"Bu Miranti kenapa hanya saya sendiri yang tak mendapat izin pengurangan kehadiran di lokasi KKN? sementara yang lain bisa, sungguh ini tak adil, coba Ibu usulkan lagi pada pimpinan saya kok di perlakukan berbeda apa salah saya? yang lain juga sama kerja saya mohon Bu tolong saya."
"Saya sudah berusaha Retno semua keputusan pimpinan dan mungkin dengan segala pertimbangannya."
"Atas pertimbangan apa Bu kan kita sama kerja, dan ini masalah jarak, kalau masih bisa di jangkau setengah jam sampai satu jam perjalanan saya mungkin nggak akan protes Bu."
"Retno mau jaraknya jauh, mau perjalanan satu jam dua jam bahkan lebih itu masalahmu, itu konsekuensi kerja sambil kuliah yang harus di jalani, mungkin semua orang yang punya kasus seperti kamu akan seperti itu pada akhirnya dilema dan berkorban untuk semua cita citanya." suara suster kepala Miranti semakin kasar saja kedengaran di telinga Retno dan Retno hanya diam selesai bicara tadi.
"Jalani saja semuanya, jangan terlalu protes berlebihan jadi kesannya kita mengintervensi atasan."
"Saya tidak bermaksud begitu Bu, barangkali menjadi bahan pertimbangan, saya kerja di Bandung, Lokasi KKN di Tasikmalaya sini dengan jarak tempuh enam jam perjalanan bolak balik Masya Allah Bu apa saya mampu?"
"Manage waktumu seefektif mungkin semua kita berjuang bersama, saya tidak mau tahu dan tak menerima alasan apapun yang penting kehadiran kamu tepat waktu di absensi, itu urusan kamu gimana caranya semua berjalan pada waktunya nanti."
"Apa saya boleh mengajukan sendiri siapa tahu bisa, mungkin secara tertulis barangkali Bu? saya sudah tak berfikir keluarga dan tanggung jawab saya,saya berfikir badan saya bukan robot perlu sejenak istirahat."
"Kamu coba saja bikin pengajuan tapi saya yakin hanya akan menjadi sesuatu yang sia sia,
Kamu masih bisa istirahat di mobil barangkali lumayan perjalanan satu balik tiga jam tidurlah di mobil."
"Ya ampuuuuun Bu, do'ain saya kuat." dengan mimik sedih Retno menahan sesak di dadanya dan suster kepala Miranti merasa nggak tega tapi itu bagian dari tugasnya, dan di rasa dirinya nggak mau terlalu kejam bertindak atau bicara pada gadis cantik itu, tapi tuntutan skenario dr Prabu semua harus di jalaninya.
"Jangan terlalu cengeng semua belum di jalani, kalau semua sudah berjalan akan biasa saja." suster kepala Miranti bicara tanpa senyum, membuat Retno setengah pasrah dengan keputusan yang dirasa tidak adil pada dirinya.
"Bu saya juga orang kerja seperti Ibu sebagai tenaga keperawatan juga di rumah sakit masih satu jaringan dengan rumah sakit ini Bandung Medical Center, karena saya berharap bisa ada sedikit keringanan, juga saya belajar juga dari mahasiswa mahasiswa lain yang KKN di Rumah sakit tempat saya bekerja semua yang bekerja yang sudah punya pekerjaan tetap dan ingin melanjutkan kuliah mendapat keringanan saat KKN."
"Jangan menyamakan semua kebijakan rumah sakit itu sama, jelas akan berbeda satu pimpinan dan pimpinan lain dan itu kembali pada kita masing masing, kalau nggak suka silahkan mencari tempat KKN yang lain yang bisa memenuhi semua keinginan kalian."
"Maafkan saya Bu Miranti saya tak bermaksud menyinggung siapapun dan membanding bandingkan hanya saya menyampaikan pandangan saya saja, kalau memang sudah tak bisa di negosiasikan lagi apalah daya saya semua tinggal di jalani."
"Pokoknya kehadiran yang utama dan tepat waktu, saya harus tegas untuk kedisiplinan terutama absensi mutlak tak bisa di wakilkan, kita tahu dunia kerja kita melayani bukan di layani."
"Iya Bu."
Sedihnya hati Retno dan tak bisa membayangkan kegiatannya tiga bulan ke depan bakal garing di jalan dan pontang panting Bandung - Tasikmalaya akan menjadi seperti jalan ke kamar mandi saja.
Pagi pagi sekitar jam tujuh absensi tempat kerjanya di Bandung, tempat kerjanya selama ini sama sama rumah sakit juga Bandung Medical Center,sudah itu kerja sampai jam dua belas karena mendapat keringanan bagi karyawan yang masih ngambil kuliah seperti Retno apalagi saat ini lagi menjalani KKN lanjut setelah itu perjalanan ke Tasikmalaya lagi ke tempat KKN absensi sekitar jam lima karena Retno kerja mengambil sip dua, sampai malam sekitar 7 jam kerja kurang lebih selesai jam setengah sebelas malam dan otomatis hanya punya waktu jeda istirahat untuk tidur untuk makan mandi dan mengurus keperluannya sendiri empat jam dalam sehari, setelah itu lanjut sudah harus berangkat lagi ke Bandung untuk memburu ke tempat kerjanya dan hanya punya waktu istirahat di jalan.
Memang benar harus bisa mengatur waktu dan peluang yang ada walaupun dilema, dan Retno tak ingin salah satunya gagal baik di tempat kerjanya yang sudah di rintis lama juga KKN kali ini sebagai sarat kelulusan sarjananya, Retno harus mempersiapkan stamina ekstra kali ini.
Retno harus pandai pandai mengatur waktunya kalau tidak semuanya akan terbengkalai dan itu sudah menjadi tekad nya, semua harus berhasil kerja tetap lancar dan KKN juga harus berjalan semestinya.
"Sudah tak ada lagi yang di tanya?" suster kepala Miranti menatap tajam Retno seperti mata elang, meneliti raut muka orang yang kata dr Prabu telah menyakitinya dan menggores begitu dalam perasaannya.
"Saya rasa cukup Bu, terima kasih saya pamit dulu dan beres beres di mes dulu."
"Ya sudah silahkan."
Retno keluar dari ruangan suster kepala Miranti dengan lesu, kenapa dulu team KKN mereka mengambil di rumah sakit ini, kenapa tidak di Bandung saja mungkin ceritanya akan lain, tapi semua teamnya telah terlanjur semua telah sepakat untuk mengambil KKN di tempat ini.
Tekad Retno mendapat dukungan dari teman dekatnya Ella dan Ismi dengan perasaan sedih juga Ella memeluk Retno dan memberi motivasi.
"Tenang saja mbak Retno aku handle apa yang aku bisa pasti aku bantu kan kita satu team." Ismi mengusap tangan Retno yang masih belum fokus dengan fikirannya.
"Iya mbak jangan fikirkan apapun yang penting semua terlewati." Ella menambahkan.
"Kenapa pula ya kita dapat pimpinan kepala suster yang super julid gitu? iiiiiiiiiih... amit- amit kayak dia nggak pernah yang namanya kuliah dan KKN seperti kita, jangan jangan orang itu tidak harmonis di rumah tangganya." Ismi bersungut sungut sendiri.
"Malah saya berfikir orang seperti suster kepala Miranti itu nggak harmonis di ranjangnya haaaa..." Ella tertawa dan di susul dengan tawa Ismi dan Retno.
"Ssssst... jangan men judge orang seperti apa yang kita lihat, belum tentu yang sebenarnya karakter dia galak, itu hanya menjalankan tugas saja dan memang jadi pimpinan harus tegas." Retno meredakan tawa dan penilaian teman temannya terhadap suster kepala Miranti.
"Eh...tapi benar juga lho apa yang di katakan Mbak Retno, kemarin juga waktu saya datang ke sini diantar ortu saya ketemu di depan suster kepala Miranti langsung nanya, yang mau KKN ya? katanya dan langsung membantu saya menarik satu koper saya sampai kamar sini heeee..." timpal Ismi.
"Iya pada dasarnya semua orang itu punya hati nurani, jadi stop kita jangan menghujat atasan kita sendiri, apapun itu juga yang akan kita lakukan semua di sini kita perlu bimbingan dia kan?" Retno mengingatkan teman temannya dan mereka selalu menurut dan Retno sendiri merasa lebih tua dari mereka mereka itu jadi dalam segala hal Retno harus menjadi contoh dan teladan yang baik.
Bersambung...
Tinggalkan jejak dan dukungannya, mohon😆 komen, like, hadiah dan vote nya✌️💝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments
Erni Fitriana
g' kebayang retno klo tau dibalik aturan ini ada mantan yg bikin aturanyah
2022-03-16
1
Dwisya12Aurizra
tasik-bandung gk kebayang lelahnya...
aku tasik - cineam az yg bisa ditempuh 30 mnt
suka ngalulungsar... kejam nian wahai mantan 😅😅
2021-12-10
2
Vi
Dr Kkn kenapa ke ranjang ya🤣 dasar anak muda
2021-11-09
0