IAP. 05.

Arini nampak terkejut, saat tangan kokoh Rico masuk kedalam pakaiannya menyelinap kedua gundukan kenyal miliknya seraya menciumi lehernya.

"M-mas."  rengek Arini yang tidak setuju dengan perbuatan Rico.

"Kau sedang mabuk!" 

"Aku mohon..jangan lakukan ini!" Arini berusaha menahan tangan suaminya itu.

"Ap-ha?" Sahutnya tidak jelas dengan masih melanjutkan aksinya.

"M-mas…"

"Nikmati saja!"  Ucap Rico seolah saat ini dirinya tidak mau di bantah.

"Mas…kau sedang mabuk, ini di ruang tamu juga, tidak pantas rasanya jika melakukan hubungan suami istri di sini." Arini mencoba menghentikan aksi Rico menatapnya dalam wajahnya dan berbicara sangat lembut.

Namun Rico tak menanggapi rengekan Arini dan tangannya makin liar dengan serakah memaksa membuka baju piyama istrinya itu.

"Mas!" teriak Arini dengan air mata yang sudah lolos dari tempatnya.

Seketika Rico memejamkan matanya, menghela kasar nafasnya, namun tetap saja, suaminya itu, kembali memaksa melepaskan baju Arini yang kini kuat di pertahankan agar tak terlepas.

Rico langsung menyambar wajah Arini, telapak tangannya terasa panas akibat menampar wajah istrinya itu.

"Kau tidak mau?"

"Apa kau sudah punya kekasih baru?" 

"Mas!" Arini makin berteriak karena Rico menuduhnya yang bukan-bukan.

"Damn it!" 

Akibat mabuk, Rico makin tidak bisa mengontrol emosi, penolakan Arini membuatnya berasumsi bahwa istrinya itu telah memiliki kekasih lain. Makannya ia menolak ketika di ajak bercinta.

Entah apa yang merasuki Rico, lelaki itu langsung menc**m bib*r Arini dengan kasar, dalam, dan seolah c*uman itu menegaskan bahwa hanya dirinya yang memiliki Arini.

Seketika Rico menghentikannya, ketika menyadari Arini tak membalas, kemudian seperkian detik Rico menyingkirkan tubuh Arini dan berjalan sempoyongan menuju kamar dengan menaiki anak tangga.

Melihat itu, Arini yang khawatir segera berniat membantu suaminya itu, namun bantuannya segera di tepis oleh Rico.

Beberapa waktu kemudian, terlihat Rico memijat keningnya yang terasa masih pusing.

Penampilannya yang sangat kacau, seolah mewakili perasaannya yang juga kacau.

Rico marah? ya sangat marah, penolakan Arini membuat pikirannya negatif, prasangka bahwa istrinya mempunyai pria idaman lain semakin kuat. Jika memang benar demikian sudah pasti Rico bersumpah akan membunuh istrinya.

Seketika Rico berteriak, memanggil Arini Dengan tidak sabaran.

Arini yang masih di ruang bawah, jelas kaget sedari tadi, wanita itu masih duduk dan memikirkan kejadian barusan. Ketika mendengar suara teriakan suaminya jantung Arini seolah ingin loncat dari tempatnya.

Dengan berjalan tergesa-gesa, nampak tubuh ramping Arini telah berada di ambang pintu kamar, Arini menelan salivanya dengan susah payah, ketika melihat wajah Rico di penuhi kemarahan, begitu marah bertalu-talu seolah tidak ada obat pereda untuk kemarahannya saat ini.

"M-mas?" 

Arini bertanya dengan tubuh gemetaran, ia berfikir sudah pasti Rico akan menghajarnya habis-habisan kali ini, karena telah membantah keinginan suaminya tadi. Wanita itu jelas sangat ketakutan,  karena sorot mata Rico begitu tajam seolah mengintimidasi.

Tapi mengapa Rico begitu marah, bukankah Arini berhak menolak, saat ini suaminya dalam keadaan masih mabuk? Tapi seorang istri bukankah salah juga menolak keinginan suami?.

"M-mas…bukan maksud aku…"

Arini ingin meminta maaf atas perlakuannya tadi, namun tiba-tiba Rico menyambar tubuhnya dengan kasar, semakin mendorong tubuh Arini agar menurut, seolah tak sabar ingin melakukannya.

"Tunggu dulu m-mas!"

Arini berusaha memberontak tapi sia-sia, Arini sangatlah bingung mengapa Rico bersikap begini tidak biasanya bukan.

Tubuh Arini terjatuh ke kasur, bola matanya membulat, Rico saat ini seperti orang kesetanan.

Dari kecupan kasar di b*bir, turun ke lehernya, meny*sapnya dengan sempurna, hingga tak sadar Arini mengeluarkan suara yang begitu terdengar nan indah di telinga.

Arini tetap berusaha meronta, tapi kedua tangannya di tahan oleh tangan kiri Rico dan di naikan ke atas kepalanya, Arini benar-benar panik.

Mungkin jika Rico sedikit lembut dan halus, Arini akan mengikuti permainan suaminya tapi kali ini sangatlah kasar dan membuatnya takut.

"Mas sakit." 

Arini menc*um bau alkohol yang begitu tajam dari balik mulut Rico, saat ini Arini berfikir Rico n*fsu karena mabok.

M-mas..."

Rengekan dan teriakan sakit keluar  dari mulut Arini, ketika b*b*r Rico,  tahu-tahu sudah berada di d*d*nya, meny*sap dengan sangat kasar, hingga Arini merasa perih di bagian uj*ngnya.

"Mas sakit."

"Hentikan m-mas!"

Arini menangis, memang dia hak suaminya, tapi bukan begini caranya.

Tentu saja suaminya itu mendadak t*li, tidak mau mendengarkan rengekan Arini, tangannya yang kiri masih kuat memegang kedua tangan Arini,  tangannya yang kanan sibuk melepaskan piyama istrinya, satu persatu melepas kancing bajunya.

Jemarinya telah masuk ke baw*h sana.

Karena gerakan Rico sangat kasar, membuat Arini berteriak sakit dengan mencoba menahannya.

Namun nalurinya tidak bisa di pungkiri, sudah lama Arini tak merasakan gelayar aneh yang membuat jiwanya seolah Melayang.

Dengan satu ent*kan akhirnya di b*wah sana men*robos dengan kasar dan kuat, sehingga membuat Arini meringis kesakitan.

"Akhhh.."

Pegangan tangan Rico terlepas, Arini segera mencengkeram erat seprai untuk menahan rasa sakitnya.

Begitu k*sar, sehingga yang terasa sakit,perih menghantam secara bersamaan di bawah sana, hatinya serasa pilu mengapa harus begini.

"Nikmat*lah sayang, bukankah kau juga merindukannya?" 

Rico berbicara sangat enteng, sama sekali tak memikirkan apakah istrinya kesakitan atau tidak, air mata sedari tadi tak berhenti mengalir dari sudut mata Arini. Seolah tak mau tau Rico kembali m*ncium bibir Arini dengan sarkas, dan m*mompa darah tubuhnya secara sempurna.

Dalam hati Arini, ia kesal, marah , Bingung tapi wanita itu tak mampu berkata-kata.

Perasaannya sangat kacau, meskipun sesuatu yang perih tadi kini berganti dengan rasa n*kmat, tetapi keadaan seperti ini sama sekali tidak ada dalam bayangannya.

Arini kini mulai menerima, ia memeluk tubuh kokoh itu, menahan gonc*ngan dari gerakan yang semakin luar biasa itu. Mencengkram pundak Rico saat ia merasakan k*nikmatan yang tiada Tara itu, membuat ia mengeluarkan suara-suara d*sah*n dan rengekan manja. Saat ini mereka telah b*sah kuyup oleh keringat mereka masing-masing.

Hingga pada akhirnya Rico berada pada puncak t*tiknya, ia memp*rcepat gerakan itu membuat Arini semakin menggila. 

Saat sesuatu meny*mbur di dalam sana, Arini merasa tubuhnya seolah remuk, entah berapa lama mereka melakukannya yang pasti Rico pu*s, karena telah berhasil melepaskan hasratnya.

Rico pun berbaring di samping Arini dengan nafas yang masih terengah-engah, ia memejamkan mata, sambil mengatur nafasnya.

"Mandilah..dan segera kembali ke sisiku!" 

Arini menoleh, mengapa hari ini Rico begitu posesif kepadanya. Namun samar-samar terdengar suara Anaknya bangun dari kamar sebelah, Arini dengan menahan sakit, ia kembali memunguti bajunya yang berserakan dan dengan tergesa memakainya. 

Sebelum ia menemui anaknya, Arini berpamitan kepada Rico, tanpa menjawab lelaki itu hanya menggerakkan tangan sebagai tanda mengiyakan.

Bersambung…….

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***