"selamat membaca"🌹🌹🌹
Waktu menunjukkan makan malam, Stevano masih berada di dalam mobilnya di depan rumah besar yang dulu dia tumbuh bersama dengan Kakaknya, serta keluarga bahagia mereka namun semenjak 17 THN yang lalu rumah itu seakan menjadi kesedihan yang mendalam.
Stevano keluar dari mobil saat melihat mobil kakaknya juga baru sampai dan terparkir tepat di sampingnya.
" Bang" panggil Stevano
" ayok" ajak Gibran menepuk bahu adek nya
Stevano menghembuskan nafasnya berat, lalu mengikuti langkah kaki kakaknya.
" selamat datang tuan muda" sapa para maid yang sudah berjejer menyambut kedatangan kedua tuan mudanya
mereka berdua hanya mengangguk, dan meneruskan jalannya .
" akhirnya kalian datang juga, papah merindukan kalian" ucap seorang laki laki paruh baya yang masih tampak tampan walaupun usianya sudah di kepala lima.
" ada apa papah menyuruh kita kesini?" tanya Stevano to the point
Gibran menepuk pundak adeknya agar tak bersikap kurang ajar,walaupun sebenarnya dirinya juga malas bertemu dengan papahnya.
" apa seorang ayah tidak boleh bertemu dengan anaknya? apa harus ada alasan?" tanya papah Hendrik
mereka tak menjawab, dan menampilkan wajah datarnya.
" maaf tuan besar, makan malam sudah siap" ucap Han kepala pelayan
" Baiklah, ayok kita makan malam terlebih dahulu" ucap papah Hendrik
mereka berdua mengikuti langkah kaki papah mereka menuju ruang makan, disana sudah ada berbagai menu masakan kesukaan Stevano dan Gibran. Papah Hendrik sengaja menyuruh Maid untuk memasak semua itu.
para maid dengan sigap membantu tuan besar dan tuan mudanya untuk menyiapkan makan.
" tak perlu bi saya bisa sendiri" ucap Stevano sedangkan Gibran hanya acuh
" tapi ini sudah tugas saya tuan muda"
" tak apa, kembalilah ketempat mu" ucap Stevano
Han, memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menuruti keinginan tuan mudanya.
Hening!
hanya ada dentingan sendok yang terdengar di ruang makan saat ini.setelah selesai makan mereka duduk kembali di ruang keluarga
" kalian menginapkan disini" perintah papah Hendrik
" Kalian tak merindukan kamar kalian?"
" apa yang akan kita rindukan ketika orang yang membuat kita nyaman sudah tak ada!!" ucap Stevano tersentak
Di balik keramahan nya dirinya punya sisi yang berbeda , jika berhadapan dengan Papahnya. papah yang menyebabkan Mamah nya meninggal dan adek kecilnya entah kemana.
papah Hendrik menghembuskan nafasnya berat, saat mendengar ucapan putra nya.
"Itu bukan kemauan papah Vano, papah___"
" sudahlah itu memang salah papah, salah papah yang membiarkan mamah meninggalkan kita!" ucap Stevano menyela ucapan papahnya
Stevano langsung pergi meninggalkan rumah itu,
" Gibran juga pamit pah" ucap Gibran
"sampai kapan kalian akan membenci papah?" pertanyaan itu terlontar begitu saja
" Gibran sudah memaafkan papah, tapi maaf Gibran tidak bisa menjadi Gibran yang dulu dan maaf jika sikap Stevano membuat papah terluka,gibran pamit, " ucap Gibran lalu pergi menyusul adeknya yang sudah melesatkan mobilnya.
Stevano membelokkan mobilnya di sebuah cafe, di memesan coffe latte,dia menyesap pelan kopi yang baru saja tersaji di hadapannya.di menatap lurus kearah jalan raya karna dirinya berada di dekat kaca .
setelah hampir menghabiskan coffe ya dia beranjak untuk membayar pesanannya
" pesanan hanya coffe latte saja ya tuan, " ucap kasir lalu mengambil kartu yang di serahkan Stevano
" ini tuan kartunya, terimakasih atas kunjungan dan di tunggu kunjungan nya kembali" ucap kasir itu ramah
" loh Pak dokter" ucap kasir itu yang baru benar benar mengingat mengenal stevano
Stevano yang sedang memasukkan kembali kartunya kedalam dompet mendongak, dia melihat gadis yang pernah dia temui .Stevano tersenyum kearah gadis itu
" umur kita tak beda jauh kenapa kau selalu memanggil saya pak" ucap Stevano
Clara hanya nyengir kuda, karna melupakan itu.
" kamu kerja disini?" tanya Stevano
" iya pak, ehh emm..."
" Stevano"
" oh iya, Stevano"
" ya sudah saya pergi dulu ya" ucap Stevano
" iya hati-hati di jalan pak dok...ehh Stevano" ucap Clara menutup mulut nya
Stevano hanya terkekeh lalu pergi dari cafe itu, menuju ke apartemen nya.
*****
pukul sembilan malam Clara baru saja keluar dari cafe setelah membantu para karyawan lainnya membersihkan cafe.clara mengayuh sepedanya menuju rumahnya.jalan nampak sepi karna hari sudah malam.
sampai di rumah ayah dan ibunya juga masih berada di ruang tamu, sedang menghitung hasil penjualan hari ini.
" assalamualaikum "
" wa'alaikumsalam , "
" sudah pulang nak" ucap ayah
" sudah ayah, ayah baru pulang ya?" tanya Clara sambil menyalami ayahnya
" iya nak, hari ini agak sepi jadi malem ayah pulangnya" ucap ayah
" jangan capek capek yah, jaga kesehatan" ucap Clara
" kamu juga harus jaga kesehatan nak" ucap ayah
"sana ganti baju dulu, habis itu makan tadi bakso ayah masih " ucap ibu
" wahh siap buk, aku kekamar dulu kalau begitu " pamit Clara
kedua orang tuanya hanya terkekeh, melihat antusias nya Clara .
" anak kita udah besar ya Bu" ucap ayah
" iya yah,tapi ibu takut Clara tau yang sebenarnya" ucap ibu
" suatu saat dia memang harus tau yang sebenarnya Bu" ucap ayah dan di anggukin ibu
*****
seperti biasa Clara melakukan aktivitas nya di kampus, setelah pulang dirinya membantu ibunya yang akan mengosok pakaian pelanggan.bagi Clara ibunya adalah ibu terhebat di dunia, karna ibunya tak mengenal lelah.ibu nya pagi pagi sekali sudah membantu ayahnya untuk menyiapkan dagangannya, setelah ayahnya berangkat ibunya akan mengambil baju baju pelanggan nya yang akan di cuci .
" Hallo neng Clara ku yang cantik" ucap Edo
teman satu kelas nya yang selalu mengejar-ngejar Clara sejak masuk ke kampus.
" ngak jelas banget sih kamu do" ucap Sinta nyolot
" kok Lo yang nyolot sih sin, kan yang gue godaan neng Clara" ucap Edo berjalan bersama kedua gadis itu yang seperti nya akan menuju kantin
" serah serah aku dong, !"
" udahlah sin, ngapain di tanggepin " ucap Clara melerai keduanya
karna sudah biasa bagi Clara jika keduanya bertemu akan selalu bertengkar.
"kalian mau pesen apa biar aku pesenin" ucap Edo
" di bayarin juga ngak nih?" ucap Sinta
" untuk neng Clara pasti Abang bayarin lah, " ucap Edo
" lah aku ngak?" tanya Sinta
" bayar sendiri lah" sewot Edo
" ngeselin bangett sih, pelit sama temen biar pantatku lebar!" ucap Sinta
Edo melotot,
Clara hanya tertawa melihat kedua temannya yang selalu bertengkar dan membuat hiburan baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
MyRa Rahma
aku nunggu visualnya blm muncul juga...
brharap ada bapak Leader dsini..
2023-08-24
1
auliasiamatir
hadir lagi
2021-12-10
1
Lovallena (Lena Maria)
semangat author 💪
nanti aku lanjut baca clara dan Stevano nya 🥰
2021-09-20
2