Melanggar Janji
Kayla PoV On
"When I see your face
There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
'Cause girl, you're amazing
Just the way you are
Yeah"
"Gimana sih rasanya jatuh cinta? Udah sampai umurku delapan belas tahun, masak iya aku belum pernah jatuh cinta, hhuuhhh!" gumamku setelah lelah bernyanyi. Aku baru saja pulang sekolah. Aku memilih berjalan kaki sambil menikmati suasana sore kotaku.
Hai, aku Kayla Anggraini. Aku masih kelas tiga SMA di SMA Padma Widya. Salah satu SMA favorit di kotaku. Kota Jogja Istimewa, se-istimewa orang-orangnya. Begitu kata orang-orang.
Aku baru akan berusia delapan belas tahun. Kata orang, aku gadis yang periang, banyak yang suka padaku karena itu.
Apalagi wajahku cantik, tubuh proporsional, rambut hitam panjang dan kulit yang putih. Bbeeeuuhh, banyak deh cowok di sekolah yang naksir sama aku. Sebanyak itu juga cowok di sekolah yang aku tolak. Dan lagi, otakku yang sangat encer, menjadi nilai tambah yang dalam diriku di mata para guru.
Sayang seribu sayang, sampai saat ini aku belum pernah merasakan jatuh cinta pada cowok. Tragis. Belum ada seorang pun yang bisa menggetarkan hatiku.
"Oh shit! I'm lost," umpat seorang bule muda nan tampan di salah satu sudut kota Jogja.
Aku menoleh kearah orang yang mengumpat itu. Tiba-tiba seorang penjual rujak memanggil dan mendekatiku.
"Nduk, kamu bisa bahasa Inggris?" Tanya penjual rujak itu padaku.
"Kenapa Pak?" Aku bingung dong ditanyai penjual itu.
"Kamu sekolah di Padma Widya ya? Pasti pinter bahasa Inggris. Itu, ada bule tanya sesuatu kayaknya. Tapi Bapak nggak faham. Kamu tolongin ya?"
"Eh, Bapak ini ada-ada saja. Iya Pak, coba saya tolong!" Aku dan Bapak penjual itu mendekati bule yang kelihatan bingung.
Memang, sekolahku terkenal dengan siswa-siswi dengan otak encer. Siapapun yang ingin sekolah di sana, harus punya nilai rata-rata di atas delapan. Sistem pendidikannya pun sangat mandiri.
"Excuse me Sir, can I help you?" (Permisi tuan, ada yang bisa saya bantu?) tanyaku setelah berada didepannya.
Dia melihatku seksama. Aku pun menatapnya. Matanya berwarna biru, sangat indah. Hidungnya mancung, rambutnya hitam, tubuhnya tinggi tegap.
"Can you speak English?" (Anda bisa berbicara bahasa Inggris?)
"Yes, a little." (Ya, sedikit.)
"Thank's God. Do you know A.X Hotel?" (Terima kasih Tuhan. Anda tahu A.X Hotel?)
"A.X Hotel?" (A.X Hotel?) Aku mencoba mengingat tempat yang bule itu tanyakan. Terdengar tidak asing di telingaku.
"Oh yes, I know." (Oh ya, saya tahu.)
"Can you show it to me?" (Dapatkah Anda menunjukkannya padaku?)
"Don't you have GPS?" (Apakah anda tidak memiliki GPS?)
(Gaes, percakapannya pakai bahasa Indonesia aja ya, nanti kepanjangan ini episodenya 😅 Bayangin aja Kayla sama si bule ngobrol pakai bahasa inggris 😁)
"Ponsel saya belum memiliki kartu sim untuk Indonesia."
"Oh begitu. Baiklah. Anda bisa naik taksi dari sini."
"Apakah Anda ada waktu?"
"Saya?"
"Ya. Bisakah Anda mengantarkan saya ke sana?"
Gila nih bule? Rempong bener. Tapi, ganteng juga, hhihi. Boleh deh, bisa aku pamerin ke Nessa besok! Lumayan punya kenalan bule ganteng, hhaha.
"Boleh. Anda ingin jalan kaki atau memakai taksi?" tanyaku.
"Apakah jauh?"
"Jika berjalan kaki sekitar tiga puluh menit. Tapi jika memakai taksi hanya lima menit."
"Kita jalan kaki?"
"Baiklah."
"Terima kasih. Oh ya, siapa nama Anda?"
"Kayla."
"Nama yang indah. Saya Richard."
"Baiklah Richard, tunggu sebentar." Aku menghampiri penjual rujak tadi lalu berpamitan.
Aku menemani bule itu berjalan kaki menuju hotel yang ia tanyakan tadi.
"Apakah ini pertama kali kamu ke Indonesia?"
"Iya, ini pertama kali."
"Anda berasal dari negara mana?"
"Australia. Saya tinggal di Sydney."
Kami melewati sebuah konter pulsa. "Apakah Anda ingin membeli kartu sim untuk ponsel Anda?"
"Ya, tentu. Dimana saya bisa membelinya?"
"Itu disana! Mari!"
Kami mampir di konter pulsa. Dan ternyata penjual pulsanya juga nggak bisa bicara bahasa Inggris. Mampus deh gue! Lama-lama ni lidah bisa keseleo nanti kelamaan bicara bahasa Inggris.
Kami pun kembali berjalan setelah selesai membeli kartu sim untuk ponselnya. Dia bertanya banyak hal tentang diriku. Dia juga menceritakan banyak hal tentangnya. Kami berbagi sedikit cerita. Ternyata nasib kami sama, sama-sama anak tunggal. Nyambung deh jadinya ngobrol banyak.
Nih bule crewet juga ya! Ngomong terus dari tadi. Nggak capek apa? Lidahku udah kaku ini bicara sama kamu dari tadi pakai bahasa Inggris. Kalau bukan karena aku mau pamer ke Nessa punya kenalan bule ganteng, ogah deh!
Dia ternyata ke Indonesia bersama ayahnya untuk urusan bisnis. Dan dia tadi melarikan diri dari para pengawalnya karena ingin menikmati suasana kota sendirian tanpa pengawal. Usianya terpaut tiga tahun denganku. Cocok mungkin jadi kakakku.
"Itu A.X Hotel." Aku menunjuk pada sebuah baliho besar tepat di depan hotel. Dan di bawah baliho, ada beberapa pria memakai pakaian serba hitam. Mereka sepertinya sedang sibuk menunggu seseorang.
"Oh ya, Anda benar. Terima kasih Kayla."
"Iya, sama-sama." Dan saat itu juga, pria yang berada di bawah baliho tadi berlari ke arah kami dan langsung memegang lenganku. Apa-apaan ini?
"Lepaskan dia! Dia telah menolongku."
"Mereka siapa?" Aku benar-benar bingung melihatnya memerintah pria-pria tadi. Para pria itupun melepaskan lenganku.
"Aaww, sakit!"
"Maaf Kayla, mereka pengawalku. Apakah lenganmu sakit?" Richard terlihat khawatir ketika melihatku meringis memegangi lenganku.
"Tak apa, hanya sedikit."
"Minta maaf padanya!" Richard terlihat sedikit marah pada pengawalnya. Para pengawal itu pun meminta maaf padaku.
Siapa sih dia? Punya pengawal segitu seremnya.
"Kayla, apa kita masih bisa terus berkomunikasi? Kamu gadis yang baik dan menyenangkan. Aku suka padamu."
What? Dia menyukaiku? Ini bukan pernyataan cinta kan Mas bule ganteng? Hhahaha, mimpimu ketinggian Kay!
"Kay, apa kamu baik-baik saja?"
"Oh iya, aku tidak apa-apa."
"Oke. Boleh aku minta nomor ponselmu?"
Aku terdiam. Bingung dan berfikir. Kasih nggak ya?
"Maaf Richard, Aku tak bisa memberikan nomor ponselku."
"Baiklah, aku paham. Kita juga baru saja berkenalan. Apa kau punya email?"
"Ya, ada."
"Boleh aku meminta alamat emailmu? Kita bisa saling berkomunikasi nanti lewat email."
"Boleh juga. Baiklah!". Richard terlihat sangat bahagia. Ia langsung menyerahkan ponselnya dan memintaku menuliskan alamat emailku.
"Baiklah Ri, kamu sudah sampai hotel. Aku akan pulang sekarang."
"Apa perlu kuantar bersama pengawalku?"
"Tidak, terima kasih. Aku akan naik bis."
"Baiklah Kay. Terima kasih untuk semuanya. Semoga kita bisa bertemu kembali."
"Iya. Semoga pekerjaanmu lancar di Jogja."
"Tentu."
"Bye!" Kami saling melambaikan tangan. Aku lalu berjalan pergi menuju halte bis terdekat.
...****************...
Pagi harinya di sekolah, aku diberondong pertanyaan oleh sahabatku Nessa. Karena sejak semalam aku tak membalas pesan atau menjawab telfonnya. Karena kelelahan, aku tertidur lebih awal dan tidak menghiraukan dering ponselku.
"Kay, kamu kemana aja sih?"
"Aku tidur Nes, capek tau!"
"Emang kecapekan kenapa?"
"Kecapekan jalan kaki. Masak ya, aku tu udah jalan sampai halte depan mall, harus balik lagi jalan ke A.X Hotel. Kan capek!"
"Emang kenapa?"
"Oh iya, aku belum cerita ya! Kemarin aku ketemu bule ganteng. Nih, aku punya fotonya." Aku pun segera mengambil ponselku dan menunjukkan beberapa fotoku bersama Richard kemarin.
"Bbeeuuhh, ganteng bener Kay! Namanya siapa Kay?" Wajah Nessa langsung sumringah melihat foto Richard. Dia kalau udah lihat cowok ganteng, lupa deh semuanya. Padahal dia juga udah punya pacar.
"Namanya Richard. Kemarin dia nyasar tuh sampai depan mall. Dia bingung mau balik ke hotelnya, yang ditanyain nggak bisa bahasa Inggris semua."
"Dia nggak punya ponsel?"
"Ada, tapi belum dibeliin sim Indonesia."
Aku pun menceritakan kejadian kemarin sore. Nessa bahkan lebih antusias dari pada perkiraaanku. Dia sangat penasaran dengan Richard.
Oh iya, Nessa itu sahabatku. Namanya Vanessa Pricilia. Kami mulai dekat saat di kelas dua. Dan sejak saat itu, kami bersahabat. Bahkan kami mendapat julukan 'Friendship Princess'. Itu karena kami berbeda keyakinan, dan itu tak menjadi masalah untuk persahabatan kami. Selain itu, karena kami selalu mendapat peringkat terbaik di sekolah. Dan pastinya, karena wajah kami yang cantik juga, hhihi. Untuk masalah beribadah, kami selalu bertoleransi satu sama lain.
Kalau pulang sekolah, aku selalu boncengan sama dia. Nessa kalau berangkat pasti diantar, dan pulangnya pasti sama aku. Aku selalu pakai motor kalau sekolah. Yaa, kebetulan aja kemarin motorku baru diservis sama ayahku, jadi kesekolah dianter paginya. Eehh, pulangnya dapet kenalan bule ganteng.
Kayla PoV off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
𝒀𝑶𝑺𝑯𝓊𝒶
good girl.
2023-10-18
1
𝒀𝑶𝑺𝑯𝓊𝒶
/Doge//Doge/
2023-10-18
0
𝒀𝑶𝑺𝑯𝓊𝒶
yess, jogja selalu istimewa, meski ane bukan orang jogja.
2023-10-18
0