!"
Kini ujung pistol sudah menempel di kening Diana membuat wanita itu ketakutan.
"A-aku sedang mencari pintu keluar, tadi ada wanita yang menuntun ku kemari," ucap Diana mencoba menjelaskan kesalahpahaman. Ia takut di bunuh atau di perkosa lagi.
"Keluar!" tekan Nathan memajukan langkahnya lalu mengarahkan pistol itu ke perut Diana.
Diana pun memundurkan langkahnya hingga keluar dari kamar Nathan.
Melihat itu, Nathan langsung menutup pintunya dengan keras membuat Diana terkejut dan mengelus dadanya.
"Dia sangat mengerikan," gumam Diana bergidik ngeri.
_
_
_
_
_
_
_
_
Jangan lupa beri dukungan 🌹🌹
Typo bertebaran di mana-mana harap bijak dalam berkomentar yah.
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Nanda Lelo
yg bingung kyknya roh
2023-01-17
1
epifania rendo
banyak rohnya karena banyak orang yang nathan bunuh
2022-09-24
0
Oi Min
Yg nuntun Diana hantu ye......
2022-07-12
0