Peserta tour telah mendapatkan nomor tempat duduk, dan mereka bergegas menuju ke bus dan masuk untuk mencari nomor tempat duduk sesuai undian. Tak disangka Narita duduk bersebelahan dengan cowok tampang bule yang pada saat perkenalan tadi bernama Davis. Ya, namanya Davis Narendra Oxley. Pada perkenalan tadi, dia mengungkapkan kalau dia baru saja lulus SMA dan menjelang masa kuliah. Wajahnya kebulean dan ganteng, mata biru, kulit putih ala bule, rambut lurus rada kemerahan, tinggi 185 cm. Dengan celana jeans panjang tapi robek di beberapa sisinya, kaos putih dan memakai luaran kemeja motif kotak-kotak, dengan bumbag brand Gu*ci serta sneakers warna putih brand given*** menambah kesan gaul, modis, keren, dan berkelas.
Davis telah menempati kursi pinggir deket jendela.
“Permisi aku duduk di sini” kata Narita sembari tersenyum dan berjinjit berusaha meletakkan tas ranselku di bagian atas tepat di atas tempat duduk Davis.
“Sini aku bantu, Kak!” katanya sembari berdiri lalu membantu menyangga tas Narita lalu dia letakkan di tempatnya.
Tak sulit bagi Davis untuk menjangkau posisi setinggi itu, karena memang postur badannya yang tinggi sehingga dengan mudahnya dia meraih tas Narita dan meletakkan pada tempatnya. Lalu Narita duduk. Bus yang nyaman, jarak antar kursi yang lumayan dan kursi yang lebar dan panjang sehingga menambah kenyamanan siapa pun yang duduk di bus itu. Benar kata Mbak Silvi kalau dia gak mengambil keuntungan dari kegiatan ini, karena sawerannya murah tapi dapat fasilitas yang gak murahan.
Selama perjalanan, Narita lebih cenderung diam, sedangkan Davis karena teman-temannya ada di sekitar tempat duduknya, sehingga dia bisa bersendau gurau dengan mereka. Sesekali Narita tersenyum mendengar candaan mereka. Khas candaan anak-anak SMA, percis seperti Arjuna adiknya.
Nie anak kirain ngeselin, ternyata seru juga. Kirain tadi pecicilan, ternyata gak juga. Malah kocak. – batin Narita.
“Kakak kalem banget” komentar Davis sedikit mengagetkan Narita yang melamun.
“Ah gak juga dik, karena kita belum kenal aja jadi aku bingung mau ngobrolin apaan” Jawab Narita sembari tersenyum ke Davis.
“Panggil Davis aja Kak, gak usah pake tambahan Dik, kok kayanya selisih umurnya jauh banget” Davis sembari menggaruk kepalanya yang gak gatal.
Ya memang selisih jauh, kan situ seumuran adikku.- gerutu Narita dalam hati
“Oke Davis. Owh ya namaku Narita” Narita memperkenalkan diri mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
“Saya tau kok, Narita Prameswari, karyawati, status jomblo. Bener kan?” Davis meraih uluran tangan Narita dan tersenyum dan dibalas senyum kecut Narita karena Davis mengungkit status jomblonya.
“Kak, udah sering ikut tournya Kak Silvi?” tanya Davis kembali yang kemudian memandang lekat ke arah Narita. Dia sudah tidak menggubris lagi candaan temen-temennya.
“Baru sekali ini, aku juga baru di Jakarta dua bulan ini.” Jawab Narita.
“Owh kakak baru mutasi kerja ke Jakarta?” tanya Davis sembari membuka botol minumnya.
“Mau minum Kak?” Davis menawari air mineral ke Narita, setelah botol minumnya terbuka.
“Aku fresh graduate, memang baru aja lulus langsung merantau kerja ke Jakarta.” Jawab Narita dengan gerakan tangan menandakan dia menolak tawaran minuman dari Davis.
“Owh gitu, hebat ya Kakak, berani merantau ke Jakarta, jauh dari keluarga.”
“Apa jangan-jangan ke sini karena nyusulin pacarnya yang kerja di Jakarta?” goda Davis dengan kedipan mata genit.
“Hehehehehe,,,enggaklah, mana ada pacar. Mana ada yang mau sama aku yang serba pas-pasan begini.”
“Tampang dan body pas-pasan, karir baru aja meniti, ya Bissmillah aja semoga segera didekatkan dengan jodohnya.” Jelas Narita dengan diselingi tertawa renyah.
Ah Kak Narita nie orangnya rendah hati atau memang rendah diri ya? Orang manis begini masa gak ada yang mau sie? – Davis dalam hati sembari tersenyum mengiringi tawa Narita.
Dua jam sepanjang perjalanan menuju curug, Narita dan Davis bersendau gurau hanya berdua saja. Ya, hanya berdua saja karena yang lain asyik dengan obrolan masing-masing. Narita merasa nyambung banget ngobrol dengan Davis karena Narita merasa seperti sedang bersendau gurau dengan Arjuna adiknya.
Akhirnya sampailah mereka di curug. Narita yang duduk di kursi baris ketiga bisa lebih dulu turun daripada Sriti yang duduk di kursi baris kelima. Narita menunggu di luar bus untuk bisa sama-sama lagi dengan Sriti.
“Na, asyik gak duduk di sebelah brondong ganteng?” bisik Sriti di telinga Narita.
“Hahaha, ganteng sie ganteng mbak, tapi ya namanya masih abege, asyik ngobrolnya tapi gak cocok dijadiin masa depan” Narita awalnya tertawa cukup kencang tapi kemudian lama-lama hanya terdengar suara bisikan.
Davis yang berjalan tak jauh di belakang mereka, secara tidak sengaja mendengar sayup-sayup obrolan mereka. Dia yang awalnya mau bergabung dengan Narita dan Sriti kemudian mengurungkan niatnya.
Ya ampun baru kali ini ada cewek yang terang-terangan mengungkapkan kalau gue gak cocok dijadiin masa depannya? Apa segitu tingginya selera Kak Narita? Atau segitu meredupnya pesonaku? – hufh batin Davis dan menghela nafas panjang.
“Woi bro, jalan kok sambil melamun, kesandung loe ntar!”pekik Bagas salah satu sahabat Davis sembari menepuk pundak Davis dengan kerasnya.
“Astaga, bikin kaget gue aja loe!” Davis dengan bersungut.
“Gak mungkin loe ngelamunin Alin kan Bro? Orang loe kabur ke sini sengaja mau menghindari Alin, masa segitu kangennya sama dia sampe-sampe gak diintilin dia aja, loe ngelamun?”
“Apa jangan-jangan loe baru ngerasa kehilangan nie setelah sedikit berjauhan dengan Alin?” goda Bagas.
“Berisik loe ah, bisa diem gak? Gak usahlah loe sebut nama dia di sini. Gue lagi menikmati hidup nie tanpa bayang-bayang si Mak Lampir!” sahut Davis.
“Ehh busyet, Alin yang secantik itu aja loe bilang Mak lampir, terus yang loe bilang cakep yang kaya mana bro?” Bagas sembari meneguk air mineralnya.
“Yaudah buat loe aja deh, gue ikhlas lahir batin” sahut Davis lagi.
“Benerrrr ya, awas ntar loe nyesel kalau gue jadian sama Alin” Bagas menegaskan.
“Sono ambil…!” Davis mendorong ringan lengan Bagas diselingi tertawa mereka berdua.
“Siapa mau ambil siapa nie Bro?” mendadak Aldi berlari menyusul Davis dan Bagas.
“Tuh si Davis mau ngasih Alin ke gue, ya dengan senang hati gue terima lah. Cewek secantik Alin siapa sie yang gak mau” sahut Bagas.
“Jangankan loe Gas, gue juga mau kali. Cuma nie si gay satu ini yang gak doyan gadis secantik Alin” Aldi sembari merebut botol air mineral Bagas lalu meneguknya hingga tandas.
“Sembarangan loe bilang gue gay, ntar gue buktiin ya kalau gue tuh suka cewek tapi bukan yang model kaya Mak lampir gitu. Gue Sukanya yang berkulit sawo matang, berbadan mungil tapi terkesan seksi di mata gue, gak perlu make up tebal yang penting manis alami, dan yang terpenting dewasa gak kekanak-kanakan, gue yang ngejar dia bukan cewek yang ngejar gue, dan smart tentunya.” Davis menjelaskan panjang lebar dengan arah mata ke depan ke arah Narita.
“Ya ellah bro, itu mah banyak di Indonesia, tinggal loe tengok aja kanan kiri kita, terus loe ajak kenalan deh. Gue jamin gak ada yang nolak pesona loe” Aldi dengan pedenya sambil tengok kanan dan kiri menandakan bahwa banyak tipe cewek yang disebutin Davis di sekitar mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments