✨Happy Reading✨
Tidak terasa hari begitu cepat berganti,begitu juga dengan kalender yang telah berganti bulan.Namun semua itu terasa begitu lama bagi wanita yang tengah meringkuk di atas ranjang dengan luka di bagian dahinya.
Ya...beginilah kehidupan Emilia saat ini.Setelah kejadian di hutan,ia mengira itu adalah akhir dari kegilaan seorang Damian.Namun dia salah besar karena ternyata setiap minggu nya ia akan mengikuti permainan gila Damian sebagai alasan pelepas penat di hari minggu.
Angan-angan melepas penat,ia malah mendapat sebuah rasa sakit lagi dan lagi.Jika bagi sebagian besar hari minggu adalah hari dimana kita merasakan damai karena libur bekerja,berbeda hal nya dengan Emilia yang begitu benci dengan hari minggu.Di hari itu ia harus siap menebar sandiwara senyum menahan sakit.
“Aakkkkhhh...ini benar-benar perih...”gumam nya
Meskipun permainan itu tak segila permainan di hutan,namun tetap saja pasti akan ada luka yang ia dapat setiap minggunya.
“Apakah dia begitu bahagia ketika berhasil menorehkan luka padaku?”gumam nya lagi.
Ceklek...
Seperti biasa Michelle akan masuk ke dalam kamar Emilia ketika permainan selesai,karena Michelle harus memastikan keadaan sang nona.
“Nona..apa anda terluka parah?”tanya Michelle dengan penuh nada kekhawatiran.
Ia sempat melihat Emilia berlari di hamparan lapangan golf untuk mengejar bola yang dipukul oleh Damian.Mungkin itu terdengar biasa,namun ini sedikit berbeda karena Emilia harus menangkap bola itu dan tidak membiarkannya jatuh ke tanah.Alhasil bola golf yang keras itu mengenai dahi Emilia sehingga menimbulkan luka robek.
“Tak apa hanya luka kecil”ucapnya sembari tersenyum kecil
“Astaga nona..kau bilang luka kecil..ini luka robek nona dan dengan entengnya kau bilang kecil?”omel Michelle
“Hey...sejak kapan kau berani memarahiku?”protesnya
“Sejak kita memutuskan untuk berteman”jawabnya dengan tangan yang sibuk membuka alat P3K yang memang dia bawa dari luar.
“Teman?...sejak kapan kita berteman?”tanya Emilia
“Sejak nona mengajakku mengobrol dengan akrab”jawabnya lagi dengan nada kesal
“Benarkah?...kapan aku mengakui itu?”emilia benar-benar suka menggoda Michelle ketika seperti ini.
“Jika begitu mulai hari ini kita berteman..dan aku tak butuh persetujuan mu”imbuh Michelle
Emilia hanya bisa tersenyum dan sesekali tertawa kecil melihat tingkah dari asisten pribadi Damian.Bahkan sejak awal ia berbicara layaknya seorang sahabat bukan seperti seorang nona dan pelayan.
“Mmm apa kau mau mendengar sedikit cerita ku di masa lalu?” Emilia mencoba memulai obrolan ketika Michelle mulai membersihkan luka di dahinya.
“Tentu..sepertinya aku sedikit penasaran”ujarnya
“Dulu aku sering mendapat luka seperti ini..bahkan saat ini aku merasa sedang kembali ke masa laluku..sebelum menjadi model seperti saat ini,aku harus berjuang mati-matian untuk meraih semua ini meskipun ini bukan cita-cita ku...”Emilia menjeda kalimatnya untuk menghela nafas
“Aku masih sangat ingat bagaimana hukuman yang aku terima ketika gagal menjadi pemenang lomba yang berhubungan dengan model...aku harus menahan lapar selama berhari-hari karena dikurung di dalam ruangan gelap tak berpenghuni..”
“Maksudmu..ayahmu menghukummu karena tak memenangkan lomba?”potong Michelle
“Hhmm..dia adalah orang yang tidak suka dengan kekalahan..jadi ketika aku kalah dia pasti akan marah besar...beruntung jika aku hanya di tampar tapi jika sedang sial mungkin aku akan mendapat beberapa cambukan saja dan itu cukup menyakitkan..hah..” air matanya menetes ketika mengingat hal itu.
Plak...
Sebuah tamparan keras mendarat sempurna di pipi anak perempuan berusia 12 tahun.
“Anak bodoh...aku sudah bilang padamu jangan sampai kalah”teriak Justin
“Ak..aku sudah berusaha daddy..hiks..hiks..”jawab anak kecil itu menangis sesenggukan
“Berusaha katamu?..tapi kenapa kau bisa kalah hah..”
“Kau harus diberi hukuman untuk ini..”
Dengan kasar Justin menarik tangan itu masuk kedalam ruangan.
Cetak...cetak..cetak...
Suara cambukan terdengar begitu memilukan diiringi dengan teriakan kesakitan dari anak perempuan itu.
“Aaaa..ampun daddy..sakit...”
Seakan tuli,Justin tetap mengayunkan rotan itu tanpa rasa iba sedikit pun.
“Cukup nona...aku akan mendengar cerita mu dilain hari...saat ini aku tidak siap untuk mendengar semua itu karena terasa begitu menyakitkan”ucap Michelle setelah menyelesaikan tugasnya.
Emilia kembali tersenyum hangat karena dia begitu bersyukur ada seseorang yang setia menemaninya di saat seperti ini.
“Baiklah..kau boleh keluar karena aku ingin beristirahat untuk memulihkan tenagaku” Emilia menarik selimut dan berpura-pura memejamkan mata.
“Baik nona..aku permisi”pamitnya lalu ia bergegas keluar dari kamar itu.
****
Di sebuah cafe duduklah tiga orang pria tampan yang tengah asik menikmati cemilan yang mereka pesan.
“Kenapa kau terlihat begitu bersemangat hari ini?”tanya Dareen kepada Damian.
“Benarkah aku terlihat bersemangat?” Tanya nya dengan senyum merekah
“Aku tahu...”seru Dion
“Aku yakin jika kau habis bermain permainan gila bersama tawananmu”tebak Dion
“Wahh..kau luar biasa..apa kau memasang kamera CCTV di dalam mansionku”sindir Damian
“Tidak..tapi aku sangat tahu dirimu psikopat tua..kau pasti menjadikan Emilia sebagai mainan baru mu karena saat kejadian itu kau tak langsung membunuhnya..dan aku merasa kasian akan hal itu”imbuh Dion menyelipkan kalimat ejekan di dalamnya,
“Kasian?...kenapa kau merasa kasian?...harusnya kau bersyukur karena aku tidak membunuhnya..”Damian menyandarkan tubuhnya di sofa tempat ia duduk
“Hah...kau tidak membunuhnya tapi kau membuatnya merasa bahwa kematian adalah sebuah impian baginya.”jelas Dion sembari memutar bola matanya malas.
“Hhaaiihhh...sudahlah kenapa kalian berdebat seperti ini..lebih baik kau hubungi Dannis dan juga Albert”Dareen mencoba melerai kedua sahabatnya itu.
“Percuma menghubungi mereka berdua karena mereka sedang sibuk dengan urusan wanita nya masing-masing..Albert yang tengah sibuk meyakinkan wanita dan Dannis tengah sibuk mencari wanitanya..Hhaahhh memikirkannya saja sudah membuatku pusing.
“Benar..wanita hanya membuat kita menjadi pusing”imbuh Damian
“Apa kau mengenang kisah cinta mu yang menyedihkan itu?”sindir Dareen
“Hah..entahlah..aku sudah mencoba melupakannya tapi ini terasa begitu sulit”raut wajah Damian seketika terlihat bersedih
“Untuk apa kau merasa sulit..jelas-jelas wanita itu meninggalkan mu begitu saja demi impiannya yang tak jelas itu”ucap Dion
“Benar..kenapa kau memikirkan hal itu..bukankah di mansionmu ada wanita yang bisa kau jadikan istri”ledek Dareen
“Tidak..dia mainanku dan selamanya akan seperti itu...”
“Aahhhh...kau memberiku sebuah ide yang bagus...jika permainanku yang terakhir tak bisa membuatnya berteriak kesakitan maka aku akan mencoba menyakitinya dari dalam”ujar Damian kembali bersemangat
“Apa maksudmu tak berteriak kesakitan?”tanya Dion sembari mengernyitkan dahi
“Setiap dia terluka karena permainanku..dia tidak berteriak kesakitan seperti orang pada umumnya..ketika mendapat luka dia akan tersenyum ke arahku seakan berkata “ini tak terasa sakit sedikit pun”jelas Damian
“Wah..seperti nya dia orang yang kuat”puji Dareen
“Tapi aku belum mengerti maksud dari kata menyakiti dari dalam”tanya Dion lagi
“Kau akan tahu nanti..tunggu saja”jawab Damian yang menbuat Dion mendengus kesal...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
insos
😭😭😭ahh nyesek banget Thor
2022-01-08
1
Lhya Dian
kasianbangett
2021-10-19
1
Tati Cahya
nyesek asli..!!
awas kau Damian kalo sampe Bucin..🙄
2021-08-29
7