Begitulah persahabatan mereka, Davis, Bagas, dan Aldi. Mereka bersahabat sejak kecil. Status sosial yang sama, tinggal di lingkungan yang berdekatan, mereka telah Bersama-sama dari sejak TK sampai dengan SMA. Begitupun dengan Alin. Kebersamaan mereka telah terjalin sampai dengan sekarang.
Bagas dan Aldi tak kalah ganteng dari Davis, hanya saja mereka itu gantengnya ala orang Asia Tenggara. Walaupun mereka bersepuluh datang bersama-sama dan bahkan dari SMA yang sama, namun hanya mereka bertiga yang bersahabat dan kemana-mana selalu bersama. Sedangkan ke tujuh temen Davis yang lain merupakan temen-temen dari tim basket di SMA mereka.
Di mata Bagas dan Aldi, Alin adalah simbol kecantikan hakiki dari wujud seorang perempuan. Gadis yang bertampang bule karena Papanya orang Inggris dan Mamanya orang Manado, menjadikan gadis ini percampuran yang sempurna di mata cowok. Tinggi semampai, kulit putih, rambut panjang blonde dan cara berpakaian dan berdandannya oke, sehingga memberi kesan glamour dan berkelas. Namun sayangnya, karena terkenal akan kecantikannya lah sehingga dia terkesan sombong di mata temen-temennya. Selama di sekolah dia hanya mau berteman dengan Davis, Bagas, dan Aldi yang menurutnya sepadan untuk menjadi temennya. Apalagi selama ini Alin terkenal selalu menempel pada Davis dan mengaku pacaran, sehingga tak ada satu pun cowok yang berani mendekatinya. Davis dan Alin memang simbol pasangan tersempurna di sekolah mereka.
Davis sebenarnya jengah selalu ditempeli Alin, namun sosok Davis selalu berusaha memenuhi keinginan Alin, bersikap selembut mungkin dengan Alin, dan di depan Alin dia tak pernah menampik apabila diakui sebagai pacar. Hal itu karena Mommy Davis selalu berpesan pada Davis untuk selalu melindungi Alin karena Alin anak yatim. Namun di hadapan Bagas dan Aldi, dia selalu menyebut Alin, Mak lampir, karena Bagas dan Aldi tau kalau Davis sebenarnya jengah dengan perilaku Alin yang tak pernah mau jauh darinya. Terkadang Bagas dan Aldi pun sebel melihat sikap Davis. Di depan Alin manis tapi di belakang dia mengumpat.
“Gue fotoin di sini ya Bro” suruh Bagas pada Davis yang saat itu sedang memegang kamera mahalnya dan bersiap untuk membidik pemandangan alam.
“Sorry Bro, kamera gue gak terima buat moto cowok narsis kaya loe!” tolak Davis lalu dia mulai memoto deretan pepohonan nan rindang.
“Pelit loe, Di, fotoin gue” Bagas lalu menyerahkan handphone nya kepada Aldi.
Aldi dan Bagas lalu mengambil foto Bersama menggunakan tripod handphone, selain dapat objek mereka berdua, juga dapat objek pemandangan alamnya. Dan ada beberapa kali Davis ikut terfoto di handphone mahal Bagas.
“Loe kenapa selalu gak mau difoto sie Vis?” tanya Aldi sembari mencoba membidik objek bagus.
“Gue takut ditawarin jadi model kalau tampang gue, loe pasang di Friendster” komentar Davis. Ya, kala itu media sosial yang lagi ngetrend adalah Friendster.
Tak jauh dari Davis mengambil foto, Nampak Narita dan Sriti yang bergantian mengambil foto menggunakan kamera digital masing-masing. Sesekali Davis mengambil foto Narita secara candid. Dengan bekal ilmu fotografi dan kamera DSLR mahalnya, tak heran apabila bidikan Davis selalu bagus dan terkesan alami.
Manis – Davis melihat kembali hasil bidikannya di kameranya.
“Bro, loe mau ke mana sie? Jangan jauh-jauh, ambil foto gue pake handphone gue!” suruh Bagas ketika melihat Davis mulai berjalan menjauh dari mereka.
Davis hanya melambaikan tangan tanpa menoleh ke belakang seolah berkata masa bodo.
“Kak, biar aku fotoin kalian!” pinta Davis pada Narita dan Sriti.
“Hai Vis, kebetulan” mata Narita berbinar saking senengnya, dia menyerahkan kameranya kemudian mulai mengambil posisi.
Davis dengan sabar dan telaten mengikuti Sriti dan Narita untuk membidik mereka, bahkan sampai dia lupa untuk membidik sebuah curug yang sangat sejuk dan cantik.
“Sorry Vis, kami jadi ganggu kamu yang mau ambil foto. Udah bawa kamera mahal malah cuma dikalungin aja” kata Narita sembari meminta kembali kameranya, dan segera dikembalikan oleh Davis.
“Yang masuk ke kamera ku gak sembarang objek lho kak, sekarang Kak Narita pose di sana Kak, bagus nie tak bidik dari sini pake kameraku” kata Davis seolah mengisyaratkan bahwa Narita adalah orang yang beruntung yang diperkenankan difoto pake kamera Davis.
“Gak Vis, makasih. Aku juga cuma mau difoto pake kameraku sendiri” bantah Narita sembari melambai-lambaikan tangannya.
Terlihat air terjun dengan air yang begitu jernihnya, udara sejuk menyeruak menambah kesan alam yang menyegarkan. Terlihat beberapa orang sudah berenang di bawah guyuran air terjun itu.
“Kak, aku boleh minta tolong gak?” pinta Davis sembari meletakkan bumbag dan kameranya.
“Mau minta tolong apa Adik ganteng, aku cemburu nie daritadi yang diajakin ngobrol Cuma Narita aja.” Tanya Sriti dengan pura-pura menggoda Davis.
“Kak Narita sama mbak Sriti, aku minta tolong jagain tas, kamera dan bajuku ya, aku mau turun main air.” Pinta Davis sudah mulai membuka baju dan celana jeans nya.
“Ya ampun Vis, kami belum bilang oke tapi kamu udah setengah telanjang gitu” seru narita sembari tertawa dengan Sriti melihat tingkah konyol Davis. Hanya dibalas nyengir oleh Davis.
Lalu Davis mulai turun ke air dan berkumpul dengan teman-temannya yang sudah dulu di air. Di bawah derasnya air terjun sesekali Davis berenang lalu naik kembali ke batu-batu besar. Tak dipungkiri, badannya sudah terbentuk begitu sempurna, manly banget. Siapapun yang melihatnya gak hanya terpana dengan wajah tampannya tapi juga badan machonya yang terbentuk begitu sempurna.
“Gila Na, gak cuma ganteng tapi juga macho banget. Sayangnya Cuma satu, anak SMA” Sriti senyum-senyum sembari memandang penuh memuja pada Davis.
Narita hanya tersenyum dan sesekali membalas lambaian tangan Davis dengan lambaian tangannya, seolah berkata aku di sini. Diam-diam Sriti memperhatikan mata Narita dan interaksi jarak jauh antara Narita dan Davis. Sriti ambil diam-diam kamera Davis, lalu dia memoto Narita dan Davis yang nampak dari kejauhan secara candid.
Sriti dan Narita lalu membuka tas mereka dan memakan cemilan yang sudah mereka bawa di ransel.
Tak berapa lama, Davis keluar dari air dan berjalan menuju Narita dan Sriti duduk.
“Vis, tas kamu kecil, emangnya kamu bawa baju ganti?” tanya Narita pada Davis yang membuat dahi Davis berkerut seolah heran dengan perhatian kecil Narita.
“Bawa Kak, tasku tas doraemon, biar kecil tapi bisa muat banyak barang, kecuali ini” jawab Davis sembari mengambil teh botol yang sudah Sebagian diminum Narita.
“Vis itu…” Narita membulatkan matanya dan belum sempat melanjutkan kata-katanya karena tangan Davis begitu cepat mengambil teh botolnya. Davis meminum teh botol sisa Narita.
“Kak, aku mau cemilan yang kakak pegang” pinta Davis sementara Narita sedang asyik sesekali bersendau gurau dengan Sriti. Spontan Narita menyuapkan cemilannya pada Davis, dan Davis menerimanya dengan tersenyum.
Duh Kak, perhatiannnya. Aku jadi terharu. -batin Davis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments