Bab 4. Tragedi.

2 Minggu Kemudian.

Diana dan pak Amar sudah berada di rumah setelah pulang dari pemakaman umum. Hari sudah menjelang malam, mereka memilih membersihkan diri lalu beristirahat. Tak ada makanan malam ini karena bagi keluarga pak Amar, makan hanya ada di waktu siang dan sore saja. Setelah itu, lebih baik berhemat daripada memuaskan *****.

Diana membaringkan tubuhnya di atas kasur lipat yang baginya begitu nyaman. Perlahan tangannya membelai perut besar yang tak lama lagi akan melahirkan seorang anak.

Pikiran Diana benar-benar kacau, darimana ia mendapatkan uang untuk biaya persalinan nya nanti. Darimana ia mendapatkan uang untuk menghidupi anaknya nanti. Tak mungkin ia terus berharap pada sang ayah yang sudah tua dan sakit-sakitan.

"Bisakah kau mati saja," gumam Diana mengelus perutnya.

"Bukan aku tak sayang padamu, tapi aku tak punya uang untuk menghidupi mu. Seharusnya kau sadar diri bahwa kehadiran mu begitu menyusahkan," lanjutnya mencoba menutup matanya. Hari ini ia sangat lelah, ia membantu ayahnya membersihkan beberapa makam yang sudah lama di biarkan begitu saja.

"Diana," panggil pak Amar mengetuk pintu kamar Diana.

"Iya ayah." Diana keluar dari kamar dan menatap sang ayah yang tampak ketakutan.

Pak Amar memberikan Diana belati yang di berikan Nathan padanya dua Minggu lalu membuat Diana kebingungan.

"Lari!" titah pak Amar pelan.

"Ada apa? Mengapa Nana harus lari?" tanya Diana ikut panik.

"Ambil ini," ucap pak Amar memberikan satu kantong plastik warna hitam. Diana melihat isi kantong itu, ternyata ada uang di sana.

"Apa ini, ayah? Ada apa sebenarnya?" tanya Diana sudah dibaringi tangis.

"Lari lah, nak. Kau berhak hidup bahagia. Ayah akan menyusul mu nanti, bahaya sedang mengejar mu. Mereka datang," jawab pak Amar mencium kening anaknya lalu memeluk keluarga satu-satunya itu.

"Nana akan pergi jika itu bersama ayah, Nana tidak akan meninggalkan ayah," tolak Diana tak ingin meninggalkan sang ayah. Lebih baik mati bersama daripada harus selamat, namun mengorbankan nyawa sang ayah.

"Ayah berjanji akan menyusul mu, nak. Sayangilah dirimu dan juga anak mu," ucap pak Amar penuh permohonan.

Tok

Tok

Tok

"Pak Amar!"

"Diana, ayah mohon lari lah!"

"Nana tidak mau, Nana akan tetap di sini bersama ayah."

"Ayah mohon, nak. Ayah mohon," tangis pak Amar berlutut.

"Ayah, jangan seperti itu. Ayo kita lari bersama," tangis Diana panik apalagi mendengar pintu yang sudah di gedor-gedor.

"Ayah tidak bisa lari, nak. Kaki ayah tak mampu berlari kencang, ayah mohon pergilah dari sini dan hiduplah," pinta pak Amar memohon agar putrinya pergi.

"Tapi..

"Keparat! Pintunya di kunci, hancurkan saja rumah ini dan bawa wanita itu, bunuh si tua itu dan ambil organ nya lalu kita jual putrinya."

Mendengar itu, pak Amar semakin panik. Ia pun menarik tangan Diana menuju pintu belakang rumah.

"Untuk kali ini ayah memohon padamu, lari lah! Jangan menjadi beban ayah lagi, ayah lelah! Lari, Diana!"

"Tapi ayah harus berjanji akan menyusul Nana, Nana akan menunggu ayah di kota seberang, berjanjilah." Pak Amar menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Diana.

"Ayah bersyukur karena memiliki mu, hiduplah untuk ayah."

Setelah mengatakan itu, pak Amar menutup pintu lalu membiarkan Diana di luar.

Takut akan ketahuan, Diana berlari sekencang-kencangnya, ia akan menunggu ayahnya di kota seberang. Ia akan hidup demi sang ayah.

Sepeninggalan Diana, pintu rumah pak Amar sudah rusak dan para preman itu sudah masuk.

Pak Amar memegang sebuah korek api sembari menatap para preman itu.

"Hei tua bangka! Dimana putri mu?" tanya salah satu dari mereka. Pak Amar memilih diam saat para laki-laki itu bertanya dan memporak-porandakan rumah nya.

"Bau apa ini?"

"Bau minyak tanah," gumam mereka.

Pak Amar menghidupkan korek api lalu membuangnya ke sembarang arah, api mulai menyebar dengan cepat karena pak Amar sudah menuangkan minyak tanah itu ke seluruh rumahnya sebelum ia membangunkan Diana.

"Api!" teriak mereka.

"Aku tidak akan membiarkan putriku dalam bahaya, lebih baik aku mati. Mari kita mati bersama-sama."

Para preman itu kocar-kacir ingin keluar dari rumah, namun pak Amar berusaha menahan mereka. Jika mereka kabur, maka usaha nya akan sia-sia dan putrinya masih dalam bahaya.

"Lepaskan aku!" teriak ketua preman berusaha melepaskan pelukan pak Amar.

"Aku tidak akan melepaskan mu, aku ingin kau mati dan tak mengganggu putri ku!" balas pak Amar.

"Hei, kalian! Cepat singkirkan bajingan ini!" teriak ketua preman itu pada tiga anak buahnya yang sudah berhasil keluar dari rumah pak Amar.

"Maaf bos, kami memilih untuk hidup daripada harus mati menolong mu," ucap mereka tertawa sinis.

"Sialan kalian, penghianat! Arghhh!"

Rumah terbakar dengan cepat karena rumah pak Amar terbuat dari kayu. Api itu melahap rumah sekaligus pak Amar dan juga ketua preman itu.

Para warga satu persatu datang untuk melihat bukan untuk memadamkan api. Api akan padam sendiri nanti, pikir mereka.

"Ayo kita cari wanita itu," ucap salah satu preman yang selamat dari kebakaran itu.

Mereka pun meninggalkan lokasi kebakaran lalu pergi mencari Diana. Wanita hamil itu pasti belum terlalu jauh meninggalkan lokasi.

Di sisi lain, Diana terus berlari menyusuri jalanan sepi dan gelap. Hanya ada lampu jalan yang sudah berkedip-kedip sebagai penerang untuk Diana.

"Ayah, Nana lelah." Diana menghentikan larinya sekejap untuk mengatur nafasnya.

"Ke arah mana aku harus berlari?"

"Berhenti kau!" teriak para preman itu yang ternyata sudah berada di lokasi yang sama dengan Diana.

"Ayah!" teriak Diana berlari sekuat tenaganya.

"Sialan! Kejar dia! Dia adalah sumber uang untuk kita!"

Diana merasa udara semakin menipis, ia terus berlari dan berlari hingga melihat sebuah mobil dari arah depan.

Diana berlari ke tengah jalan lalu mencoba menghadang mobil yang ingin melintas itu.

Di dalam mobil.

"Tuan, ada seorang wanita di depan," ucap Xeon menatap sang tuan sesekali yang tengah menutup matanya.

"Tabrak saja."

Sudah jelas itulah jawaban dari tuan nya, tapi Xeon bukanlah orang yang terlalu kejam apalagi pada seorang wanita.

Xeon menghentikan mobil itu membuat Nathan membuka matanya.

"Wanita itu sedang hamil, tuan. Sepertinya dia sedang di kejar oleh penjahat," ucap Xeon.

Tok

Tok

Tok

"Tuan, tolong saya." Diana mencoba meminta tolong dengan mengetuk-ngetuk kaca mobil.

"Berhenti di sana sialan!" teriak para preman itu.

"Tuan, saya mohon tolong saya." Diana tak tau lagi harus berbuat apa.

Lari? Ia bahkan sudah tak sanggup lagi berjalan.

Di dalam mobil, Xeon melirik ke arah tuannya yang kembali menutup mata. Xeon pun memberanikan diri untuk membuka pintu mobil.

"Silahkan naik, nona." Xeon mempersilahkan Diana naik dan duduk di sebelahnya.

"Terimakasih, tuan."

Setelah itu, mobil pun melaju dengan kecepatan tinggi ke arah para tiga preman yang masih ada di jalan.

"Apa yang anda lakukan, tuan?" tanya Diana panik.

Braakkk!!

Mobil menabrak ketiga preman itu lalu melaju menembus hening nya jalanan di malam hari.

Diana memegangi perut dan dadanya yang sesak, ini adalah pertama kalinya ia melihat adegan seperti itu.

Apa ia sudah tepat dengan meminta tolong pada dua orang asing ini?

_

_

_

_

_

_

_

Lanjut?

Typo bertebaran di mana-mana harap bijak dalam berkomentar yah.

tbc.

Terpopuler

Comments

Nanda Lelo

Nanda Lelo

pengorbanan seorang ayah 😭

2023-01-17

0

epifania rendo

epifania rendo

kasiannya nasibmu diana

2022-09-24

0

Rahmi AZka Nugroho

Rahmi AZka Nugroho

tragis banget cerita nya Thor,, itu warga kampung masa gak ada yg peduli sama sekali,,😤

2022-08-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ketidakberdayaan.
2 Bab 2. Nathaniel Albert Salvador
3 Bab 3. Berkunjung
4 Bab 4. Tragedi.
5 Ban 5. Salah masuk.
6 Bab 6. Membuat masalah.
7 Bab 7. Syok.
8 Bab 8. Dimana pintu keluar?
9 Bab 9. Di izinkan pulang.
10 Bab 10. Kenyataan pahit.
11 Bab 11. Hidup ini sangatlah berat.
12 Bab 12. Apa dia datang?
13 Bab 13. Kejadian di pagi hari.
14 Bab 14. Selamat.
15 Bab 15. Perempuan.
16 Bab 16. Mimpi
17 Bab 17. Bagaimana bisa.
18 Bab 18. Tak menerima penolakan!
19 Bab 19. Dipermainkan
20 Bab 20. Hari pernikahan.
21 Bab 21. Di kekang lagi.
22 Bab 22. Kado ulang tahun.
23 Bab 23. Terharu.
24 Bab 24. Dari siapa?
25 Bab 25. Gara-gara tertidur.
26 Bab 26. Latihan menembak untuk Diana.
27 Bab 27. Berbelanja.
28 Bab 28. Terkejut.
29 Bab 29. Kelahiran bayi Diana.
30 Bab 30. Menenangkan bayi.
31 Bab 31. Bayi Nara dan Nathan.
32 Bab 32. Tidur dengan bayi Nara
33 Bab 33. Pagi hari.
34 Bab 34. Malu.
35 Bab 35. Malam harinya.
36 Bab 36. Malam yang kacau.
37 Bab 37. Sedih lagi.
38 Bab 38. Mengalah.
39 Bab 39. Malam yang panjang.
40 Bab 40. Sedikit membaik.
41 Bab 41. Aku tak berguna.
42 Bab 42. Pegang tanganku!
43 Bab 43. Menggelitik hati.
44 Bab 44. Labirin #1
45 Bab 45. Labirin#2
46 Bab 46. Labirin #3
47 Bab 47. Gara-gara cabai.
48 Bab 48. Tak peduli!
49 Bab 49. Wanita misterius.
50 Bab 50. Bertahan.
51 Bab 51. Akhirnya.
52 Bab 52. Ternyata.
53 Bab 53. Malu.
54 Bab 54. Memusnahkan sampah!
55 Bab 55. Di taman.
56 Bab 56. Syaratnya.
57 Bab 57. Pemanasan.
58 Bab 58. Sakit.
59 Bab 59. Nathan yang semakin menjengkelkan.
60 Bab 60. Pagi yang menyenangkan.
61 Bab 61. Menyenangkan.
62 Bab 62. Mulai membaik.
63 Bab 63. Mulai berani.
64 Bab 64. Bercerita lah.
65 Bab 65. Flashback #1
66 Bab 66. Flashback #2
67 Bab 67. Senyuman setelah air mata.
68 Bab 68. Ajakan makan malam.
69 Bab 69. Makan malam yang romantis.
70 Bab 70. Malam yang tak terduga.
71 Bab 71. Berusaha untuk kuat.
72 Bab 72. Tangis pilu.
73 Bab 73. Sunyi.
74 Bab 74. Dendam yang terbalaskan
75 Bab 75. Akhirnya, kau bangun juga.
76 Bab 76. Pulang ke rumah.
77 Bab 77. Terkejut.
78 Bab 78. Menuduh
79 Bab 79. Harus jujur.
80 Bab 80. Kebenaran yang menyedihkan
81 Bab 81. Mengunjungi Nara.
82 Bab 82. Nanti malam yah.
83 Bab 83. Merah atau hitam?
84 Bab 84. Malam yang hangat.
85 Bab 85. Mau rumah baru.
86 Bab 86. Hampir mati.
87 Bab 87. Membeli ponsel baru.
88 Bab 88. Makin sayang.
89 Bab 89. Lelucon kecil.
90 Bab 90. Tingkah yang aneh.
91 Bab 91. Hadiah
92 Bab 92. Melihat makam ayah mertua.
93 Bab 93. Akhirnya tau
94 Bab 94. Yang dinanti-nantikan.
95 Bab 95. Ada yang datang
96 Bab 96. Adelleo dan Adellea.
97 Bab 97. Menenangkan.
98 Bab 98. Kecupan rasa teh.
99 Bab 99. Semakin mirip.
100 Bab 100 Nasehat
101 Bab 101. Ungkapan cinta yang menakutkan
102 Bab 102. Kekasih bayaran
103 Bab 103. Patah hati.
104 Bab 104. Semuanya sudah selesai.
105 Terimakasih
106 Pengumuman (Update novel terbaru)
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 1. Ketidakberdayaan.
2
Bab 2. Nathaniel Albert Salvador
3
Bab 3. Berkunjung
4
Bab 4. Tragedi.
5
Ban 5. Salah masuk.
6
Bab 6. Membuat masalah.
7
Bab 7. Syok.
8
Bab 8. Dimana pintu keluar?
9
Bab 9. Di izinkan pulang.
10
Bab 10. Kenyataan pahit.
11
Bab 11. Hidup ini sangatlah berat.
12
Bab 12. Apa dia datang?
13
Bab 13. Kejadian di pagi hari.
14
Bab 14. Selamat.
15
Bab 15. Perempuan.
16
Bab 16. Mimpi
17
Bab 17. Bagaimana bisa.
18
Bab 18. Tak menerima penolakan!
19
Bab 19. Dipermainkan
20
Bab 20. Hari pernikahan.
21
Bab 21. Di kekang lagi.
22
Bab 22. Kado ulang tahun.
23
Bab 23. Terharu.
24
Bab 24. Dari siapa?
25
Bab 25. Gara-gara tertidur.
26
Bab 26. Latihan menembak untuk Diana.
27
Bab 27. Berbelanja.
28
Bab 28. Terkejut.
29
Bab 29. Kelahiran bayi Diana.
30
Bab 30. Menenangkan bayi.
31
Bab 31. Bayi Nara dan Nathan.
32
Bab 32. Tidur dengan bayi Nara
33
Bab 33. Pagi hari.
34
Bab 34. Malu.
35
Bab 35. Malam harinya.
36
Bab 36. Malam yang kacau.
37
Bab 37. Sedih lagi.
38
Bab 38. Mengalah.
39
Bab 39. Malam yang panjang.
40
Bab 40. Sedikit membaik.
41
Bab 41. Aku tak berguna.
42
Bab 42. Pegang tanganku!
43
Bab 43. Menggelitik hati.
44
Bab 44. Labirin #1
45
Bab 45. Labirin#2
46
Bab 46. Labirin #3
47
Bab 47. Gara-gara cabai.
48
Bab 48. Tak peduli!
49
Bab 49. Wanita misterius.
50
Bab 50. Bertahan.
51
Bab 51. Akhirnya.
52
Bab 52. Ternyata.
53
Bab 53. Malu.
54
Bab 54. Memusnahkan sampah!
55
Bab 55. Di taman.
56
Bab 56. Syaratnya.
57
Bab 57. Pemanasan.
58
Bab 58. Sakit.
59
Bab 59. Nathan yang semakin menjengkelkan.
60
Bab 60. Pagi yang menyenangkan.
61
Bab 61. Menyenangkan.
62
Bab 62. Mulai membaik.
63
Bab 63. Mulai berani.
64
Bab 64. Bercerita lah.
65
Bab 65. Flashback #1
66
Bab 66. Flashback #2
67
Bab 67. Senyuman setelah air mata.
68
Bab 68. Ajakan makan malam.
69
Bab 69. Makan malam yang romantis.
70
Bab 70. Malam yang tak terduga.
71
Bab 71. Berusaha untuk kuat.
72
Bab 72. Tangis pilu.
73
Bab 73. Sunyi.
74
Bab 74. Dendam yang terbalaskan
75
Bab 75. Akhirnya, kau bangun juga.
76
Bab 76. Pulang ke rumah.
77
Bab 77. Terkejut.
78
Bab 78. Menuduh
79
Bab 79. Harus jujur.
80
Bab 80. Kebenaran yang menyedihkan
81
Bab 81. Mengunjungi Nara.
82
Bab 82. Nanti malam yah.
83
Bab 83. Merah atau hitam?
84
Bab 84. Malam yang hangat.
85
Bab 85. Mau rumah baru.
86
Bab 86. Hampir mati.
87
Bab 87. Membeli ponsel baru.
88
Bab 88. Makin sayang.
89
Bab 89. Lelucon kecil.
90
Bab 90. Tingkah yang aneh.
91
Bab 91. Hadiah
92
Bab 92. Melihat makam ayah mertua.
93
Bab 93. Akhirnya tau
94
Bab 94. Yang dinanti-nantikan.
95
Bab 95. Ada yang datang
96
Bab 96. Adelleo dan Adellea.
97
Bab 97. Menenangkan.
98
Bab 98. Kecupan rasa teh.
99
Bab 99. Semakin mirip.
100
Bab 100 Nasehat
101
Bab 101. Ungkapan cinta yang menakutkan
102
Bab 102. Kekasih bayaran
103
Bab 103. Patah hati.
104
Bab 104. Semuanya sudah selesai.
105
Terimakasih
106
Pengumuman (Update novel terbaru)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!