IAP. 06.

Sepeninggalan Arini, di dalam kamar dengan pencahayaan temaram. Rico masih memejamkan matanya, namun tidak tidur lelaki itu sangat senang atas apa yang baru saja terjadi. Seprei yang berantakan, celananya yang berserakan, membuat dirinya semakin merasa senang karena berhasil menuntaskan hasratnya.

Ia membuka kelopak mata dengan perlahan, kemudian beranjak dan berjalan masuk ke kamar mandi. Badannya sangat lengket akibat pergulatan panasnya beberapa waktu tadi.

❤️❤️❤️❤️❤️

Malam harinya di lain tempat, Seto lelaki yang berbadan sexy itu menatap indahnya langit dengan gemerlap bintang. Hatinya terasa damai namun pikirannya terganggu akan sosok wanita bertubuh ramping dan memiliki lesung pipi, wajah nan ayu walaupun tanpa polesan make up. Siapa lagi kalau bukan Arini.

Pertemuannya dengan Arini beberapa Minggu lalu di bar, membuatnya gundah, sihir apa yang di punya  Arini hingga membuatnya susah untuk melupakannya, jelas-jelas ia tau wanita itu masih berstatus istri orang lain.

Sejak pertemuannya itu, setiap malam Seto susah tidur, biasanya hatinya sulit di taklukan. Namun berbeda kali ini, debar jantungnya makin berdenyut kencang kala ia membayangkan mata indah Arini.

Arini. Satu-satunya wanita yang mampu mencuri perhatian Seto, sangat ajaib membuatnya seolah buta bahwa seharusnya wanita itu tidak selayaknya di pikirannya.

Seto menarik nafas dalam, walau bagaimanapun Arini masih milik orang lain. Akan menjadi dosa baginya jika berniat memiliki wanita yang masih berstatus istri orang itu. Apalagi menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Arini dan suaminya begitu salah bukan?.

Tiba-tiba suara ponsel dalam kantong celananya bergetar, membuat ia sedikit kaget dan segera mengangkat panggilan itu.

"Dea.." Seto mengerutkan kening ada apa wanita ini menelfon di malam hari tidak seperti biasanya.

"Kamu belum tidur?"

"Kamu sendiri kenapa belum tidur?" tanya balik Seto seraya meraba tengkuknya.

Panggilan beralih Vidio call. Nampak wajah tampan Seto memenuhi layar ponsel Dea.

"Siapa yang sedang kau pikirkan? Hingga membuatmu melamun seperti itu?" tanya Dea seraya mengamati wajah Seto di dalam ponsel.

"ada De…, Masalahnya aku memikirkan istri orang lain!" Batin Seto.

"Tentu saja aku memikirkan mu." Jawab Seto kemudian dengan terkekeh.

Dea menggerutu di balik telefon, kemudian wanita itu berpamitan untuk tidur dan panggilan mereka pun berakhir.

Seto menarik nafas panjang, ia sebelumnya tidak begitu memikirkan wanita, sekalinya jatuh cinta mengapa harus dengan istri orang.

"Wanita itu sangat mengusikku." gerutu Seto dengan mengacak kasar rambutnya, setelah itu ia berjalan masuk ke dalam kamar. Tak lupa ia menutup pintu yang mengarah ke balkon itu.

Namun ia sekilas mengingat kesedihan yang  Arini alami malam itu, membuat Seto mengeram.  Wanita cantik, dan baik di sia-siakan, tiba-tiba hasrat untuk melindungi Arini semakin mendominasi.

"Sial masa aku bercita-cita jadi pebinor sih." gerutu Seto dalam hati.

Ia memejamkan mata lagi namun samar-samar, bayangan kala Arini tengah mabuk dan berbicara walaupun tidak begitu jelas namun Seto masih bisa memahaminya.

Kala itu  Arini mabuk berat, malam pun telah larut namun Arini masih bergeming di duduknya, Seto yang heran pun berniat menghampiri, penampilan Arini kala itu sangat kacau namun tak mengurangi nilai kecantikannya.

"Nona...apakah nona baik-baik saja? tanya Seto saat itu.

Namun bukannya menjawab Arini malah tersenyum tidak jelas khas orang mabuk.

Seto yang paham kalau Arini sekarang sulit di ajak komunikasi, berniat melindunginya, ia kasihan jika nantinya ada lelaki hidung belang yang memanfaatkan keadaan Arini.

"Apakah nona sendirian datang kesini?".

Arini hanya mengangguk sebagai jawaban dengan melipat tangannya di meja sebagai bantal kepalanya.

"Kenapa dia selalu memarahiku, bahkan suka sekali memukuliku!" Celetuk Arini tiba-tiba, Seto yang mendengar itu merasa bingung kala itu, siapakah yang di maksud oleh wanita yang di hadapannya.

"Maksud nona?" tanya Rico menanggapi.

"Lelaki itu sangat aneh, dia yang memintaku untuk menjadi istrinya, dia juga yang menyakitiku!" jawabnya dengan nada yang belepotan. Dan sesekali tertawa keras.

Kini Seto mengerti siapa yang di maksud Arini yang tak lain adalah suaminya.

"Siapa namamu nona?" 

"Hmm. Hahaha Rini." 

Akhirnya Seto memutuskan untuk mengantarkan Arini pulang, saat mengetuk pintu tak beberapa lama pintu pun terbuka.

Menyadari suaminya berdiri di ambang pintu, Seto sedikit tidak enak, pasalnya ia memegang istri orang saat ini, namun mau bagaimana Arini mabuk berat, akan berdosa juga baginya membiarkan Arini sendirian.

Jangan di tanya raut wajah Rico saat itu, sudah pasti tatapannya tajam, ia sangat murka bisa-bisanya, Arini mabuk dan di antar oleh lelaki lain.

Rico mengeram,  saat melihat Arini dengan santainya memeluk tubuh Seto. Menyadari itu Seto pun berbasa-basi dan menjelaskan kenapa bisa dirinya mengantarkan Arini.

"Terimakasih sudah mengantarkan istri saya. Dan sorry saya tidak bisa menyuruh kamu masuk!" Kata Rico ketus.

Seto pun menjawab, " kalau punya istri itu di perhatikan. Nanti di perhatikan lelaki lain kamu ngamook!"  jawab Seto santai setelah itu ia melangkah pergi.

" Sialan kenapa aku selalu membayangkan kejadian itu." gerutu Seto kemudian berusaha memejamkan matanya.

Di kediaman Rico, walaupun Rico tidak dari keluarga kaya, namun bisa di katakan keluarganya sangat terpandang, teringat kejadian 3 tahun yang lalu kala ia memutuskan untuk menikahi Arini demi membuktikan kepada mantan pacarnya bahwa ia telah move on darinya.

Sejujurnya Rico saat itu masih sangat mencintai mantan pacarnya itu, namun karena suatu masalah mengharuskan mereka harus berpisah, hingga pada akhirnya Rico di tantang untuk menikahi gadis lain. Jika bisa berarti benar Rico telah bisa move on darinya.

Pernikahan tidak di dasari rasa cinta, namun dengan tipuan ia berhasil membuat Arini percaya kalau dirinya menikahi Arini atas dasar cinta. 

Setelah berhasil menikah, baru terkuak kalau ternyata Rico tidaklah mencintainya, hal itu membuat Arini sangat kecewa. 

Dalam tiga tahun Arini mencoba bertahan, berharap Rico berubah, namun suaminya itu sulit di tebak, terkadang terlihat sangat mencintai namun terkadang begitu hebat menyakiti.

"Mah.. apakah putri kita telah tidur?" Tanya Rico di ambang pintu, membuat Arini menoleh dan segera menggelengkan kepala.

Rico mendesah panjang, Arini begitu heran, tidak biasanya suaminya mau bertanya demikian.

Rico berjalan menghampiri, ia melihat putrinya sudah mulai memejamkan mata, membuat senyum di bibirnya terbit.

"Kenapa pah?" tanya Arini dengan berbisik.

"Aku tunggu di kamar!" jawabnya dan langsung pergi.

Mendengar jawaban itu, Arini meragu, apakah Rico menginginkannya lagi? Bahkan saat ini ia masih merasakan perih di bawah sana.

Setelah beberapa saat, Arini telah berhasil menidurkan putrinya, ia segera menghampiri Rico, tanpa di duga suaminya telah menunggunya di pintu, tak banyak bicara Rico menarik Arini masuk dan segera mematikan lampu.

Bersambung....

Hayo...mau ngapain mereka ? 

Jangan pelit like komen dan vote ya ❤️

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***