OMIH-06

Alea melangkahkan kakinya memasuki mansion dengan langkah gontai. Mengedarkan pandangannya Alea mencari keberadaan kedua orangtuanya. Melihat tidak adanya tanda-tanda adanya Papa dan Mamanya, Alea memutuskan untuk naik ke kamarnya.

"Tau begini mending gue pergi ke mall dulu bareng teman-teman." gerutu Alea menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. "Paling mereka lagi melanjutkan pekerjaannya yang ada di indonesia." tebak Alea. Mana mungkin kedua orangtuanya lebih mementingkan dirinya dibandingkan pekerjaan, bukan?

Alea yang sudah lelah, akhirnya tertidur dengan posisi kaki menjutai ke lantai tanpa melepaskan sepatu yang masih melekat di kakinya.

Bara dan Zaskia yang baru saja sampai di masion dari pertemuan singkatnya dengan Rangga dan Vara nampak berjalan tergesa-gesa mencari keberadaan putri mereka.

"Dimana Alea, Bi?" tanya Bara pada asisten rumahtangganya yang sedang membersihkan ruangan keluarga.

"Sepertinya di kamar Tuan. Setelah pulang dari kampus tadi, Non Alea tidak nampak keluar dari kamar sampai sekarang." terang Bibi.

Bara mengangguk. Segera pria yang masih mengenakan dasi melilit lehernya itu melangkah naik ke lantai dua diikuti Zaskia. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan putrinya dan mendengarkan secara langsung fakta yang didapatkannya.

Tatapan Bara dan Zaskia kini tertuju pada gadis yang nampak lelap dalam tidurnya. Perasaan bersalah menyelimuti pasangan yang sudah belasan tahun menikah itu. Zaskia perlahan mendekat ke arah ranjang putrinya. Dielusnya rambut Alea yang makin memanjang dari terakhir mereka bertemu.

Tangan lembut yang masih mengelus rambutnya membuat tidur Alea terganggu. Alea mengerjapkan matanya dan perlahan terbuka sempurna. Pandangannya kini tertuju pada Zaskia yang tersenyum lembut padanya.

"Mama.." lirih Alea segera bangkit dari posisi tidurnya.

"Bersihkan tubuhmu dan segera temui Papa di ruang kerja Papa." perintah Bara segera keluar dari dalam kamar putrinya. Sebenarnya Bara ingin segera menyampaikan tujuannya kepada Alea. Tetapi melihat putrinya yang masih acak-acakkan dan belum mandi membuat Bara mengurungkan niatnya. Pria itu lebih memilih memikirkan apakah keputusannya kali ini adalah keputusan terbaik untuk Alea atau tidak.

Alea menatap kepergian Papanya dengan mata mengembun. Apa Papanya itu tidak merindukan dirinya yang sudah hampir dua bulan tidak bertemu dengannya. Sekedar memberikan pelukan atau ciuman di pucuk kepalanya seperti orangtua lain lakukan kepada anaknya.

Zaskia yang melihat kesedihan di raut wajah putrinya segera membawa Alea ke dalam pelukannya. "Mama keluar dulu. Setelah mandi, temui Papa di ruang kerjanya." ucapnya lembut membelai punggung putrinya.

Alea hanya mengangguk sebagai jawaban. Ada hal apa lagi yang akan dibicarakan orangtuanya kali ini. Apa orangtuanya akan membahas hal yang sama? Tentang perjalanan bisnis mereka yang harus meninggalkan Alea kembali selama berbulan-bulan lamanya.

Video berdurasi 2 menit 17 detik itu berhasil membuat Alea menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Pertanyaan yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya akhirnya terjawab sudah. Bagaimana dirinya bisa terbangun di dalam kamar hotel waktu itu. Yang Alea ingat hanyalah ia dan kedua temannya asik bergoyang mengikuti alunan musik yang DJ bawakan di klab malam itu. Dan siapa pria yang membawanya. Ketika melihat lebih jelas, Alea seperti tidak asing dengan laki-laki yang ada di dalam video yang kini masih berputar.

"Apa-apaan ini, Alea?" pertanyaan Bara diikuti helaan nafasnya yang kian memberat. "Bisakah kamu menjelaskan semua ini kepada Papa, Alea?" tanya Bara lagi dengan lirih.