IAP. 09.

Mobil Rico telah sampai di pintu gerbang rumah Clara, tentu saja istri sirinya itu bahagia karena Rico datang lebih awal dari apa yang ia janjikan, ya, walaupun tadinya Clara kesal karena mengetahui suaminya itu memadu kasih dengan istri sahnya.

Menurut Rico akan lebih mudah ia membujuk dengan datang lebih awal, daripada menunggu hingga malam nanti, bisa saja mood clara memburuk, akan menyulitkan dirinya nanti pikir Rico.

"Kau datang lebih awal yank?" 

"Tentu saja. Aku tidak mau wanita kesayanganku merajuk," jawab Rico seraya melingkarkan tangan ke pinggang ramping milik Clara.

Kemudian keduanya berjalan masuk, tak lupa Rico membawa koper yang berisikan bajunya tadi.

"Kamu kenapa lagi sih..?" ucap Rico yang melihat raut wajah Clara sedikit murung.

"Masih sebel aja..sama tanda merah di dada mu," ucap Clara sambil cemberut.

"Kan sudah aku jelaskan.." 

"Iya. Tapi tetap saja aku kesal."

"Sudah..kan kita bisa melakukannya sekarang."

Clara memutar bola matanya malas, " enak saja, kamu pikir gampang apa melupakan kekesalanku padamu?".

Wajah Clara memerah. Sebenarnya wanita itu begitu malu ketika Rico membahas soal ranjang, tentu saja Clara menginginkannya, sudah lama juga ia tidak merasakannya, karena Rico harus tinggal di rumah Arini.

"Kenapa wajahmu merah?"

"Ah…nggak kok. biasa aja !" ucap Clara dengan memalingkan wajahnya.

"Jangan bohong.." bisik Rico.

Saat hendak menjawab bibir Clara sudah terkunci, menyesapnya lembut dan memainkan dengan lincah di rongga mulut Clara.

"Ih…ngeselin." ucap Clara seraya memukul-mukul dada Rico, namun hanya di balas dengan gelak tawa dari lelaki itu.

Sedangkan Clara dan Rico bermain gila di belakang Arini, di sisi lain Arini sedang di landa Gegana, gelisah, galau, merana.

Seto kini telah kembali di sampingnya, setelah beberapa saat lalu mengangkat telepon dari seseorang, tentu saja Arini tidak bertanya, toh, tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya pikir Arini.

Mungkin Arini masih merasa bingung dengan sikap Rico, yang berubah begitu cepat, wanita itu hanya murung, dan tidak ada niat mengajak bicara Seto.

"Hey…kenapa wajahmu terlihat murung?" ucap Seto seraya menelisik wajah Arini.

Wanita itu tersenyum terpaksa, ia sama sekali enggan menjawab pertanyaan dari Seto, menyadari itu Seto berpikir mungkin Arini sedang membutuhkan waktu sendiri, pria itu melangkah pergi, namun Arini tiba-tiba mengeluarkan suara, membuat ia mengurungkan niatnya untuk pergi.

"Kau tau, rasanya di buat terbang tinggi lalu di hempaskan?".

Seto tidak menjawab, ia terdiam, membiarkan Arini mengeluarkan isi hatinya, ia sejujurnya tahu apa yang membuat Arini merasa sedih begini. Namun sudah pasti ia tidak akan menceritakan apa yang ia lihat tadi, berbahaya, itu akan menambah luka hati wanita yang begitu rapuh ini.

Hening beberapa saat, hingga pada akhirnya Seto memulai pembicaraan. "Kau mau es krim?".

Arini menoleh, sekejap itu juga ia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak menyukainya,".

Ingin sekali rasanya, Seto memeluk, mendekap wanita yang berada di sampingnya saat ini, tiupan angin yang begitu kencang membuat anak rambut Arini yang tidak ikut terikat menutupi wajah ayunya.

"Tidak selamanya langit itu mendung, akan ada hari dimana langit akan nampak cerah," ucap Seto, entah naluri apa yang Menuntunnya hingga,  membuatnya menyibakkan rambut hitam milik Arini.

Tentu saja perlakuan itu mengangetkan Arini, namun entah mengapa, ia bukannya menolak malah merasa seolah saat ini dirinya membutuhkan Seto. Ia butuh sosok yang bisa di ajaknya berkeluh-kesah. Namun seperkian detik Arini menyadari ini adalah salah.

"Ma-maaf," ucap Seto seraya menarik tangannya dari wajah Arini. keduanya begitu canggung, untuk mencairkan suasana, Seto tidak kehabisan akal, ia kembali beranjak melangkah dan memasukkan tangan ke saku celananya seraya berkata.

"Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan,  dan malam pun tidak akan dapat mendahului siang, masing-masing akan beredar pada garis edarnya!"

Arini mengerutkan kening, ia tidak paham akan maksud dari perkataan Seto.

"Semua sudah di tentukan, jangan memikirkan esok akan bagaimana, tapi pikirkanlah kamu maunya bagaimana!" 

Arini tertegun, mencoba memahami ucapan Seto.

"Aku bukan bukan pujangga, tapi jangan berpikir aku sedang merayu mu. Walaupun sesungguhnya memang benar aku memang sedang merayu mu." Seto terbahak mengatakan ini.

Arini tersenyum, "mas Seto bisa aja."

Keduanya tertawa Kemudian Seto kembali menatap wajah Arini, hingga mata mereka saling beradu.

Seto seolah tersihir,  ia tertegun melihat wajah Arini begitu ayu, kulitnya yang terkena sinar matahari seolah bersinar, membuat hatinya tak karuan, bergejolak di dalam sana.

"Ingat Seto, wanita di hadapanmu ini istri orang, sadarlah wahai jiwa pebinorku!"  gerutu Seto dalam hati.

"Ma-maaf mas, aku harus pulang,"

Seto tak menjawab, ia masih tersihir oleh kecantikan Arini, setelah punggung Arini menjauh ia baru menyadarinya, " sialan. Aku bahkan mengidamkan istri orang lain," gerutu Seto dengan memukul kepalanya.

Tentu saja Seto mengejar kepergian Arini, namun ia tidak berniat berjalan beriringan, ia hanya ingin memastikan Arini selamat sampai tujuan.

Sementara itu di rumah Clara kedua pasangan yang sedang di mabuk kasmaran itu telah menanggalkan seluruh pakaiannya, memperlihatkan kemolekan tubuh Clara, begitu juga roti sobek yang di miliki Rico, mereka berdua beradu kenikmatan, hingga permainan di pimpin oleh Clara.

Rambut Clara yang tergerai, menambah kesan sexy saat ini, gerakan Clara yang lincah hingga menciptakan suara-suara erangan yang mendominasi kamar. 

Sudah cukup lama mereka bercinta, namun mereka masih saja belum sampai pada puncaknya, namun kali ini Rico yang mengendalikan, istri sirinya itu di buat menggila oleh permainan Rico.

"Akkhh…" erangannya saat kepemilikannya sempurna masuk kedalam sana.

Rico mengatur gerakannya, ia terus memo*pa Clara, suara Clara yang manja, cengkraman eratnya di pundak membuatnya semakin bergelora.

"Baby…akhh..".

"Ini belum seberapa," ucap Rico sombong sembari memegang kedua kaki clara yang di tekuk lututnya agar mil*knya m*suk dengan sempurna.

"Gaya lain?" ucap Rico saat merasa bosan dengan gaya yang saat ini ia mainkan, tentu saja Clara segera mengangguk.

Rico mel*paskan m*liknya, dan segera membalikkan badan Clara, di angkat pinggul wanitanya, dan…. membuat Clara mengg*linjang kegelian, Rico mem*sukkan miliknya dengan sempurna ia mengambil gaya d*ggy st*le, menekan kuat dan semakin dal*m.

Clara menarik rambut di ubun-ubunnya ia sangat tidak tahan akan sensasi yang luar biasa.

Tiba-tiba, 

"dreet…dreet.." ponselnya bergetar, ia hanya meliriknya dan tetap melanjutkan permainannya.

Namun getar ponselnya membuatnya risih, karena panggilan itu tidak berhenti.

"Hah .. menyebalkan." gerutu kesal Rico.

Masih tak ingin m*lepaskan m*l*knya, ia mengambil ear phone dan segera memasangnya ketelinga.

Namun ia tertegun, setelah melihat siapa nama penelepon, hatinya berdebar dan itu merubah jelas raut wajahnya, ia menghentikan permainan itu, membuat Clara kesal karena Rico menghentikannya secara mendadak.

Bersambung….

Hayo…tebak siapa yang menelepon?

dan sudah berapa lama mas Rico berselingkuh?

Tim mas Seto mana nih wkwkkw

Jangan pelit like komen dan vote ya ❤️

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***