Sejak sang kakak merantau beberapa minggu lalu. Kamila seperti kesepian di rumahnya. Tidak ada yang mengajaknya bermain, seperti saat kakaknya di rumah.
"Kak Dimas, Kamila kangen," gumam gadis kecil itu yang sedang duduk di kursi depan rumah.
Dia tengah sendiri di rumah itu sepulang sekolah. Bapaknya masih di ladang, sedangkan ibunya sedang memanen padi di sawah milik tetangganya.
Kamila ingin bermain, tapi dia tidak terlalu dekat dengan anak-anak lain di desa itu. Karena kekurangannya, banyak teman-teman dari Kamila menjauhi dirinya.
Kamila belum tahu kenapa mereka berbuat seperti itu. Pernah suatu hari saat dirinya baru masuk taman kanak-kanak.Beberapa anak laki-laki menghinanya.
"Hai kamu! Kenapa kepala kamu miring seperti itu?" ejek salah satu dari mereka.Dan di ikuti tawa anak-anak lain.
Kamila yang masih polos tak tahu maksud mereka. Dia lalu mendekati teman laki-lakinya itu.
"Kamu kenapa bilang seperti itu? aku gak miring kok, apa yang aku lihat semuanya baik-baik saja!" jawab Kamila polos. Dia belum tahu bahwa dia memiliki kekurangan di lehernya. Dan itu terlihat sangat aneh di mata teman-temannya.
Mendengar jawaban polos dari Kamila. Anak-anak yang menghinanya itu malah semakin senang. Mereka belum tahu bahwa perbuatan mereka tidak bagus untuk mental Kamila nantinya.
Kini Kamila mulai mengerti setelah kejadian itu. Dia mencoba bertanya pada ibu dan bapaknya.
Dan Kamila tahu bahwa dia memiliki kekurangan di lehernya. Saat tahu hal itu, Kamila sangat sedih dan merasa malu jika bersama dengan teman-temannya.
Tapi kedua orang tuanya selalu memberi dukungan untuk Kamila. Agar gadis itu tidak berkecil hati.
"Nak?" Karinah menepuk pundak Kamila dari belakang.
Kamila akhirnya kembali dari lamunannya tentang dirinya di masa TK.
"Iya bu," jawab Kamila.
"Kenapa melamun di sini?" tanya Karinah yang ternyata baru pulang bekerja.
"Kamila kangen kak Dimas bu," jawab Kamila.
"Ibu juga nak, apa kamu sudah makan?" tanya Karinah. Kamila menggelengkan kepalanya.
"Belum bu, nasinya habis. Kamila gak bisa memasak."
Karinah lupa bahwa pagi tadi dia hanya memasak sisa beras satu gelas saja. Dan untuk makan pagi mereka bertiga. Sekarang sudah waktunya makan siang. Bahkan sudah lewat waktunya.Tapi Kamila belum juga makan.
"Ya Alloh ibu lupa nak, kamu mau kan tolong ibu membelikan beras di warung pak Radi?" pinta Karinah.
"Mau bu, sini Kamila yang beli," jawab Kamila. Kebetulan warung pak Radi tak jauh dari rumah mereka. Jadi Kamila tidak akan kecapekan kalau ke sana.
"Anak pintar, ini uangnya. Kamu beli dua kilo dulu saja ya nak." Hanya dua kilo saja yang bisa Karinah beli saat ini.
"Baik bu," jawab Kamila sambil menerima uang dari ibunya. Uang yang baru saja dia terima dari kerja keras Karinah sehari ini.
Kamila berjalan sambil berlari kecil ke rumah pak Radi. Di jalan dia bertemu dengan teman laki-laki yang sering menghinanya.
"Hei gadis jelek! Kalau jalan yang lurus dong kepalanya!" hinanya lagi, anak laki-laki itu bernama Heru. Dia teman sekelas Kamila yang selalu membuatnya menangis.
Kali ini Kamila tidak mau perduli dengan ucapan Heru. Dia mempercepat langkah kakinya agar tidak di ganggu oleh anak laki-laki itu.
Tapi Heru mengejarnya dan mendorong tubuh Kamila. Hingga membuat gadis itu terjatuh dan terjerembab ke tanah berlumpur.
"Hahaha kasihan deh," ledek Heru semakin menjadi. Kamila ingin menangis tapi dia menahannya. Hingga Heru pergi meninggalkan Kamila.
Barulah Kamila bangun dan melanjutkan perjalanannya ke toko pak Radi. Meski celananya penuh dengan lumpur, Kamila harus segera membeli beras untuk makan keluarganya nanti.
Setelah membeli beras, Kamila segera pulang. Dia takut ibunya menunggu terlalu lama.
"Bu, Kamila sudah pulang," ucap Kamila di dapur rumah mereka. Karinah menatap baju Kamila yang kotor.
"Kenapa bisa begini Kamila?" tanyanya sambil memeriksa tubuh Kamila.
"Tidak apa-apa kok bu, Kamila hanya jatuh tadi di jalan," jawab Kamila.
"Kamu gak bohong kan sama ibu? Apa ada yang gangguin kamu lagi nak?"
"Iya bu, Heru yang mendorong tubuh Kamila hingga Kamila terjatuh," jawab Kamila.
"Kenapa dia seperti itu sih nak?" tanya Karinah kesal.
"Gak tahu bu, tapi Heru sering mengganggu Kamila. Dia selalu mengejek leher Kamila."
Karinah yang mendengar cerita anaknya seketika meneteskan air mata. Lagi-lagi karena kekurangan anak gadisnya, dia harus menerima ejekan dari teman-temannya.
"Nak, jangan di pikirkan ucapan teman-temanmu. Jadilah dirimu sendiri nak. Menerima apa yang di berikan oleh Tuhan untukmu," nasihat Karinah pada anaknya.
"Iya bu, Kamila tahu kok," jawab Kamila.
"Bagus, Kamila memang putri ibu yang pintar. Ya udah sekarang kamu mandi dulu ya?" pinta Karinah.
"Iya bu."
Kamila segera bersiap untuk mandi. Jauh di lubuk hatinya, Kamila merasa rendah jika di hadapkan oleh teman-temannya. Dia tahu bahwa dia berbeda. Dan alasan itulah Kamila tidak memiliki banyak teman.
Secara tak sengaja, Kamila seperti membatasi diri untuk bersosialisasi. Bukan tanpa alasan, bagi Kamila kekurangannya adalah hal yang sangat memalukan. Dia tidak memiliki kepercayaan diri di luar sana.
"Ya Alloh apa salah Kamila, hingga harus menderita seperti ini?" gumam Kamila saat perjalanan ke sumur.
Jika di lihat dari usianya yang masih kecil. Kamila merasa sangat kesepian. Dimana dia seharusnya bisa bermain bersama teman-temannya. Tapi Kamila sangat malu jika harus bersama mereka.
Kadang Kamila iri saat melihat para teman perempuannya memiliki kesempurnaan di tubuh mereka. Kamila ingin memilikinya. Namun semua itu tidak mungkin dia miliki.
Rasa putus asa kadang menghampirinya. Di usianya yang masih begitu kecil sudah sering menerima penghinaan dari teman-temannya. Hanya keluargalah yang menjadi kekuatan untuknya.
Meski dia memiliki kekurangan, tapi Tuhan memberikan kelebihan baginya. Dia tumbuh menjadi gadis kecil yang memiliki paras cantik dan juga pintar.Nilai pelajarannya selalu bagus diantara teman-teman lainnya.
Kamila cepat dalam menerima pelajaran dia juga rajin belajar. Meski bukan peringkat ke satu di kelas. Setidaknya Kamila berada di urutan kedua di kelasnya.
Sebagai orang tua, Karinah merasa bangga bahwa anaknya bisa mendapatkan nilai yang baik. Bahkan dari prestasinya itu, Kamila memperoleh beasiswa di sekolah.Meski tak banyak tapi bisa untuk membeli peralatan sekolahnya.
Tapi ada hal yang sangat Karinah khawatirkan. Jika Kamila meminta sekolah yang lebih tinggi, Karinah tidak tahu apakah dia dan suaminya bisa mewujudkan keinginan putrinya. Sedangkan untuk makan sehari-hari saja mereka sudah kesulitan. Keluarga kecil itu saat ini sudah memiliki hutang cukup banyak. Karinah kadang harus mencari kayu bakar untuk di jual setelah pulang dari sawah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Ning Mar
,smg kamila bisa sekolah tinggi deh...
2023-01-20
0
Tito Assa
mantap
2022-01-31
1