5 Irene Wijaya

" Dia seorang dokter anak Thur, di rumah sakit papiku kelola."

" Aku tidak pernah melupakan Alexa. Bahkan sampai saat ini".

Arthur tertawa.

" Kamu pernah pacaran dengan Irene Wijaya kan".

" Yahhhh, awalnya di jodohkan karena menyangkut bisnis keluarga, namun ketika aku mengelola perusahaan ,aku berjuang tanpa di sokong dan di danai siapapun, melepaskan diri dari perjodohan, dan aku berhasil memandirikan perusahaan, perjodohan itu aku putuskan , karena aku tidak pernah ada rasa apapun."

" Jangan bilang ,kamu masih berharap pada Alexa broooo".

" Aku masih berharap, foto , surat apapun selalu tersimpan dengan rapi".

" Tetapi Alexa menghindarimu, reaksi adikku ke kamu liat sendiri, wajar kan bro , sakit hati, kecewa ,gak pernah di anggap."

" Setelah kamu sukses, harusnya kamu mencarinya".

" Yang benar saja bro, bahkan kontak kamu baru aku dapatkan, kalian selama inj di berbagai mnegara ,berpindah pindah, nomaden, "ujar Ken.

" Menyari kalian membingungkan.Kalu gak ada reunian, kamu dan aku gak bakalan ketemu sama kamu Thur."

" Anggap takdir bro, kalau memang milik kamu, yah jodoh gak akan kemana".

" Alexa cantik, apa profesinya ,tamatan apa Thur?".

" Alexa dokter bedah dan dokter spesialis jantung, tamatan Rusia. Beasiswa, dia mandiri, banyak bertugas menjadi pasukan PBB, baru kembali dari Turki, dan bergabung di sebuah rumah sakit besar," ujar Arthur.

" Kamu masih menyukai Alexa? kamu gak dengar, dia mau kencan, mau ngedate, kalah selangkah Ken".

" Jodoh di tangan Tuhan Thur, yang mau kawinan aja, bisa beralih, ingat kan kejadian teman kita Zizi, pada saat di gereja, ninggalin pria nya, karena mencintai pria lain, apapun bisa terjadi Thur."

" Kamu percaya jodoh dari Tuhan?" tanya Arthur.

" Percaya ....".

" Salutttt gue, hehehehehe".

" Makan bareng yuuuk, jangan ngilang lagi kamu Ken, kamu tahu kan persahabatan kita sangat dekat, bahkan dari Tk lohhh, barengan" .

Ken dan Arthur pun tertawa ,mereka menuju ke sebuah restoran.

Srdangkan Alexa malam itu seperti biasa, cantuk, sexy dan sangat glowing.

Yudha Prayoga

Alexa Renata Wijaksana.

Malam itu, Alexa turun dari mobilnya, mwnuju pintu masuk restoran.Alexa gak mau di jemput Yudha.

Karena Alexa ke kantor saudaranya terlebih dahulu singgah, kemudian pulang ke apartemennya.

Pandangan Alexa beradu dengan pandangan Yudha.

Yudha bukan pria berkulit putih, kulit Yudha sawao matang, maskulin, dan Alexa menyukainya, Yudha kalau sedang tersenyum sangat manis, dan selama ini Yudha tulus, hatinya baik, membantu banyak orang, sering melakukan pengobatan gratis ke daerah terpencil dan melakukan pengobatan gratis di panti ashuan , di tempat para pemulung dan daerah kumuh.Sama dengan sosok Yuhda selama di Turki, dia sangat di senangi ibu - ibu, sabar, pintar dan ramah.

Yudha meraih tangan Alexa.

" Kamu sangat cantik ".

" Gak ada uang Dollar yaang, atau Dirham, " ujar Alexa tertawa.

Alexa tersenyum .

" Duduk yuuukkk".

Alexa mengangguk.

" Kita harus bergegas makan deh, jangan sampai acara makan gak ajdi ,akibat paisen urgent, ujar Alexa tertawa."

" Benar , biasanya ,kalau udah berduaan, acarabpenting, pertemgahan ambyarbkarena panggilan tugas, Mas sudah pesan makanan kesukaan kamu, tuh udah datang".

" Jujur, aku kelaparan banget loh mas".

Yudha tersenyum.

" Mas bersedia memberikan makanan se umur hidup," ujar Yudha tersenyum.

" Beneran yaaah, nangih nihhh, " ujar Alexa tersenyum.

Yudha memberanikan diri menggenggam tangan Alexa.

Mereka saling bertatapan.

" Aku menyukaimu Xa, mencintaimu, sejak kamu menjadi mahasiswi kedokteran."

" Serius?".

Yudha mengangguk.

" Berapa kali mas mengungkapkan perasaan mas, kamu nolak Xa".

" Aku pernah kecewa menyukai seseorang mas, dan aku takut mencintai seseorang. Namun aku gak mau lari dari perasaanku lagi, aku memutuskan pindah ke Indonesia, pindah ke Jakarta, sebenarnya itu sinyal, aku mengikutimu mas".