Kakakku Suamiku
" Happy birthday to you~~~"
"Happy birthday to you~~~"
"Happy birthday~ Happy birthday, Happy birthday to you~~~!" Riuh sorak Sorai para tamu undangan dari teman seangkatan Adinda.
Hai, namaku Adinda. Panggil saja aku Dinda. Aku bukanlah anak belia lagi. Usiaku kini sudah menginjak 19 tahun. Sebenarnya aku sudah malu merayakan ulang tahun seperti ini. Ya, bagiku ini adalah acara anak remaja. Sedang aku? Ya, aku sudah akan menginjak dewasa.
Berada di tengah acara ini membuatku sedikit sesak. Aku bukan tipe orang yang mencintai keramaian. Terkadang, di dalam keramaian aku menjadi pusing dan kebingungan. Entah apa namanya itu, aku tidak perduli. Aku selalu menolak saat Papa dan Mama mau membawaku untuk memeriksakan keanehan ku ini.
Keluargaku bukan keluarga yang kaya raya. Keluarga kami hanyalah keluarga sederhana yang menaungi satu perusahaan saja.
Dan ini kisahku. Semuanya akan aman aman saja jika si pengacau itu tidak muncul dan itu dia sudah nampak batang hidungnya dan pasti sebentar lagi akan memelukku lalu mencubit pipiku sampai memerah dan mengacak-acak rambutku juga pestaku.
" Hai!" Sapa Andra dengan bersemangat sambil melambaikan tangannya kepada Adinda.
Ya, Andra adalah pengacau yang Dinda maksud. Dia kakak satu-satunya Adinda. Pria yang di puji paling tampan di rumah oleh mama Adinda dan selalu saja berhasil membuat Adinda mual saat mendengarnya. Pujian itu seperti limbah yang membanjiri seluruh perumahan.
" Ya!" Sahut Dinda dengan malasnya. Raut mukanya tak secerah saat Andra belum datang.
"Jangan begitu sama Kakaknya. Ga bagus!" Mama pita yang melirik tajam Dinda dan kemudian tersenyum manis menyambut putra semata wayangnya. Memeluknya seolah berabad-abad tak pernah bersua padahal baru pagi tadi mereka berpisah itupun karena Andra ke kantor.
Dinda kemudian memaksakan senyum yang tersungging di bibirnya.
" Mama." Kata Andra sambil memeluk Mama pita lalu mencium punggung tangannya.
" Sayang nya mama sudah pulang? Wah bawa apa itu?" Mama pita melirik kantong berwarna kuning dengan label khasnya.
" Sayangnya mama sudah pulang~~" Dinda menirukan dengan nada suara yang lirih dan menye-menye.
" Apasih ngeng! iri aja. Nih buat kamu, mahal ini jangan sampai lecet." Kata Andra sambil menyodorkan kantung kuning itu tepat di hadapan Dinda.
" Kak, ah! Jangan seperti ini kenapa. Lihat banyak teman-teman Dinda." Dinda mendengus kesal lalu menerima kado pemberian dari Andra yang berisikan sepatu mahal.
" Wah, apa itu Din. Pasti mahal Ya? Mereknya saja sudah LW ." Kata Putri yang melirik senang.
" Eh, enggak kok. Kalian nikmati makanannya ya. Aku simpan ini dulu ke atas." Kata Dinda yang meninggalkan begitu saja teman-temannya saat mendapatkan hadiah dari Andra.
Sesungguhnya Dinda senang. Karena jarang sekali Andra itu bersikap baik dan manis seperti ini. Dinda penasaran juga sekaligus ragu akan isi bungkusan yang di bawanya itu.
" Ma, Andra ke kamar dulu ya. Ganti baju sebentar nanti turun lagi. Papa juga sebentar lagi datang." Kata Andra yang meminta ijin untuk kembali ke kamarnya.
Andra naik ke atas dan dilihatnya Dinda sedang mentoel-toel kardus yang berada di dalam kantung kuning itu dengan sebuah penggaris panjang.Andra yang melihatnya sungguh tak tahan untuk tidak tertawa. Dinda dengan polosnya berusaha untuk mengetahui isinya tapi tak mau memakai tangannya untuk membuka kado.
" Ih, apa ini ya?" Gumam Dinda sambil terus mentoel kardus.
" Duar!!" Andra mengagetkan Dinda sampai Dinda nyaris saja lari terbirit-birit.
" Ih! Nyebelin! ngagetin tau!" Ketus Adinda dengan kesalnya dengan matanya yang sudah seperti laser yang hendak memotong Andra.
" Abisnya Be*o banget buka gini aja. Pakai tangan dong adikku sayang, yang cantiknya seperti Anabel." Ucap Andra yang menyindir tajam Dinda yang disamakan dengan boneka seram Anabel.
" Nih, begini sayang." Andra membukakan kado yang ia berikan tadi.
Benar saja ternyata isinya sesuai dengan harapan Dinda. Sepasang sepatu yang lama Dinda inginkan dan Dinda simpan dalam sebuah keranjang belanja online.
Dinda menyeringai dan memamerkan barisan giginya yang putih.
" Eh, tumben kak Andra beneran kasih kadonya. Biasanya selalu ngerjain aku." Dinda bergumam lirih tetapi jelas di telinga Andra.
Andra tersenyum dan kemudian memeluk Dinda.
" Maaf ya ngeng kalau selama ini kakak suka ngerjain kamu. Kita sudah besar ngeng sudah waktunya untuk berdamai." Kata Andra yang terdengar tulus.
" Ih, ada apa ini? ga biasanya. Kamu ketempelan setan mana kak?" Adinda meragukan ucapan Andra.
" Ngeng, bisa ga sih kalau aku niat baik itu di terima?" Protes Andra sambil mengurai pelukannya.
" Gimana ya, Dinda kan biasa ditindas, dijahili, dan di bohongi. Jadi ya...." Dinda menggantungkan ucapannya.
" Makanya itu, Kakak minta maaf ya." Ucap Andra yang kemudian mencubit pipi Dinda dengan kencang sampai Dinda menjerit kesakitan.
" Auh....! Sakit buluk!!" Oceh Dinda yang kesal bukan main.
Dinda kembali turun ke bawah setelah menyimpan kado pemberian dari Andra. Kamar mereka terletak bersebelahan. Andra melakukan ritual mandinya. Penat sekali dia hari ini, sejumlah pekerjaan menumpuk dan membuatnya datang terlambat di acara ulang tahun Adinda.
Adinda, dia adik yang manis meski sering di jahilin dan selalu disuruh-suruh oleh Andra.
Ya, layaknya seorang kakak yang menyebalkan. Andra selalu memiliki seribu alasan untuk menyuruh Adinda. Untuk sekedar melakukan ini dan itu walau tidak penting sekalipun.
Meja kue ulang tahun berada lurus menghadap tangga.
Keterbatasan ruangan karena banyaknya tamu undangan membuat meja sedikit bergeser dan lebih dekat dengan tangga.
Dinda sedang berbincang bersama teman-temannya. Dia masih menunggu kedatangan Papa untuk memotong kue bersama.
Andra turun dari lantai atas dan tiba-tiba.
GUBRAK!!
Andra menabrak meja kue hingga kue ulang tahun Adinda hancur sudah.
Adinda yang berdiri di samping meja kue juga ikut menjadi sasaran. Dress yang tadinya berwarna dusty pink berubah menjadi cemong dan penuh dengan whip cream dan coklat. Juga minuman yang berserakan di lantai dengan gelas yang sudah pecah berantakan.
" Sayang, kamu tidak apa-apa?" Mama pita justru khawatir dengan Andra yang juga jatuh tersungkur setelah menggelinding dari anak tangga.
Semua tamu undangan hanya bisa tertegun melihat kejadian yang berlangsung dengan begitu cepatnya. Juga termasuk Papa yang rupanya baru saja datang namun semuanya sudah kacau balau. Semuanya menjadi berantakan.
" Mama! Aku yang sakit ma. Dia menabrakku!" Seru Adinda dengan wajahnya yang sudah bersungut-sungut menahan amarah. Jika saja tidak sedang banyak orang. Sudah tentu mereka berdua akan terlibat gulat atau tinju.
Sakit?
Tantu saja, Dinda jatuh terlentang tanpa aba-aba setelah tertimpa kue ulang tahunnya sendiri. Bukankah seharusnya ia yang mendapatkan perhatian? Dinda benar-benar merasa tersisihkan.
" Tidak ma. Andra baik-baik saja." Jawab Andra yang sibuk membersihkan kue yang menempel di tubuhnya.
" Dinda, sayang." Mama beralih pada Dinda dan mencoba membantu membersihkan dress Dinda yang sudah sangat berantakan.
" Tidak usah, aku bisa sendiri. Mama urus saja anak pertama Mama." Lirih Adinda yang menepis tangan mama pita dari tubuhnya dan kemudian berjalan menaiki beberapa anak tangga dan berhenti.
" Untuk tamuku semuanya. Maaf aku sangat minta maaf atas kekacauan ini. Aku rasa pestaku sudah usai. Terimakasih atas kehadiran kalian semua." Ucap Dinda dengan suara yang bergetar juga sedih.
Dia sangat sedih semuanya kacau dan berantakan yang tak lain dan bukan justru di perbuat oleh kakaknya sendiri.
Dinda menangis dan pergi menaiki tangga. Meninggalkan pesta yang kacau.
Papa Dimas segera menyusul putri kesayangannya dan menatap sesaat Andra dengan tatapan yang sulit di artikan.
" Hiks! hiks! hiks! kenapa sih, Mama selalu saja membela kak Andra. Sekali saja tidak bisa mengerti aku." Dinda menangis sedih di depan cermin riasnya membersihkan sisa-sisa riasan yang berantakan berpadu dengan coklat dan kue.
Hatinya sakit, setiap kali ada yang terjadi. Mama pita selalu akan berpihak pada Andra. Ya, seperti kekasih saja. Selalu Andra yang terbaik dimatanya. Hal ini menimbulkan rasa tersisih bagi Adinda.
Dinda merasa tersisih dan terabaikan bahkan dia merasa di anak tirikan oleh mama Pita.
Tok!
Tok!
Tok!
" Dinda, sayang. Buka pintunya nak." Seru Papa Dimas dengan lembutnya.
" Aku ingin sendiri Pa." Sahut Dinda sedikit berteriak menjawab Papa Dimas.
" Nak, bukalah. Papa punya kado buat kamu." Ucap Papa Dimas lagi berusaha merayu dan menghibur putrinya yang sedang bersedih.
" Iya." Sahut Dinda lirih dan kemudian berjalan lalu membuka pintunya.
" Nah, begitu dong. Sini peluk papa dulu. Jangan nangis." Kata Papa Dimas dengan lembutnya dan justru membuat Dinda semakin sesenggukan.
Papa Dimas menggiring Dinda dan membawanya ke ranjang dengan terus memeluknya lalu mendudukkan Dinda di tepi ranjang.
" Jangan marah sama kak Andra, dia tidak sengaja." Kata Papa Dimas dengan tangannya yang mengusap kepala Adinda.
" Papa juga membela si pembuat onar itu?" Ketus Dinda yang kemudian melipat kedua tangannya ke dada dan membuang pandangannya membelakangi Papa Dimas.
" Bukan sayang. Papa tadi juga melihat dia jatuh menggelinding dari tengah-tengah tangga. Pasti sakit. Jangan selalu bertengkar. Kalian kakak beradik, harusnya rukun dan akur." Papa Dimas menasehati Dinda.
" Din!" Seru Andra memanggil Dinda dan langsung masuk ke kamarnya karena pintunya terbuka.
" Minta maaflah pada adikmu." Kata Papa Dimas dengan tenang.
" Din, maaf ya. Kakak tadi tidak sengaja." Ucap Dimas sambil meringis kesakitan memegangi kakinya. Mungkin dia terkilir.
" Kamu ya kak, kamu selalu saja mengacaukan acaraku!" Seru Dinda yang tanpa diduga-duga langsung mendekati Andra dan langsung menyerangnya dengan memukuli Andra tepat di dadanya.
Keributan tidak terelakkan keduanya kini seperti tengah berada dalam arena pertandingan. Papa Dimas sampai kewalahan melerainya. Andra tidak membalas dan hanya menepis juga mengelak dan kejar-kejaran terjadi di kamar Dinda. Ya, begitulah mereka selalu bertengkar, bertengkar dan bertengkar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Nurliana Saragih
Kasian Adinda,,,,,,,?!
🤣🤣🤣
2022-02-27
0
Nurliana Saragih
Ada - ada aja kamu Ndra?!
😂😂😂
2022-02-27
0
Eka Kurniawati
🤣🤣🤣
2022-02-14
0