Sore harinya.
Xeon datang kembali ke mansion dengan waktu yang sudah di tetapkan oleh Nathan.
Laki-laki itu sudah berdiri di dekat mobil selama satu jam, tapi Nathan tak kunjung keluar dari sarangnya.
"Saya akan memanggil tuan muda," ucap pak Hans.
"Jika anda ingin mati hari ini silahkan, pak." Xeon mengatakan itu dengan tatapan mengejek membuat pak Hans mati kutu.
Lama mereka menunggu hingga akhirnya Nathan keluar dari sarangnya.
"Silahkan, tuan." Xeon mempersilahkan tuan nya masuk ke dalam mobil.
"Siapkan makan malam yang istimewa, pak." Pak Hans pun mengangguk mengerti dengan perintah Xeon.
Setelah itu, mobil pun melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan kawasan mansion.
Di perjalanan, Nathan terlihat menutup matanya sembari bergumam kecil.
"Apa anda ingin berhenti di toko bunga, tuan?" tanya Xeon.
"Hm."
Xeon pun mengangguk lalu menghentikan mobil di depan sebuah toko bunga, ia turun lalu membelikan dua tangkai bunga.
Setelah itu, Xeon kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan bunga itu pada tuan nya. Mobil pun melaju kembali menuju tempat yang ingin di kunjungi oleh tuannya.
Sesampainya di sebuah pemakaman umum.
Nathan keluar dari dalam mobil tanpa menunggu Xeon membukakan pintu. Laki-laki gagah itu berjalan pelan menelusuri jalan yang sudah ia perbaiki agar para peziarah merasa nyaman ketika berkunjung di sini.
"Anda ingin saya temani?" tanya Xeon.
Nathan hanya diam dan tetap berjalan menuju dua makam yang di jaga dengan baik. Melihat respon tuannya, Xeon pun memilih diam di tempat dan tidak mengikuti tuannya. Mungkin sang tuan ingin menenangkan diri sejenak dari kehidupan dunia yang kacau.
Kembali pada Nathan yang kini sudah berjongkok di antara dua makam. Ia meletakkan satu tangkai bunga pada satu makam dan yang satu tangkai lagi pada makam yang kedua.
Tak ada air mata maupun kata-kata, laki-laki itu hanya diam menatap dua makam di hadapannya.
"Sembunyi lah, nak! Jangan keluar dari sini!"
Nathan tersenyum kecut mengingat kata-kata itu. Ia menatap langit yang cerah meski hari sudah sore.
"Inilah yang ku dapat setelah bersembunyi, kekayaan, kekuasaan dan juga kebebasan."
Setelah mengatakan itu, Nathan memilih berdiri dan kembali menatap dua makan yang ada di hadapannya lalu pergi meninggalkan tempat itu.
"Anda ingin pulang?" tanya Xeon melihat sang tuan berjalan ke arah nya.
"Aku ingin melihat-lihat," ucap Nathan berjalan dengan langkah pelan sembari melihat-lihat sekitaran makam.
Langkah kaki Nathan berhenti ketika melihat seorang bapak yang sedang membakar dedaunan.
"Dia ini petugas makam, mungkin sedang mendapat pekerjaan untuk membersihkan makam," ucap Xeon memberi penjelasan.
"Aku tidak bertanya."
Nathan masih menatap laki-laki tua itu lalu tatapannya beralih pada seorang wanita hamil yang tengah berbicara sendiri.
"Oh, ada apa gerangan tuan-tuan ini datang kemari? Ada yang bisa saya bantu?" tanya laki-laki tua itu yang ternyata adalah pak Amar.
"Kami hanya melihat saja, pak." Xeon menjawab pertanyaan dari pak Amar.
"Siapa dia pak?" tanya Xeon penasaran dengan wanita hamil yang tengah berbicara dan juga tersenyum sendiri.
"Dia putri saya, tuan." Pak Amar menjawab dengan nada sopan.
"Oh, dimana suaminya? Mengapa dia ikut kemari? Bukannya wanita hamil itu tak bisa berada di kuburan yah? Karena nanti bisa di ganggu," tanya Xeon penasaran hingga mendapat lirikan tajam dari Nathan.
"Eum, putri saya belum menikah, tuan. Dia adalah korban pemerkosaan, karena dia tak punya teman dan hanya sendiri di rumah, makanya saya ajak dia kemari," jawab pak Amar dengan nada sendu.
"Lalu apa yang kau lakukan ketika putrimu mengalami kejadian itu?" tanya Nathan membuat Xeon tercengang karena ternyata tuannya tertarik dengan kisah dua orang asing ini.
"Saya tidak melakukan apa-apa, saya yang bisa menangis dan berteriak saja." pak Amar menundukkan kepalanya.
Nathan tampak tak berekspresi lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
Sebuah belati lengkap dengan sarungnya, ia melemparkan belati itu tepat di wajah pak Amar.
"Lain kali jadilah laki-laki yang berguna!" tekan Nathan pergi meninggalkan pak Amar yang tercengang begitupun dengan Xeon.
Xeon pun mengeluarkan beberapa lembar uang lalu memberikan nya pada pak Amar.
"Tuan saya itu sangat penyayang, dia memang begitu. Gunakan belati itu untuk membunuh siapapun yang mencoba melukai putri mu. Ingatlah, keluarga yang kau miliki sekarang adalah hal yang paling berharga dalam hidup mu."
Setelah mengatakan itu, Xeon pun bergegas menyusul tuannya. Ia paham mengapa sang tuan marah, karena kejadian masa lalu sangatlah membekas hingga saat ini.
Sebuah pembunuhan bahkan pemerkosaan tepat di depan mata pada saat tuannya berusia 10 tahun.
_
_
_
_
_
_
_
_
Typo bertebaran di mana-mana harap bijak dalam berkomentar yah.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Nanda Lelo
masa lalu yang kelam pemicu kekejaman Nathan eeeh Albert
2023-01-17
0
epifania rendo
pantas jadi sadis begtu nathan
2022-09-24
0
Rahmi AZka Nugroho
Thor,,meng sedih aku Thor😭
2022-08-28
0