Rencana Lain Arga

Surat perjanjian telah ditandatangani, Arga menyerahkan pada lelaki di depannya. Setiap pahatan dari Tuhan, diperhatikan seksama oleh Arga, keangkuhan dari kedua mata juga sikap serta cara Reno duduk, tak luput dari kedua mata coklat bocah yang tak hentinya tersenyum dalam hati.

Bukan atas sebuah kesepakatan yang baru saja ia dapatkan, bukan pula atas surat kepemilikan perusahaan pengembang game yang kini ada di tangannya, tapi karena rencana tersusun baik dalam kepala.

Tentu Arga menandatangani itu bukan tanpa tujuan, dari tanda tangan yang ia berikan, sudah ada penyusunan rencana perlahan dimatangkan.

Ada sebuah hal paling berharga yang tak disadari oleh Reno telah siap untuk membuatnya hancur, dan kini Arga telah memegangnya.

Kehancuran hidup lebih parah dari pada kehancuran perusahaan atau harta, diamnya Arga di ruang kerja itu tadi sudah membuat berhasil mengambil sesuatu yang kini disembunyikan. “Kita lihat saja, siapa yang akan dikendalikan sekarang.” Arga bergumam dalam hati, menyiratkan senyuman kecil.

“Mom, I’m hungry.” Arga meraih tangan sang mama di pundaknya, menaikkan kedua mata untuk bisa melihat perempuan sedari tadi berusaha menghindari tatapan penuh gairah yang memaksanya harus tetap waspada.

“Biarkan kami pulang! Putraku sudah menuruti apa yang kamu mau,” ucap Anita tanpa ekspresi.

“Kau buta huruf?” santai Reno, membuat Anita geram dan mengepalkan tangan kiri di samping tubuhnya.

Reno tak berkata apa-apa lagi, tak suka jika harus menjelaskan apa sudah dituliskan dengan sangat jelas. Telepon berwarna hitam di atas meja, ia raih.

Reno menekan satu angka terdapat pada telepon rumahnya, menghubungi koki untuk membuatkan makan.

“Saya tidak menyukai apa pun yang dibuat orang lain!” kata Arga ketika sambungan telepon sudah dimatikan oleh lelaki duduk menyandarkan punggung nyaman.

“Lalu?” santai Reno, membiarkan telepon tetap pada genggaman di atas pangkuan.

“Bisakah mama membuatkan ku makan?” lembut Arga menoleh.

“Iya, Sayang. Mama akan membuatkan mu makan,” sahut Anita tersenyum, meletakkan telapak tangan di ujung kepala putranya.

Reno memahat senyuman dari bibir, menoleh ke arah lain. Sikap manja yang ditunjukkan oleh Arga, sungguh berbeda dengan sikap sinis yang ditunjukkan padanya.

Bahkan, bocah itu terlihat seperti anak pada umunya, tak akan pernah ada yang menyangka nilai mahal dari otaknya sama sekali.

“Keluarlah, ada kepala pelayan yang akan membantumu!” ucap Reno, seraya meletakkan telepon di atas meja.

Kata-kata itu tak di dengar oleh dua orang saling tatap dan melempar senyuman. Bahkan mereka pergi dari ruangan, tanpa menggubris perkataan dianggap sebagai angin lalu.

Reno yang baru kali ini tak dihiraukan, menatap tak percaya pada kedua orang yang berjalan saling merangkul. “Apa aku dicampakkan sekali lagi?!” gumam Reno seorang diri, tak sanggup mempercayai tingkah ibu dan anak yang sudah pergi berlalu.

“Tidak bisa dibiarkan!” geramnya, berdiri dan menyusul.

Melangkah tanpa melihat, paha membentur ujung meja. “Siapa yang menyuruhmu diam di tengah jalan?!” bentaknya pada meja, memukul keras dengan satu tangan lain mengusap paha.

“Semua tidak ada yang berguna!” maki Reno kencang, hatinya begitu kesal karena merasa diabaikan.

“Minggir sana!” makinya kembali, menendang meja yang justru membuat tubuhnya terdorong sendiri.

Hampir saja tubuhnya terjatuh ke belakang, meja itu bahkan tidak bergerak sama sekali walau sudah ditendang kuat. Reno mengeratkan gigi, mengepalkan tangan siap menghantam tapi diurungkan cepat.

“Percuma bertengkar denganmu! Dasar sial!” ucap Reno, menurunkan tangan lalu merapikan pakaian.

Napas dibuangnya kasar, berjalan ke balik pintu dan memukul untuk dibukakan oleh penjaga di kuar.Tak lama, pintu dibukakan, mendarat sempurna pada kening Tuan muda langsung berteriak memaki.

“Apa kalian buta?! Tidak melihatku berdiri di belakang pintu?!” melotot kedua mata Reno, teriakannya sangat kencang, namun tangan masih mengusap kening terasa sakit.

“Ma—,” membungkuk pengawal, hendak minta maaf tapi berhenti ketika tangan mendarat pada leher.

Reno menggunakan kedua tangan untuk menekan leher kedua bodyguardnya bersamaan, tatapan murka ditunjukkan lalu membenturkan kedua pria bertubuh besar itu hingga kepala bertabrakan. “Berjongkok dan berlari kelilingi rumah ini seratus kali, atau ku buat kalian mati!” geram Reno.

“A—ampuni kami, Tuan!” tunduk hormat dua pria dengan sakit tertahan.

“Ti—,” kata Reno hendak berucap tiga, terhenti seketika melihat dua orang di depannya membungkuk.

“Laksanakan, Tuan!” serentak kedua berucap, mengejutkan Reno karena nada besar nan tinggi digunakan sebagai wujud kesigapan.

“KALIAN INGIN MEMBUNUHKU?!” menggelegar suara Reno, jantungnya berlompatan karena terkejut dan sempat terperanjat.

“BERHENTI MINTA MAAF, DAN LAKUKAN PERINTAHKU!” teriaknya sekali lagi, ketika dua pengawal hendak berucap maaf.

Melewati kedua orang di belak layaknya rambut saja, Reno menggerutu sempurna. Jika saja bukan karena ingin melihat Anita dan Arga, sudah dibuat perkara atas kening terbentur pintu.

Dua bodyguard di depan ruang kerja saling tatap, mereka saling memberi isyarat untuk segera menjalankan perintah tak masuk akal. Bagaimana bisa, berjongkok tapi juga berlari, terlebih dengan tubuh sangat besar dimiliki.

Terheran sebetulnya, karena amarah meledak-ledak dari Tuannya. Mana mereka tahu, jika lelaki memang suka berteriak itu ada di balik pintu. Karena hari-hari sebelumnya, Reno akan menjauh dari pintu dan menendang saat ingin dibukakan.

Ya, tentu. Untuk apa dia membuka pintu sendiri? Dia sudah mengeluarkan banyak uang untuk menggaji, dan tangannya bukan diciptakan untuk melakukan hal-hal semacam itu.

Paling tidak, itulah pemikiran dari seorang lelaki yang menghargai sangat tinggi tiap jari dari tangannya, jari yang sanggup membuatnya berada di titik puncak kekuasaan.

Seorang lelaki yang menarik kursi pada ruang makan, lalu duduk tanpa mengalihkan pandangan dari seseorang tengah menikmati camilan sembari membaca buku.

Arga memusatkan perhatian pada buku yang ia minta dari pelayan, buku tentang bisnis yang diambil dari rak ruang tengah, buku sama sering dibaca oleh Reno kala memiliki sedikit waktu.

Melihat Arga membaca, Reno meraih ponsel dari saku celana hitam panjang dikenakan. "Bawakan semua yang aku minta besok pagi! bawa juga beberapa pakaian wanita!" perintahnya pada orang di ujung panggilan, lalu mematikan.

"Berhemat pulsa?" santai Arga tanpa melirik. "Paling tidak, ucapkan salam dan terima kasih. Itu akan lebih baik, karena hidup juga harus saling menghargai."

"Aku tidak perlu melakukan hal bodoh semacam itu!" sahut Reno, bocah tak jauh darinya menyuguhkan senyum simpul.

"Hanya orang sombong yang akan mengatakan jika menghargai orang lain adalah hal bodoh. Manusia hidup saling membutuhkan, dan menghargai tak akan membuat Anda terlihat rendah. Ketika Anda hanya ingin dihargai, tulislah harga di kening." Arga berucap santai, matanya tetap berpusat pada lembaran buku, berhasil membuat Reno terdiam geram.

"Jadi, hargailah orang lain! karena mereka juga bekerja keras!" timpal Arga.

Intinya, jika kita bisa menghargai orang lain, maka kita juga akan dihargai oleh orang lain. Tapi jika kita tidak bisa menghargai, jangan salahkan orang lain jika tidak bisa menghargai diri kita.

Apa kita tanam, itu kita tuai. Jangan pernah bersifat langit, dan berkata buruk. Author bukan pengemis, tapi mengingatkan hak setelah kewajibannya menulis dilakukan. Cukup pergi, jika menganggap bacaan tak pantas diapresiasi.

Pengemis: Orang yang hanya meminta.

Author: Orang yang menyuguhkan cerita.

Ada yang bilang saya pengemis cuma gara-gara like komentar, ayo ngopi sama saya, nanti saya ceritakan sejarahnya#kagak cukup semalem ini.

Yuk lah, cuman like komentar doang sama vote lah kalau bisa. Saya tidak ingatkan lagi, biar Tuhan saja yang ingatkan untuk bisa saling menghargai dan tidak lagi bersikap sombong.

Maaf dan Terima Kasih.

Terpopuler

Comments

Meriana Erna

Meriana Erna

😂😂😂😂ayah di ajari anak ny😂😂😂

2023-08-03

0

Nor Azlin

Nor Azlin

biarkan mereka itu kerana mereka tidak tau apa kesusahan yang author rasa ...menulis karya yang bagus perlukan kesabaran & idea2 bagus agar diterima ramai ...jadi aku yang enggak tau mengarang atau menulis cerita yang bagus kayak author cunan bisa baca deh 🥰🥰🥰🥰 berkarya lah semampu mu thor abaikan yang enggak suka Toh ramai lagi yang menyukai ceritamu ...maafkan aku kalau komentar ku menyinggung perasaan readers yang lain ya 😂😂 lanjut thor

2023-07-01

0

Iin Karmini

Iin Karmini

nah lho...dah d kasih tuh, sopan santun lbh penting dri mahalnya pls bang reno...😁

2023-01-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!