Hari ini yang seharusnya menjadi hari bahagia pernikahan sang kakak (Jimmy ) tapi justru malah menjadi hari pernikahannya sendiri.
Grea menatap pantulan wajahnya dicermin menghela napasnya panjang dan menghembuskannya kasar.
Terdengar kata SAH yang cukup menggema dari luar kamar tempat dia berada saat ini dan tanpa terasa air matanya lolos begitu saja.
Tok... tok.. tok...
Terdengar suara ketukan pintu dari luar dan menyembulah dari balik pintu wanita paruh baya walaupun sudah banyak kerutan di wajahnya tapi paras cantiknya masih terlihat jelas.
" Sayang!" panggil Marla diambang pintu
Grea menoleh dan tersenyum hambar, Marla masuk ke dalam kamar dan dibelakangnya ada Jimmy yang mengekor.
" Dek!" Jimmy memegang bahu Grea yang nampak bergetar.
Grea mendongak menatap wajah tampan yang beberapa jam lalu duduk di posisi Grea dalam suasana gugup dan tegang.
Grea langsung berhambur memeluk pinggang sang kakak, menangis dan pelukannya.
" Dek, udah dong jangan nangis kayak gini. nanti makeupnya luntur loh!" Jimmy membelai lembut pucuk kepala sang adik tercinta.
" Bang gue gak mau nikah muda bang!" ucap Grea yang melonggarkan pelukannya dan mendongak menatap wajah kakaknya.
Jimmy menarik napas dalam-dalam mencoba menenangkan Grea sekaligus dengan dirinya sendiri bagaimana tidak hari yang seharusnya menjadi hari kebagiaannya menikah dengan wanita yang sangat ia cinta namun berakhir dengan sebuah kegagalan dan penghikhianatan. Belum hilang rasa sakit hati dan kesedihan yang bersemayam di dalam hati kecilnya, kini ia harus berusaha bersikap seolah-olah semua baik-baik saja.
Didepan Grea sang adik tercinta Jimmy harus berpura-pura tegar dan kuat seakan semua tidak pernah terjadi, Jimmy tidak ingin adiknya melihat kesedihan hatinya ia harus berusaha bersikap biasa-biasa saja.
" Bang!" lirih Grea dengan mata yang sedikit sembab.
" Dek seperti yang tadi adek bilang ke abang, kita cuma bisa merancang dek namun Tuhan jualah yang Maha menentukan segalanya. mungkin ini semua sudah rencana yang diatas dek jodoh Abang bukan Arin dan adeklah yang berjodoh dengan kakaknya Arin, Arvandra. mau tidak mau, suka tidak suka sekarang adek sudah sah menjadi istri dari Arvandra Pratama Zaindra." tutur Jimmy menenangkan hati sang adik.
" Abang tau ini berat dek, tapi adek harus buktikan kalau adek bisa melewati semua ini dengan baik. adek pasti bisa menjadi istri yang baik" Jimmy kembali memeluk Greandira dan mengecup kepalanya.
" Kalau ada apa-apa, adek bisa cerita ke Abang!" pesan Jimmy.
" Sudah jangan bersedih lagi anak-anak mommy, ayok Grea kita keluar, suami kamu dan keluarga besar kita semua pasti sudah menunggu kamu sayang" ucap Marla.
Grea turun bersama mommy yang berjalan di samping kanan Grea dan Jimmy berada di sisi sebelah kiri.
...🖤...
Arvan bersikap seperti biasa cuek dan dingin walaupun beberapa jam lalu wanita yang kini duduk di sampingnya sudah sah menjadi isterinya.
Arvan sengaja membawa Greandira ke apartemennya, walaupun mananya ( Risma) memintanya untuk membawa Grea ke rumah utama tetap saja dengan berbagai alasan Arvan menolaknya.
Greandira hanya pasrah disaat anak dan ibu berdebat soal tempat tinggal dirinya, bagi Grea semua akan terasa sama saja memuakkan pikir Grea.
•••
Ceklekk
Arvan masuk ke dalam apartemen miliknya yang sudah lama ia beli. apartemen ini biasanya hanya ia gunakan kalau tengah suntuk jadi tidak ada asisten rumah tangga yang bekerja di apartemen tersebut, ia hanya sesekali meminta salah satu pelayan di rumah utama untuk bersih-bersih.
" Itu kamar kamu, meskipun kita sudah menikah tapi aku masih belum bisa menerima semua kenyataan yang konyol ini" ucap Arvan dengan nada dingin.
" Baguslah kalau begitu, ini kamu yang meminta jadi bukan salah aku dan bukan aku yang berdosa " ucap Grea yang tak kalah dingin.
" Aku tahu pernikahan pengantin pengganti ini bukanlah pernikahan yang di inginkan, jika bukan karena permintaan kedua orang tuamu aku juga tidak sudi menikah denganmu!" ucap Grea sedikit pedas.
Arvan yang mendengar kata-kata yang seperti sebuah hinaan mengeraskan rahangnya dan berjalan menghampiri Grea dengan seringai senyum yang sulit diartikan tapi bukan Grea namanya jika diperlakukan seperti itu menjadi ciut.
Kini Arvan sudah berdiri mengunci pergerakan Grea yang menghimpitnya ke tembok. " Apa maksud ucapan mu? kamu pikir aku juga sudi menikah dengan wanita seperti mu, ?" ucap Arvan dengan tatapan tajam.
" Baguslah kalau begitu, jadi aku tidak perlu repot-repot untuk menjadi isteri yang berpura-pura baik dan penurut karena itu tidak akan pernah terjadi. meskipun kita sudah menikah tapi urus urusan kita masing-masing dan kamu tidak perlu repot-repot juga untuk mengurus ku anggap saja aku tidak ada, bagaimana. bagus bukan?" ucap Grea yang tak kalah angkuh dan dingin.
" Baiklah, aku setuju. kita urus urusan kita masing-masing, jika dalam waktu satu tahun ternyata pernikahan kita tidak ada perkembangan maka salah satu diantara kita boleh mengajukan cerai" usul Arvan
" Terserah!" ucap Grea malas.
Kini sepasang suami istri tersebut sedang berada di kamar masing-masing.
Grea tengah berbaring di atas tempat tidur sambil menatap langit-langit. sementara Arvan sedang sibuk dengan laptopnya yang akhir-akhir ini memang begitu banyak pekerjaan yang menumpuk.
Arvan keluar dari kamarnya dan menuju dapur, ia membuka kulkas laku mengambil air minum, Grea yang saat itu merasa lapar pun keluar dari kamarnya dan menuju dapur saat netranya menangkap sosok laki-laki tampan yang hanya memakai kaos oblong dan celana pendek membuat Grea mengurungkan niatnya ke dapur, Grea memilih untuk keluar dan mencari makan diluar saja.
Arvan yang sempat melihat bayangan Grea pergi keluar apartemennya memilih masa bodo. mereka memang secara agama dan hukum sah menjadi suami istri tapi karena pernikahan ini terjadi karena hanya sebagai pernikahan pengantin pengganti jadi baik Arvan dan Grea belum bisa menerima semua kenyataan yang begitu mendadak menurutnya.
Saat ini Grea berada di sebuah kedai makan pinggir jalan, bukannya Grea tidak punya uang untuk makan di restoran mewah dan makan makanan mahal tapi sejak kecil kedua orang tua Grea memang selalu mengajarkan hidup sederhana dan tidak menghambur-hamburkan uang. bagi Grea makan dipinggir jalan pun rasanya tidak jauh beda dengan makanan yang ada di restoran berbintang.
" Greandira?" sapa seseorang yang baru saja datang ke kedai tersebut.
Grea yang merasa namanya dipanggil pun langsung menoleh ke arah sumber suara.
" Emm... siapa ya?" tanya Grea saat melihat sosok gadis cantik yang tengah tersenyum kepadanya.
" Wah, parah loe Gre, loe lupa sama gue ? ini gue Talita!" ucapnya sedikit kecewa.
" Tali?" ucap Grea setelah ingat sosok gadis yang berada di hadapannya saat ini.
" Ini anak masih aja ya gak berubah, Talita sembarangan aja loe manggil gue Tali emang gue Tali rapia apa?" ucap Talita bergumam
" Ha... ha... ya nama depan loe kan emang Tali, gak salah dong?" Grea kembali tertawa melihat ekspresi wajah Talita yang memberengut pura-pura marah.
" Ya elo bisa kali Gre panggil gue Lita!" protes Talita
" Gak ah gak berkesan kalau begitu!" Grea kembali tertawa rasanya bertemu dengan sahabat lamanya Talita teman satu SMA nya dulu sejenak bisa membuat Grea lupa dengan masalahnya.
" Terserah loe aja deh!" sahut Talita malas menimpali Grea karena yang ada hasilnya akan percuma.
" Loe masih sering kesini juga Gre?" tanya Talita
" Iya kadang-kadang kalau lagi kepingin aja!" sahut Grea.
Talita tersenyum miris, meskipun setelah sekian lama mereka baru bertemu lagi tapi Talita bisa melihat raut wajah Grea yang tidak biasa dan setiap kali Grea ada masalah dia pasti akan mengajak Talita ke kedai makanan dimana saat ini mereka berada.
" Bagaimana kabar loe Gre?" tanya Talita.
" Ya seperti yang loe lihat gue baik-baik aja Ta" sahut Grea sambil tersenyum.
" Benarkah?" Talita memincingkan matanya
" Serius!"
" Yakin loe baik-baik aja Gre?" tanya Talita dan Grea hanya tersenyum getir.
" Gre... Gre.. gue itu kenal loe bukan sehari dua hari tapi kita udah kenal cukup lama dan gue tau loe tuh kayak gimana?" ucap Talia membuat Grea tertawa dengan rasa sok tahu Talita yang sejak dulu memang pandai menebak keadaannya.
" Gue gak apa-apa Ta!" ucap Grea yang terhenti saat pelayan kedai tersebut memberikan pesanan Grea yang sudah jadi. Grea menerima makanan yang dipesannya tadi kemudian membayarnya.
" Ta, Sorry gue duluan ya.!" ucap Grea saat hendak pergi meninggalkan kedai makanan tersebut.
" Gre tunggu, pesanan gue juga udahan nih. kita bicara sebentar ya ditaman biasa!" pinta Talita karena dia dapat merasakan kesedihan yang tengah Grea pendam saat ini.
Grea akhirnya mau menerima ajakan Talita dan kini keduanya tengah duduk di taman tersebut sambil memakan makanannya.
" Gre loe beneran baik-baik aja?" tanya Talita setelah makanan yang mereka beli tadi sudah habis dimakan.
" Gue baik-baik aja Ta, loe bisa lihat sendirikan gue gak kenapa-napa!" ucap Grea yang sedari tadi tengah menghindar tatapan dari Sahabatnya Talita.
" Sini!" Talita merentangkan kedua tangannya dan tersenyum kepada Grea.
" Apaan sih loe Ta!" Grea membuang pandangannya ke sembarang arah berusaha untuk menyembunyikan perasaannya dari sahabatnya Talita yang sejak selalu saja tahu tentang keadaannya.
Dan pertemuan Talita dan Grea malam ini entah sebuah kebetulan atau memang takdir tuhan yang sengaja mempertemukannya kembali setelah sekian lama berpisah.
" Loe butuh inikan saat ini!" ucap Talia yakin dengan apa yang dirasakannya tentang Greandira.
Ta, elo!" beo Grea yang melihat Talita masih merentangkan tangannya.
Grea yang merasa sudah tidak tahan akhirnya luluh juga dan langsung berhambur memeluk Talita yang sedari tadi sudah merentangkan kedua tangannya.
Tangis Grea pun akhirnya pecah, gadis yang terkenal bar-bar, keras kepala dan terlihat selalu ceria tapi bila berhadapan dengan Sahabatnya yang satu ini sedikit pun Grea tidak bisa menyembunyikan apa-apa.
" Nangis aja Gre kalau loe mau nangis sekarang, karena setelah ini gue gak bakal ngijinin loe nangis lagi." ucap Talia mengusap punggung Grea yang menangis sesenggukan.
" Gue memang gak tahu tentang masalah yang tengah loe hadapi saat ini Gre, tapi gue berharap loe bisa menyelesaikan dan melewati semuanya dengan baik Gre. kalau loe masih butuh teman curhat gue masih bersedia kok menampung semua unek-unek loe!" ucap Talita
" Gue pasti akan cerita kok tapi gak sekarang Ta" ucap Grea dengan senyum getir
" Kenapa? apa loe udah gak percaya sama gue?"
" Bukan begitu Ta, gue juga sebenarnya gak manyangka dan masih belum percaya dengan apa yang telah terjadi sama gue beberapa jam yang lalu Ta!" sahutnya.
" Apa?"
Grea menggeleng," bukan apa-apa Ta, nanti gue ceritain kok pasti"
" Apa ini menyangkut tentang keluarga loe?" tanya Talita penuh selidik.
Grea hanya tersenyum, " Ta loe itu sahabat terbaik gue, loe selalu ada disaat gue butuh. terima kasih ya Ta!" ucap Grea sambil memeluk Talita kembali.
" Iya Gre sama-sama, tapi sayangnya loe masih ragu ya Gre sama gue!" sahut Talita dengan wajah sendunya.
" Ta gue...!" Grea jadi merasa tidak enak hati
" Santai Gre gue cuma bercanda, iya gue paham mungkin loe belum siap berbagi cerita sama gue. gak apa-apa Gre loe pasti punya alasan tersendiri dan gue percaya kok loe pasti bisa melewatinya dengan baik, Karena Greandira yang gue kenal adalah gadis tegar, tegas dan berprinsip jadi gak mudah ditindas!" sahut Talita dengan semangat memberi dukungan untuk Grea Sahabatnya.
" Terima kasih ya Ta, gue janji nanti gue pasti akan cerita!" Grea kembali bersemangat.
" Iya Grea sayang, udah malam sebaiknya loe pulang gih sebelum loe dicariin sama abang loe yang super posesif itu!"
" Iya gue balik, loe jangan terlalu benci Ta sama abang gue, nanti gue sumpahin jodoh sama abang gue baru tau rasa loe!" ucap Grea yang langsung mendapat pelototan dari Talita.
" Ihh amit-amit!" Talita menjitak kepalanya sendiri dan tentu saja hal itu membuat tawa Grea semakin pecah.
•••
Grea sudah kembali ke apartemen Arvan, mata Grea menyipit saat melihat Arvan tengah duduk bersama dengan seorang wanita cantik ditengah malam seperti ini. meskipun pernikahan mereka hanya sebuah keterpaksaan dan sudah berjanji untuk tidak ikut campur dalam urusan masing-masing tapi jika sudah berkaitan dengan adanya orang ketiga Grea dengan tegas menolak.
Grea tidak ingin harga diri dan kehormatan keluarganya kembali tercoreng oleh ulah anak keluarga terpandang Zaindra, cukup kakaknya yang merasa terkhianati tapi tidak dengan dirinya. jika memang Arvan ingin bersama wanita lain maka lebih baik dia yang pergi. Tidak sudi Grea tinggal satu atap dengan laki-laki yang tidak bermoral.
Grea melewati begitu saja dua insan manusia yang entah sedang membicarakan apa, Arvan yang melihat sikap tidak sopan Grea mendengus kesal.
Wanita yang tidak lain adalah Vivi sekretaris Arvan yang tadi datang bersama dengan sekretaris pribadinya Hanan yang sedang keluar karena sebuah tugas mendesak.
Vivi merasa tidak nyaman melihat raut wajah atasannya yang sudah mengeraskan rahangnya dia sudah sangat hafal dengan kebiasaan tuannya jika sedang dalam keadaan emosi maka lebih baik menghindar dari pada mendapat masalah.
" Maaf tuan jika sudah tidak ada lagi yang perlu saya kerjakan, saya mohon undur diri tuan!" ucap Vivi dengan sedikit rasa takut dihatinya.
" Pergilah!" titah Arvan dingin.
Vivi juga tidak ingin berlama-lama bersama sang atasan jika tidak ada sekretaris Hanan.
Arvan beranjak dari duduknya dan hendak melangkahkan kakinya menuju kamar tamu yang saat ini tengah ditempati Grea isterinya.
Ceklekk
Pintu terbuka dan Arvan mengernyit saat melihat Grea yang tengah menyeret koper miliknya keluar dari kamar.
" Mau kemana kamu?" tanya Arvan tegas dengan aura dingin.
" Aku mau kemana pun bukan urusanmu" jawab Grea tak kalah tegas.
Grea dengan langkah tegas ingin pergi keluar dari apartemen tersebut dan dia berjalan melewati Arvan begitu saja. namun langkahnya terhenti saat tangan kekar itu langsung mencekal kuat pergelangan tangan Grea.
" Lepas!" sentak Grea
" Tidak akan"
" Baji*gan!" umpat Grea
" Jaga ucapanmu!" bentak Arvan membuat Grea tersentak dan diam.
" Masuk dan kembali ke kamarmu atau mau aku seret masuk ke dalam kamarku?" ancam Arvan.
" Dasar ba_!"
" Apa mau mengumpatku lagi. ingat Greandira kamu ini adalah isteriku jadi jangan membuat ku merasa muak dengan tingkahmu itu!" ucap Arvan dengan nada tinggi
" Dan dengar tuan Arvandra Pratama Zaindra yang terhormat aku Greandira tidak sudi tinggal satu atap dengan laki-laki bere**sek seperti mu yang tidak bermoral. adikmu pergi dengan laki-laki lain dihari pernikahannya dengan kakakku dan kau di malam pernikahan malah membawa perempuan lain masuk kedalam apartemen, cih keluarga macam apa ini!" maki Grea yang tidak terima dengan apa yang telah Arvan lakukan.
" Kau!" Arvan mengangkat tangannya ke udara ingin menampar Grea.
" Apa, mau menamparku silahkan tuan Arvandra yang terhormat!" tantang Grea.
" Sudahlah, aku malas bertengkar dengan mu, sebaiknya kau kembali ke kamar mu sekarang juga. dan ingat jangan coba-coba untuk pergi!" ancam Arvan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Neneng cinta
yaaa Gre kamu slah faham....mg kamu yg bucin duluan😍😂
2023-07-02
0
Neneng cinta
Aamiin,,aku ikut dilukung Gre, biar tali sm jim😁😁😁👍🏼
2023-07-02
0
Neneng cinta
salut sm kalian ka2 adik saling menguatkan,,saling sayang🤗😘
2023-07-02
0