Pengenalan tokoh ya. Wajah yang terpampang hanya ilustrasi semata.
Adinda Pramudya.
Cantik, manis, hati lembut dan cengeng.
Andra Pramudya.
Tegas, dingin dan baik hati.
Fisiknya, tinggi kekar dan gemar berolahraga.
Keanu Bagaskara.
Konyol, santun, dan santai. Mencintai Adinda dengan caranya.
Setelah mendengar penuturan Sasa dan Rani, Dinda menjadi bimbang akan kelanjutan hubungannya dengan Keanu.
Antara cinta atau sahabat? Desir angin menyejukkan Dinda yang kini sendirian berdiri di atap bangunan kampus. Harus bagaimana? Apakah semua ini benar merupakan petunjuk jika dirinya dilarang berpacaran? Pikiran pikiran seperti itu selalu muncul di kepalanya. Dinda terdiam menikmati kesunyian. Meresapi setiap apa yang telah dia lewatkan.
"Aku butuh suasana baru. Atau aku pindah saja dari kota ini? Selalu bertengkar dengan Kakak. Selalu salah di mata Mama. Haruskah aku menjauh dari semua ini?" gumamnya.
"Papa, iya Papa hanya satu satunya tempatku. Hanya dia," gumam Dinda yang kemudian bergegas turun. Sebelum turun Dinda bertemu dengan Keanu yang juga secara kebetulan naik melalui tangga yang sama dan mereka bertemu di atap tepat di samping pintu.
"Dinda?" Keanj sangat senang melihat ada Dinda di sana.
"Nu," ucap Dinda lirih yang kemudian memeluk Keanu dengan eratnya.
"Hei kamu kenapa?" tanya Keanu kebingungan dengan sikap aneh Dinda yang tak biasanya. Ini kali pertama semenjak mereka berpacaran dari 6 bulan lalu.
"Aku kangen." Dinda memeluk erat tubuh Keanu dengan bulir air mata yang sebisa mungkin dia bendung.
"Duh, baru saja kita berpisah. 30 menit yang lalu. Kamu sudah kangen. Rupanya peletku cukup ampuh." Keanu menggoda Dinda sambil terkekeh geli.
"Apaan sih." Dinda melepas pelukannya dan mencubit gemas perut Keanu.
"Nu, aku pulang duluan ya. Mama telfon aku barusan."
"Oh, iya. Pantesan buru-buru. Hati-hati ya sayang. Jaga mata jaga hati." Pesan Keanu sebelum berpisah dengan Dinda.
CUP!
Dinda mengecup pipi Keanu. Keanu hanya terbengong menerima kecupan manis Dinda. Tak pernah sama sekali selama mereka berpacaran Dinda bahkan selalu menolak untuk memberikan kecupan lewat telepon. Tapi kini? ada apa sebenarnya?
"Bye, sayang!!" ucap Dinda dengan riangnya sambil melambaikan tangannya.
Aneh sekali dia? Tidak seperti biasanya. Tapi aku suka Dinda ku yang seperti ini. Gumam Keanu dalam hati yang kemudian menyesap batang rokoknya.
"Sayang? tumben sekali dia panggil aku sayang?" Keanu masih keheranan.
*** Di kantor Papa Dimas.
"Selamat sore Pa!" seru Dinda dengan semangatnya.
"Eh, putri Papa datang." Papa Dimas tersenyum lebar menyambut kedatangan Dinda.
"Papa sibuk?" tanya Dinda sambil melihat berkas-berkas yang tertumpuk di meja kerja Papa Dimas.
"Tidak, tinggal satu tanda tangan dan selesai," ucap Papa Dimas mengakhiri pekerjaannya dengan kata selesai lalu menutup dokumen. Papa Dimas mengamati wajah Dinda dengan seksama. Terlihat gurat kesedihan dan keraguan menyelimutinya.
"Ada apa?" tanya Papa Dimas yang hapal dengan kebiasaan Dinda yang hanya akan datang ke kantornya jika ada mau.
"Pa, aku mau pindah kuliah. Aku mau kuliah di kampus yang dekat dengan Paman Sam," kata Dinda sontak mengejutkan Papa Dimas dan membuatnya membulatkan matanya.
"Dinda, kamu tidak bercanda 'kan?" Papa Dimas memastikan pendengarannya. Tidak pernah Dinda meminta hal yang berkaitan dengan Paman Sam. Bagi Dinda paman Sam adalah orang yang kolot dan terlalu kaku dalam kemajuan jaman.
" ...." Dinda menggeleng dengan tatapan sendunya.
"Dinda serius. Besok Dinda akan ke sana terlebih dahulu. Papa bisa kan mengurus semua kebutuhan pemindahan Dinda?" Ucap Dinda setengah memaksakan kehendaknya.
"Ada apa, kenapa tiba-tiba?" Papa Dimas masih tidak yakin dengan keputusan Dinda. Disisi lain tidak percaya, tapi disisi lainnya dia yakin sebab putrinya ini tidak suka bermain-main dalam urusan pendidikan.
"Dari yang Dinda tau, peluang di sana lebih besar untuk mengembangkan potensi Dinda Pa. Dinda ingin banyak praktek ke lapangan langsung. Kalau di sini akan memakan waktu. Dinda butuh bahan untuk menyusun segala kebutuhan membuat skripsi. Boleh ya Pa?"
"Skripsimu masih lama Dinda," balas Papa Dimas mematahkan alasan Dinda.
"Pa, kalau di sini Dinda tidak akan mandiri dan hanya bergantung pada kalian semua. Dinda ingin hidup mandiri dan mencoba hal baru Pa." Dinda memaksa.
"Mandiri? Hal baru? hal baru apa? di sana rumah paman Sam juga sama dengan rumah kita. Materi kuliahmu juga akan tetap sama bidang pengembangan pertanian. Apanya yang beda? Apakah ini hanya alasanmu untuk menjauhi kakakmu?" Papa Dimas mulai menelisik sumber masalah.
"Bukan Pa. Bukan karena Kak Andra. Yakinlah, Dinda memikirkan ini secara matang. Ini murni keinginan Dinda untuk menjadi pribadi yang lebih baik Pa." Dinda merengek sambil mengguncangkan lengan baju Papa Dimas.
"Oke. Yang terbaik mungkin adalah dengan memisahkan kalian. Papa juga lelah memikirkan kalian yang selalu bertengkar. Semoga dengan berjauhan sementara waktu dapat membuat kalian semakin akur dan dekat," kata Papa Dimas berharap.
" Iya Pa."
***
"Dek, kamu serius mau pergi?" Andra bersedih hati melihat Dinda yang sudah menyeret kopernya.
"Iya kak." jawab Dinda sekenanya.
Bukan karena malas atau marah tetapi Dinda sendiri merasa harus melepaskan Keanu untuk putri dan itu semua akan sulit dia lakukan jika terus berada dekat dengan mereka. Dinda sengaja tidak memberitahu Keanu akan kepindahannya. Dinda hanya berharap Keanu berhenti mendekatinya dan bisa membuka hati untuk Putri.
"Sayang, Mama pasti bakalan kangen kamu. Mama antar ya?" Mama sungguh tidak mengerti akan keputusan Dinda yang terkesan mendadak ini.
Penyesalan menggerayangi relung hati Andra. Rasa bersalah karena selalu memicu keributan dengan adiknya sendiri membuatnya ingin menghalau kepergian Dinda tapi sia-sia sudah.
Keputusan Dinda sudah bulat. Di rumahnya dia merasa terpojok dan diabaikan dengan Mama pita yang selalu membela Andra. sementara Papa Dimas yang bisa diajak bicara jarang sekali berada di rumah.
Lalu memiliki pacar yang harus disembunyikan membuatnya harus melatih kekuatan otot jantugnya yang setiap saat bisa berhenti berdetak karena ketakutan akan hubungannya yang bisa terbongkar dan membuat keributan. Apa yang harus di pertahankan? Tidak ada?
Ya aku memang yang tersisih dan harus pergi demi ketenangan semuanya.
Begitu pikirnya.
"Kak Andra antar ya?" tanya Andra yang sungguh tak rela jika adiknya pergi meninggalkan rumah.
"Tidak usah. Aku ingin mandiri mulai sekarang," kata Dinda yang malas berdebat lagi.
Dinda menaiki taksi dan membaur dengan mobil lainnya membelah jalanan kota. Dinda menuju ke tempat yang mungkin akan merubah pola pikir dan kepribadiannya. Seringkali kita menyisihkan orang lain dengan sikap ataupun Tutur kata kita namun kita tidak menyadarinya. Dalam hal ini, karena kejujuran seorang teman, membuat teman yang lainnya merasa terasingkan.
*terimakasih selama ini kalian sudah menjadi teman baikku.Keanu, aku mencintaimu. Kak Andra. Aku membencimu.*
Batin Dinda yang memandang keluar jendela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Riska Wulandari
kasihan si Dinda cewekk tapi terasing d keluarganya sendiri..
2022-01-05
0
Niferavita
yesek
2021-12-26
0
Murni Agani
keren nih tokohny authorny. bkn korban drakor.😂
2021-12-16
0