OMIH-12

Alea nampak meremukkan beberapa lembar kertas bindernya untuk meluapkan kekesalannya. Wajahnya masih bersungut-sungut mengingat calon suaminya yang menyebalkan itu.

"Kenapa sih, Lea?" Tanya Cika yang tidak mengerti dengan sikap Alea yang tidak seperti biasanya.

"Gue itu malu, Cika! Walau pun dulu gue juga sering di hukum tapi ini beda. Bikin harga diri gue jatuh di awal kuliah!" gerutu Alea menggertakkan giginya. Bayangan Aidan kembali melintas di kepalanya. Kali ini bukan kertas yang di genggamnya erat. Melainkan tangan Cika.

"Sakit, Lea! Lo apa-apaan sih!" sungut Cika mengibaskan tangannya yang sudah terlepas dari genggaman Alea. Tangannya yang bebas ia gunakan untuk memukul pundak Alea yang membuat Alea meringis.

Maudy yang melihat kelakuan dua sahabatnya hanya terkekeh geli. "Mending kita ke kantin. Gue udah laper nih." Maudy beranjak dari kursinya meninggalkan kedua sahabatnya yang menatap punggungnya dengan ekspresi berbeda.

"Udahlah gak usah dipikirin, Lea! Mendingan kita ke kantin makan bakso pedas. Biar bisa ilangin unek-unek lo!" saran Cika yang dengan antusias diangguki Alea. "Makan aja cepet banget tuh ilang mood buruk lo!" celutuk Cika yang membuat Alea terkekeh.

Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju kantin menyusul Maudy. Setibanya di kantin, Alea dan Cika sudah dapat melihat keberadaan Maudy yang kini duduk dengan tiga mangkuk bakso di atas mejanya.

"Tumben cepet banget datang baksonya?" tanya Cika yang sudah duduk di kursi disusul Alea.

"Kebetulan belum rame aja. Kita kan cepat keluar kelasnya tadi." jelas Maudy yang diangguki mengerti Alea dan Cika.

Mereka pun mulai menikmati bakso yang sudah ditambahi tiga sendok cabe membuat bakso mereka menjadi pedas.

"Pedas banget, gila!" cetus Cika mengibaskan tangannya di depan mulutnya.

"Tapi ini sungguh nikmat!" Celetuk Maudy yang mendapatkan ancungan jempol dari tangan Alea dan Cika.

Suasana kantin yang mulanya tenang tiba-tiba menjadi gaduh dengan teriakan gadis-gadis di dalam kantin. Sontak Alea, Cika dan Maudy menghentikan sejenak makan mereka untuk melihat sumber keributan.

Terlihat di pintu kantin Aidan dan kedua sahabatnya memasuki kantin dan sedang mencari tempat kosong untuk mereka.

Alea yang mengetahui sebab teman-teman dan kakak kelasnya itu histeris mendengus sebal. Mukanya tiba-tiba masam melihat calon suaminya itu. Entah mengapa aura permusuhan diantar ia dan Aidan mulai terasa.

"Gak penting banget!" gerutu Alea yang membuat Cika dan Maudy menyerngitkan keningnya dalam.

"Itu penting tau, Lea! Secara kita kedatangan kakak-kakak senior tampan!" cetus Cika menatap berbinar kearah Aidan.

"Bener banget. Secara ada Kak Aidan yang tampan di sini!" timpal Maudy membenarkan ucapan Cika.

Lagi-lagi jawaban Cika dan Maudy membuat Alea semakin kesal. Mata bulat Alea seketika menatap ke arah Aidan yang ternyat juga sedang menatapnya. Mengetahui Aidan tengah menatapnya, Alea menampakkan aura permusahan dari dirinya ke arah Aidan dengan tatapan tajam. Sedangkan Aidan nampak menarik sebelah sudut bibirnya seolah meremehkannya.

"Itu ada meja kosong. Kita duduk di sana aja!" Ajak Aksa yang melihat meja kosong dengan empat kursi yang berada di dekat Alea dan sahabatnya.

Mereka pun berjalan ke arah kursi yang ditunjuk Aksa. Sesampainya di sana Aksa dan Leo yang menyadari kehadiran Alea akhirnya angkat bicara.

"Bukannya lo cewek yang nabrak Aidan kemarin?" Tanya Aksa menelisik Alea.

Sedangkan yang ditanya hanya diam saja melanjutkan kembali makan baksonya yang tertunda karena kedatangan Aidan, Aksa dan Leo ke dalam kantin.

"Aduh... Hawa di sini kok tiba-tiba panas ya, Cik, Dy? Kayak ada setan gitu yang tiba-tiba datang!" Celetuk Alea mengibaskan wajahnya yang berkeringat karena bakso pedasnya.

"Lo bilang kita setan?!" Geram Aksa yang tidak terima mendengar ucapan Alea.

***

Lanjut? Happy reading!:)

Jangan lupa like, komen, vote dan rate bintang 5 supaya author makin semangat nulisnya. Dukungan teman-teman sangat berarti untuk kinerja jari author dalam menulis😉