Mesin mobil mulai menderu Arie duduk di samping pak Darwis padahal sebelumnya pak Darwis sudah mempersilahkan Arie duduk di belakangnya agar lebih nyaman Namun Arie menolaknya.
"Pak Darwis anaknya berapa ? " tanya Arie karena sudah tak tahan dengan kesenyapan dalam mobil.
" anak bapak dua nona " jawab pak Darwis ramah.
" O.. dua, cewek atau cowok pak? masih sekolah? udah nikah? sekarang dimana? istri bapak dimana? ehh... kebanyakan pak ya ?? hehehehe" Arie menyengir memperlihatkan Jajaran gigi putih miliknya, pak Darwis menggelengkan kepalanya sambil tersenyum merasa lucu dengan tingkah Arie.
" Anak bapak dua duanya cowok, keduanya masih kuliah di universitas Indonesia Jakarta, semua di biayai sama Tuan, istri bapak di sini kami semua pindah kesini semenjak bapak ikut Tuan wu " pak Darwis menjawab semua pertanyaan Arie tanpa mengalihkan pandangan dari kemudi.
" wah... kakek baik ya pak, memang pak Darwis bukan asli sini ya ? pantesan kok ga pake bahasa Jawa hehehehe "
" iya saya dari Kalimantan merantau ke sini dapat rejeki jadi supir Tuan Wu, bahasa Jawa saya jelek soalnya kesehariannya pake bahasa Indonesia jarang juga interaksi pake bahasa Jawa" pak Darwis merasa kagum pada Arie,beda dari wanita biasanya yang akan langsung mengangkat kepala ketika menjadi seorang konglomerat dadakan, Arie malah kebalikannya dia tak mau ada batasan majikan dan karyawan.
" iya pak, kadang aneh juga Surabaya ini, banyak yang gengsi pake bahasannya sendiri " ujar Arie sambil menikmati pemandangan di luar jendela mobil.
obrolan pak Darwis dan Arie terus mengalir dengan tawa Arie di sela obrolan mereka,tak ada jarak antara supir dan majikannya, mereka berbicara layaknya teman, mobil berhenti di depan sebuah hotel berbintang lima, mata Arie membelai bulat tak berkedip.
" non Arie Ayo turun " tanpa di sadari Arie pak Darwis sudah membukakan pintu untuknya, karena terlalu terpesona .
" iya pak " Arie melangkah turun dari mobil dengan bantuan pak Darwis.
Seorang pria menyambut kedatangan mereka, pegawai itu nampak memandang remeh pada Arie yang memakai daster selutut dengan motif bunga-bunga besar , meskipun Arie terlihat cuek saja tapi pak Darwis tidak suka melihat cara pegawai memperhatikan menantu Tuannya.
" dia menantu keluarga Wu yang akan mengadakan pernikahan disini " ucap pak Darwis serta Merta.
" oh... iya pak maaf " pegawai itu kelabakan menyadari kesalahannya di dia segera membungkuk hormat.
Pak Darwis dan Arie pun berlalu meninggalkan lobby hotel menuju kamar suite presidential.
Ting
Arie dan pak Darwis memasuki lift yang terbuka.
" pak lain kali bapak tidak usah begitu, saya tidak apa apa " Arie sadar pak Darwis tidak ingin dia di pandang rendah oleh orang lain karena dia menantu dari majikannya tapi Arie sudah biasa di pandang sebelah mata,dia sudah terbiasa dengan itu, namun tak di pungkiri Arie merasa bahagia ada yang perduli dirinya.
pak Darwis tidak menjawab dia hanya tersenyum dan menundukkan kepalanya,setelah pintu lift terbuka mereka berdua melangkah keluar dan berhenti di depan pintu sebuah kamar, pak Darwis dengan cekatan membuka pintu untuk Arie.
" silahkan nona " pak Darwis mempersilahkan Arie masuk terlebih dulu.
" iya pak " Arie pun masuk ke dalam kamar, lagi lagi Arie di buat takjub dengan kamar hotel super mewah yang luasnya berkali kali lipat dari kontrakannya.
" gendeng... Ki kamar Tah lapangan ckckc... kamar tapi kok ga enek kasur e " gumam Arie dalam hati, Arie terus mengedarkan pandangannya mengagumi kemewahan kamar tersebut.
" halo.. sayang " sapa Kakek wu ramah,Arie yang tidak menyadari keberadaan Kakek wu yang sedari tadi duduk di sofa yang tertata rapi melingkari meja kaca besar.
" eh .. kakek " Arie sedikit kaget dengan keberadaan Kakek wu, Arie menyengir berjalan menghampiri Kakek wu, meraih tangan tua itu dan mencium punggung tangannya.
" makanlah Kakek tau kau belum makan apapun sejak tadi pagi, maafkan Kakek tadi Kakek lupa mengajakmu sarapan terlebih dulu "
" iya kek, tidak apa-apa " melihat semua hidangan yang tersedia di meja membuat air liur Arie menetes, Arie pun dengan lahap tanpa rasa sungkan, demi cacing di perutnya sudah memutuskan urat malunya, Kakek wu senang melihat Arie yang begitu apa adanya.
Setelah semua sajian di piring tandas, seorang pria masuk dan membereskan semuanya, dan meninggalkan segelas lemon juice dan teh hijau untuk kakek wu, tak lama tiga orang wanita cantik masuk membungkuk hormat pada kakek wu.
" pergilah masuk mereka akan membantumu " titah kakek pada Arie.
" membantu apa kek?" Arie sedikit bingung.
" Mari nona,kami akan membantu anda bersiap " salah satu dari wanita itu meraih tangan Arie mengajaknya masuk ke kamarnya.
Teryata mereka adalah MUA yang di datangkan kakek wu khusus untuk mempercantik Arie, selang berapa lama Arie pun keluar dari kamar dengan gaun pengantin Merah berwarna merah maroon.
" cantik " kakek wu di buat tersenyum melihat perubahan pada cucu menantunya.
Arie tersenyum tersipu malu, mendengar pujian dari kakek wu.
" duduklah Kakek ingin membicarakan sesuatu "
Arie duduk di bantu para dayang yang merubahnya menjadi Ratu, kakek mengisyaratkan agar mereka semua keluar, dayang dayang itu pun menunduk hormat, dan meninggalkan cucu dan kakeknya dalam kamar .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Lanjutkan ceritanya makin seru aja
2023-06-01
0
A.0122
Cinderella jawa
2022-01-29
0
👊🅼🅳💫
ari mirip upik abu
2022-01-16
0