"Damon?" Rhea mengernyitkan dahi. Nama yang sangat asing .
"Damon adalah dewa yunani lambang kepercayaan dan kesetiaan dalam persahabatan, mempertaruhkan nyawanya untuk membela teman," robot menjelaskan. "081212 menyukai nama itu. Terimakasih Putri Chayra," kata robot senang.
"sekarang namamu Damon. Bukan 081212 lagi," balas Chayra mengingatkan.
"Baik putri," Damon mengangguk.
"Aku tidak percaya kamu membaca mitologi yunani atau apalah," Rhea angkat bicara. "Nama mantan pacarmu ya?" dia menyikut Chayra.
"Enggaklah, aku mana ada punya mantan," elak Chayra.
"Masa?" Rhea menggelitik Chayra.
"Hahaha.." Chayra tertawa di gelitiki Rhea. "Sudah Re, aku tidak tahan. Jangan gelitik lagi. Hahaha..." tawanya tak henti.
Damon memperhatikan dengan teliti. Otak robotnya berdenging. Laksanakan tugas menyenangkan tuan putri.
Damon berjalan mendekati Chayra lalu mengulurkan tangannya.
"Hah..kamu mau apa?"Chayra menjerit saat tangan Damon mampir di pinggangnya. Menggelitiki dia. Persis seperti yang di lakukan Rhea.
"Tugas Damon menyenangkan Putri Chayra. Damon lihat Putri tertawa senang di gelitiki. Berarti Damon harus menggelitiki..."
"Tidaaakk!!" Chayra menjerit ketakutan.
****
Sementara itu , di sebuah rumah di pinggir kota, berjarak ratusan ribu km jauhnya dari apartemen Rhea, sejumlah laki laki berperawakan kekar menerobos masuk.
Mereka meluluh lantakan semua benda yang ada di seluruh bagian rumah. Mencari sebuah barang.
"Bagaimana?" tanya seorang laki laki yang masuk belakangan.
"Kami tidak menemukannya,Pak," lapor salah seorang dari mereka. "Sepertinya barang itu telah di kirimkan kepada seseorang, Pak," dia menyerahkan sebuah resi pengiriman barang.
"Nama penerima paket dan alamatnya sudah di coret ," laki laki itu membaca resi yang ada di tangannya. "Tapi masih ada yang terbaca sedikit. Jakarta. Barangnya di kirim ke Jakarta," dia mengangkat muka.
"Segera laporkan pada CEO!" perintahnya.
"Baik Pak," jawab laki laki yang tadi menyerahkan resi.
*****
Suasana ruang konferensi rapat World Tech dingin mencekam. Seluruh yang ikut rapat mulai dari kepala bagian sampai direktur memasang wajah tidak bahagia.
Siapa yang senang bekerja di hari minggu? Mana tidak dapat uang lembur. Ingin menolak,jabatan taruhannya.
"Dasar CEO jomblo," demikian gemerutuk gigi peserta rapat.
Namun tetap saja tidak ada yang berani bersuara.
Semua berusaha menyimak dengan penuh konsentrasi penjelasan dari asisten pribadi CEO, tentang rencana perusahaan untuk mengambil alih perusahaan lain demi memperluas jaringan bisnis.
Rencana perusahaan itu terinci dalam beberapa lembar kertas yang di tayangkan dalam layar projector wall ukuran besar screen projector yang di pasang di dinding.
drtt..drtt.. bunyi ponsel bergetar.
Semua yang ada di ruangan rapat tidak berani memalingkan muka mencari asal suara. Semua tahu suara ponsel itu berasal dari ponsel CEO. Karena hanya CEO yang boleh membawa ponsel ke dalam ruang rapat.
CEO melirik layar monitor ponsel. Seseorang menelepon ke nomor pribadinya. Dari unknown number. Tapi nomor ini hanya diberikannya pada orang yang di tugasinya di kota P yang berada di Negara S.
"Hallo," dia mengangkat ponsel. Sejurus kemudian dia membanting ponsel itu ke atas meja. Sangat keras . Ponsel langsung retak.
Semua menggigil dalam diam. Asisten CEO yang sedang menerangkan grafik perkembangan perusahaan juga berhenti bicara.
Siapa yang berani membuat CEO murka?
"Rapat selesai," putus CEO dari kursi belakang. "Semua boleh pulang," lanjutnya.
Tanpa menunggu waktu lama, semua peserta rapat bergegas keluar. Senyum bahagia terkembang di bibir.
"Kecuali kamu," ujar CEO saat melihat Taksa Saguna, asistennya, ikut mengantri di depan pintu. "Tetap di sini."
"Baiklah," sahut Taksa. Kakinya tertahan di depan pintu. God, please protect me, mulutnya komat kamit berdoa.
"Tutup pintunya," perintah CEO setelah di ruang konferensi hanya tinggal mereka berdua.
Taksa menutup pintu lalu berjalan mendekati CEO yang masih duduk di kursinya.
"Laporan dari kota P, barang itu ada di sini," kata CEO dengan suara kesal.
"Di sini?" Taksa memutar badannya mencari cari. "Tidak ada di sini CEO."
"Hah!!" CEO mengeram marah. "Ya tidak mungkin ada di sini," tukasnya. "Kenapa kamu bisa menjadi asistenku," dia menepuk dahinya.
"CEO sendiri yang mengangkat aku jadi asisten," Taksa mengingatkan.
"Karena terpaksa," lenguh CEO.
Taksa masih lebih baik dari pada Brennie, anak paman Brandon, CEO membatin. Setidaknya Taksa tidak akan mencemari matanya dengan mengenakan gaun mini.
Awal mula Taksa hanya berniat melamar di bagian accounting, mengingat dia sarjana akuntansi.
Tapi kemudian CEO menyuruhnya menjadi asisten CEO, menggantikan asistennya yang baru saja di pecat.
Sebenarnya dia mendengar kalau ada orang lain yang akan menjadi asisten CEO, tapi entah kenapa CEO malah memilih dirinya.
"Barang itu ada di Jakarta," CEO menjabarkan. "Suruh bagian IT untuk masuk ke dalam sistem komputer perusahaan jasa pengiriman barang," perintahnya. "Semua jasa pengiriman," sambungnya. " Dalam 6 jam aku sudah harus mendapat informasinya," tegasnya.
Hehehe.. bagian IT kebagian kerja lembur juga, seringai Taksa dalam hati.
"Baik CEO," jawab Taksa patuh.
"Sekarang belikan aku ponsel baru," CEO menunjuk ponsel retak di atas meja.
"Baik," Taksa buru buru keluar. Sampai di luar dia menghela nafas lega. Sementara bisa terbebas dari raungan singa.
sementara, di apartment Rhea, masih menggema teriakan Chayra. Untung saja bagian dalam apartemen di lapisi kedap suara. Jika tidak, di jamin para tetangga akan berhamburan keluar.
"Menjauh dari aku," teriak Chayra sambil menendang kesana kemari. Tak tentu arah.
"Tenang ,Ra," Rhea kewalahan menenangkan Chayra.
"Putri tidak suka?" Damon terlihat kaget . Dia mundur teratur .
"Aku tidak suka. Jangan dekati aku sebelum aku panggil. Mengerti?" teriak Chayra. suaranya sampai serak karena tidak berhenti berteriak.
"Baik Putri," Damon mundur ke dapur. Duduk di lantai.
"Jangan duduk di situ," kata Chayra.
Damon berdiri. Dia memutar kepala 380 derajat mencari tempat. " Damon tidak menemukan tempat," dia melaporkan.
"Huh.." Chayra menghela nafas kasar.
Apartemen dengan luas 32 meter persegi yang hanya punya 1 kamar dan 1 dapur ini memang tidak ada tempat untuk bisa berjauhan.
"Kamu bisa mematikan dayamu?" kata Chayra akhirnya.
"Bisa putri," jawab Damon. "Power down."
Dalam sekejap , Damon sudah tak bergerak. Duduk layu di lantai dapur.
"Jangan di dapur," cegah Chayra. " waduh..bagaimana ini Re? badannya menghalangi kita ke dapur," katanya meminta saran Rhea.
"Kita tarik saja," usul Rhea. "Harusnya kamu suruh dulu dia duduk di sofa ini baru menyuruhnya mematikan daya," sesalnya.
"Aku panik," aku Chayra. " Sikap Damon tadi membuatku takut."
Jika Damon memang punya perasaan, dia pasti akan sakit hati melihat sikap Chayra," batin Rhea. Chayra memang tidak pantas memiliki robot canggih ini.
tiba tiba terdengar langkah sepatu berhenti di depan pintu apartemen di sertai suara pintu di buka dari luar.
Siapa itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
WWH jin
enaknya jd CEO, tinggal beli baru, kalo aq kudu ke servis hape dulu
2022-07-08
3
WWH jin
siapa ya?
2022-07-08
2
Ayu Astuti
Keren
2022-04-15
1