Retno akan ada di hadapanku dalam wilayah kekuasaan ku, pasti semua mahasiswa KKN butuh nilai dan tandatangan ku, begitu juga Retno, semua harus atas persetujuanku.
Inilah saatnya dendam ku pada Raden Haryo Atmojo aku balas kan pada seorang mahasiswi cantik keturunan ningrat dengan darah biru yang lagi KKN di rumah sakit ini, niat jahat dr Prabu mulai di rancang memenuhi otaknya.
Lihatlah nanti apa yang akan aku lakukan Raden Haryo Atmojo pada putri kesayangan mu, akan aku buat anakmu Retno merangkak dan memohon padaku, akan aku buat anakmu merendahkan martabat ningrat nya sendiri, bahkan kalau perlu akan aku buat dia menjilat ludah di sepatuku! sebegitu dendam dan sakit hatinya dr Prabu pada keluarga Raden Haryo Atmojo, tak ada maaf untuk keluarga Raden Haryo Atmojo sebelum semuanya aku lampiaskan pada putrinya.
Dengan senyum-senyum sendiri wajah dingin dr Prabu merancang akan menyiksa lahir bathin dan biar sampai perasaan anak ningrat itu terkoyak dan terluka seperti saat dirinya dulu merasakan itu, ingin segera dr Prabu berdiri dengan angkuhnya di hadapan Retno, dan ingin melihat wajah cantik khasnya memohon pada dirinya.
Tapi adil kah aku tumpahkan semua dan aku lampiaskan dendam ini pada Retno yang dulu begitu manis dan aku begitu bangga memilikinya juga Prabu begitu memuja dan mengaguminya? pada siapapun keluarga Raden Haryo Atmojo aku begitu membencinya dan satu yang tak aku terima tak ada pembelaan sedikitpun dari seorang Retno sendiri seakan pasrah dan menerima apa yang di haruskan orangtuanya, jadi dimanakah rasa cintanya itu yang selama ini mereka berdua agungkan dan mereka saling ungkapkan juga perjuangkan? mengingat semua itu bertambah rasa sakit hati dr Prabu Seto Wardhana.
Dr Prabu terasa begitu tak ada harganya di hadapan keluarga Retno, begitu juga kedua orangtuanya langsung mengajak pulang dan syok berat, semakin mengingat semuanya semakin menggebu emosi dr Prabu, dan kata kata Bapaknya menjadi satu yang abadi di telinganya.
"Sudahlah Nak ayo kita pulang, kita bukan setara mereka, perempuan baik baik masih banyak menunggumu, jangan turuti rasa cinta di hatimu, lepaskan semua rasa itu semua akan lambat laun terobati" itulah kata kata Bapaknya yang mengantar dr Prabu ke Pekalongan.
''Suster Miranti bisa ke ruangan ku sekarang?"
"Oh bisa Pak." suara Suster kepala Miranti begitu sopan di ujung telephon sana.
Pintu di ketuk dan dr Prabu mempersilahkan masuk.
"Silahkan duduk sus." dr Prabu memajukan kursinya dan suster kepala Miranti duduk di sebrang meja dr Prabu.
"Suster apa ada pemberitahuan dari awal pada saya kalau mahasiswa yang mau KKN itu?"
"Kan saya sudah ajukan dari dua minggu lalu dan dokter sendiri yang menandatanganinya kan?" suster kepala Miranti malah balik bertanya.
"Oh begitu ya? apa saya lupa lagi?"
"Mungkin dokter lupa."
"Ya ya ya...aku memang lupa tapi tak apa, berapa lama mereka yang akan mengambil KKN di sini dan berapa orang semuanya?"
"Ada sepuluh orang dok dan rencananya tiga bulan."
"Wow lama juga ya, silahkan kondisikan dengan sebaik baiknya."
"Ada beberapa pengajuan keringanan kehadiran dari mahasiswa itu dok karena ada sebagian yang kuliahnya mengambil kelas karyawan dan sudah tercatat sebagai karyawan tetap di perusahaan dan beberapa rumah sakit di kota Bandung."
Dr Prabu mengerutkan keningnya dan semoga yang mengajukan permohonan keringanan kehadiran itu adalah Retno, dan itu akan menjadi tohokan pertamanya.
"Coba saya lihat berkas mahasiswa yang mengajukan keringanan kehadiran."
"Baik dok, saya ambil dulu."
"Silahkan." suster kepala Miranti bangkit dan berjalan keluar menuju ruangannya dan tak lama datang lagi dengan empat map merah dan menyodorkannya ke hadapan dr Prabu.
Dengan serius dr Prabu membuka satu demi satu map itu, melihat perusahaan tempat empat mahasiswa yang mengajukan keringanan kehadiran dan hatinya bersorak gembira karena di situ ada nama Raden Ajeng Retno Ayuningtyas.
"Suster Miranti nggak lagi sibuk?bisa mendengarkan pengarahan saya dan mungkin akan memerlukan waktu yang lumayan lama."
"Oh enggak dok, saya lagi agak longgar selesai memeriksa map map itu."
"Ok terimakasih atas waktunya."
Suster kepala Miranti merasa heran tapi tak tahu apa yang akan di sampaikan pimpinannya ini sungguh di luar kebiasaannya, dan sangat mengundang tanda tanya, tapi tak urung suster Miranti dengan siap mendengar semuanya.
Dr Prabu menarik nafas panjang, melonggarkan segala beban di hatinya yang begitu menyesakkan dalam dadanya.
"Begini sus, ada satu mahasiswa yang mengambil KKN di sini adalah mantan kekasih saya dulu semasa kuliah, dan masuk di salah satu yang mengajukan keringanan kehadiran itu."
"Oh ya?" suster Miranti merasa kaget dan tersenyum.
"Saya akan membuat perhitungan dengan dia dan saat inilah waktunya, saya akan membalas sakit hati saya terhadap keluarga dia yang telah menginjak injak harga diri saya!"
"Dok?" seketika senyum di wajah suster kepala Miranti hilang.
"Di sini saya yang punya peranan bantu saya membalaskan dendam ini dengan wewenang posisi suster kepala Miranti, dan ini akan menjadi rahasia kita berdua."
"Astagfirullah dok?"
"Saya hanya ingin memberi pelajaran pada dia agar keluarga dia tahu siapa saya sekarang, dan saya ingin melihat mereka menyesalinya telah meremehkan dr Prabu Seto Wardhana!"
Suster kepala Miranti terhenyak.
"Ikuti saja instruksi saya tak ada kata bantahan untuk hal ini dan kali ini, tolak pengajuan keringanan kehadiran Raden Ajeng Retno Ayuningtyas, dan yang tiga orang lagi izinkan boleh hadir di lokasi KKN sesuai permintaan mereka!" dr Prabu melempar map merah yang ada tulisan Raden Ajeng Retno Ayuningtyas ke hadapan suster kepala Miranti.
"Dok apa kita setega itu?"
"Suster tidak tahu sakit hati saya, jadi lakukan karena itu adalah perintah!"
"Dok saya mohon maaf jangan setega itu, masa Dek Retno harus bolak balik selama tiga bulan dari Bandung - Tasikmalaya kapan istirahatnya? pagi sampai siang harus kerja dan malamnya menjalani kegiatan KKN di sini kasihanilah dia maafkanlah dia saya merasa nggak mampu membayangkannya juga, bukankan memaafkan itu lebih baik?"
"Jangan mengajari saya suster, itu hanya awal-awal pembalasanku, dan satu lagi selama tiga bulan ini suster kepala Miranti harus menjadi pimpinan yang otoriter, bengis dan tanpa ampun, buat seolah Retno mencari muka pada saya, buat seolah tiap yang dia lakukan semuanya salah, buat juga seolah dia kecentilan berusaha mencari perhatian saya dan sejenis itulah, dan kalau bisa hukum dia dengan hukuman keras dan berat walau kesalahannya kecil suster Retno, harus lebih galak dan keras terutama pada satu mahasiswa satu yang bernama itu!" dr Prabu menunjuk nama Retno di depan suster kepala Miranti.
Lemas rasa hati suster kepala Miranti semua sudah menjadi keputusan pimpinan, semua yang harus di lakukannya adalah yang bertolak belakang dengan kehidupannya yang begitu lembut dan penuh kasih terhadap suster suster baik di keperawatan atau di kebidanan yang menjadi bawahannya.
Bisakah aku menjalani semua ini membalaskan dendam orang lain pada orang yang tak berdosa sedikitpun dan tak tahu permasalahannya dan semua itu akan menjadi tontonan di hadapanku? suster kepala Miranti terpekur dikursi nya tak berani membantah pimpinannya.
"Sanggup menjalankan semua tugasmu suster?"
"Baiklah, akan saya coba."
"Harus bisa dan jangan jadikan ini coba-coba semua harus sesuai rencana dan instruksi ku! kalau memang tak sanggup sampaikan dari sekarang aku bisa mencari seseorang pengganti."
"Baik dok..." begitu lesu muka bathin dan perasaan suster kepala Miranti tapi tak berani bicara dan membantah lagi.
"Apa ada pertanyaan lagi?"
"Sementara tidak dok, saya permisi dulu." suster Miranti undur diri dengan langkah gontai menyusuri lorong rumah sakit menuju ke arah ruangannya.
Bersambung!
Tinggalkan jejak dan dukungannya, mohon😆 komen, like, hadiah dan vote nya✌️💝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments
Erni Fitriana
waduhhhh...serem juga nih dokter prabu...pasti nanti bucinya pun bukan alang kepalang nih...pe.balasan nya kyk sinetron di stasiun ikan terbang
2022-03-16
1
Yayoek Rahayu
suster miranti jd tumbal...
2022-02-03
1
Dwisya12Aurizra
daripada balas dendam mending mengikhlaskan, biar hati tenang.
2021-12-10
3