----- Di kos ----
Dok dok dok dok... terdengar pintu diketuk dari luar.
“Na,,,kamu udah pulangkah?” tanya mbak Ami temen sekos Narita sembari mengetuk pintu kamar Narita.
“Udah mbak.”
“Mbak Ami, mbak Diva sudah pulangkah? Kita makan sama-sama yuk!” ajak Narita ke mbak Ami.
“Mbak Diva udah ada di kamarnya, oke kita makan sama-sama di kamar mbak Diva aja sekarang ya” ajak mbak Ami masih di balik pintu.
Narita membuka pintu kamar sembari bilang “OK”
"Kamu lagi ngapain sie? Buka pintunya lama banget? " Ami menyembulkan kepalanya masuk di sela-sela pintu yang terbuka.
"Beresin mukena, habis sholat Maghrib" jawab Narita.
Mbak Ami adalah temen deket satu kos Narita. Narita memanggil Ami dengan sebutan mbak karena Ami berumur 4 tahun lebih tua dari Narita. Ami bekerja di salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang telekomunikasi. Meskipun umur Ami sudah 27 tahun, namun dia masih jomblo. Ami yang berparas biasa saja dan memiliki perawakan pendek dan sedikit gemuk lebih suka berkenalan dengan bule di media social daripada mencari pacar orang lokal, karena menurutnya bule lebih bisa menerima fisiknya.
Sedangkan Diva adalah perantau dari Jawa Timur. Dia juga merupakan temen deket Narita di kos. Diva berumur 28 tahun, berkulit sawo matang dan berparas manis ala orang Jawa, dengan tinggi badan dan berat badan ideal. Diva juga masih jomblo. Kegagalannya 2x dalam berumah tangga, membuatnya seolah menutup diri dari laki-laki yang mendekatinya.
Narita, Ami, dan Diva bersahabat dekat dan selalu menghabiskan waktu di kos bersama-sama, meskipun mereka menempati kamar masing-masing. Mereka bertiga sangat kompak karena di antara anak-anak kos lain, hanya mereka bertigalah yang masih jomblo, dan mereka sering menggalau bersama-sama Ketika weekend tiba.
----- Di kamar Diva -----
“Gimana Na kerja kantoran?” tanya Diva.
“Asyik mbak, seru, menantang” jawab Narita sembari menyuapkan nasi ke mulutnya.
“Ada cowok yang bisa digebet gak Na?” tanya Ami sembari minum es teh dari sedotannya.
“Hmm,,,susah mbak” jawab Narita sembari menghela nafas panjang dibuangnya kasar.
“Aku memang bukan seorang yang agamis, tapi aku pengennya cari pacar yang bisa diajak serius mbak, yang seiman” lanjutnya.
“Sedangkan di kantorku banyak yang beda keyakinan, yaa aku udah langsung membentengi diriku mbak” lanjut Narita sembari mengunyah makanannya.
“Mbak Ami sendiri gimana? Udah dapetkah gebetan bulenya?” tanyaku ke Ami.
“Yaa ada sie yang intens komunikasi, tapi belum ada yang serius mau datang ke Indonesia” jawab Ami.
“Tau sendiri kan Na, gajiku mah berapa, kalau harus ke luar negeri menemui mereka kan gak mungkin juga.” Lanjut Ami.
“Mbak Div, gimana usaha pencarian jodohnya?” tanyaku ke Diva.
“Aku gak ada target Na, let it flow aja. Karir aja dulu lah. Silahkan adik-adikku aja yang hunting-hunting duluan, hehehehe” jawab Diva sembari tertawa.
Begitulah hari-hari mereka apabila kumpul bertiga. Pembahasan tidak jauh dari urusan menggalau bersama mencari belahan jiwa yang tak kunjung datang. Tak mudah bagi mereka yang bertampang pas-pasan meraih hati cowok-cowok di metropolitan. Kalau soal pencarian kerja, Narita memang semangat dan punya kepercayaan diri yang tinggi, namun untuk pencarian jodoh, Narita selalu merasa ciut nyalinya.
Secara penampilan, Narita berbadan pendek, langsing tapi berisi di bagian-bagian tertentu, untuk tampang masuk kategori biasa saja (rambut ikal, bibir mungil dan tipis, hidung tidak mancung dan tidak pesek, mata belo), namun berdagu belah sehingga masih terlihat sedikit manis. Namun dia tak cukup percaya diri untuk mendekati cowok. Ditambah lagi prinsip hidupnya kalau dalam hubungan, cewek jangan agresif, maka dia hanya dapat menunggu seseorang untuk pedekate kepadanya.
Narita memiliki keinginan menikah di umur 25 tahun, namun dia merasa sangat susah menemukan seseorang yang menerima dia apa adanya meskipun dia memiliki lingkungan pergaulan yang lebih luas dari sembelumnya.
Keesokan harinya, seperti biasa Narita melakukan aktifitasnya. Jam 04.30 dia bangun untuk melaksanakan ibadah sholat subuh. Selesai subuhan, dia akan berkutat di dapur untuk memasak sarapan dan makan malamnya. Seusai memasak, dia akan mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.
Mengingat jarak antara kantor dan kosnya cukup dekat, Narita lebih suka berangkat dan pulang kantor dengan berjalan kaki. Meskipun dia senantiasa menggunakan high heels dan rok selutut, namun dia terbiasa berjalan cepat dan tak kenal lelah.
Sesampainya di kantor, Sriti menemuinya “Na, kamu jadi besok sabtu mau ikut rombongan mbak jalan-jalan?”.
“Jadi mbak, sembari melebarkan sayap pergaulan,hehehe” jawabnya sembari cengengesan.
“Oke, nanti aku bilang ke ketua rombongannya dulu ya? Nanti uang sawerannya ditransfer aja” kata Sriti.
“By the way, kok kayanya kamu semangat banget pengen ikut acara jalan-jalan kenapa Na?” tanyanya kemudian dia menarik kursi kosong duduk di samping Narita.
“Alasan pertama karena aku suka jalan-jalan, selama aku tinggal di Jakarta aku kan gak pernah ke mana-mana mbak, bahkan sekedar ke Monas, Ragunan aja belum pernah. Aku kan belum ada sebulan tinggal di sini” jelasnya sembari menghidupkan pc nya.
“Alasan kedua karena hihihihi malu aku mbak ngomongnya” Narita menoleh ke arah Sriti sembari menutupi mukanya dengan kedua tangannya.
“Kenapa sie pake acara malu-malu?” tanya Sriti penasaran.
“Mbak, aku pengen memperluas pergaulan agar didekatkan dengan jodohku” jawab Narita sembari berbisik.
“Owhh,,,yayayaya aku paham. Aku juga pernah di posisimu Na, tapi sekarang aku udah slow nyarinya. Yaaa tau sendiri kan kamu Na, di kantor kan jarang yang seiman jadi susah dapetnya kalau di kantor. Sedangkan waktu kita banyak dihabiskan di kantor, jadi yaaa beginilah akhirnya, sampai umurku yang ke-27 tahun, belum juga dipertemukan dengan jodohku” jelas Sriti Panjang lebar.
“Okelah kalau begitu, silahkan kerja kembali, aku balik ruangan ku yaa, nanti kukabarin lagi biaya dan noreknya” sambung Sriti sembari berdiri dan menepuk tangannya ke bahu Narita.
“Oke siap mbak” jawab Narita sembari mengangkat kedua jemponya di depan wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments