Part 4

Sofia bergegas meninggalkan kelas. Baginya tak ada beda berada di kelas itu jika pikirannya berkecamuk tak karuan. Jelas-jelas tadi Bayu mengatakan bahwa istrinya tidak bisa datang ke pertemuan dengan supplier, tapi sejelas itu pula Sofia mendengar tawa bahagia Narni dan Alifa. 'Apa memang sebodoh itu cinta berhasil membelenggunya?'

"Sofia!" Sebuah panggilan menghentikan langkah Sofia.

Sofia menoleh. "Ayash? kenapa?"

Ayash menyejajari langkah Sofia. "kamu kemana aja? Absensimu tertulis sakit, kamu sakit apa sih sampai dua bulan nggak berangkat?"

Sofia terlihat ragu, tanpa sadar mengelus perutnya.

Ayash mengerutkan dahi. "Sakit perut?"

Sofia mengangguk. Ingin sekali Sofia menjelaskan panjang lebar tentang pernikahannya, namun urung. Buat apa berbagi kebahagiaan palsu?

"Ya udah, Yash. aku duluan." Sofia mempercepat langkahnya. Ingat bahwa ada misi penting yang harus dilaksanakan. menangkap basah kebohongan suaminya.

"Tunggu, Sof." Ayash mencekal lengan Sofia. "Ada yang ingin aku omongin."

Sofia sedikit kesal namun akhirnya mengiyakan. Keduanya bergegas menuju taman kampus yang tidak begitu ramai.

Sofia duduk di bangku besi panjang. "Mau ngomong apa?"

Ayash meneladani Sofia, duduk di sebelah gadis berkuncir ekor kuda itu dengan hati yang tak tertata. "Sof, Jadian, yuk?"

Sofia terperanjat, lalu berdiri dan meninggalkan Ayash tanpa jawaban. Ayash mengekor langkah Sofia.

"Sof tunggu ... Sofia!" Ayash kembali meraih lengan Sofia, mencekal sekuat tenaga. Mata keduanya bersitatap.

"Aku tahu kamu suka sama salah satu dosen kita," ucap pemuda berkacamata itu serius. Tatapannya makin tajam menghujam, menciptakan ketakutan pada diri Sofia.

Sofia menghempaskan cengkraman Ayash. "Bukan urusan kamu!"

Ayash menatap Sofia yang pergi menjauh, geram. Kepalan tangannya meninju ruang kosong. Sofia masih sedingin biasanya.

Ayash dan Sofia bertemu saat orientasi, mereka duduk bersebelahan beberapa kesempatan. Wajah manis Sofia seketika merebut perhatian Ayash, meski mata gadis itu selalu sendu, jarang tersenyum dan selalue mengabaikan perhatiannya, namun sadar betul, Ayash jatuh cinta padanya. sejak hari Ayash menyadari bahwa perasaan itu adalah cinta, maka segenap langkah usaha dia lakukan demi mendapatkan perhatian Sofia. Tapi selalu sama hasilnya, Sofia masih sedingin itu.

***

Sofia turun dari taksi, pandangannya menjelajah, kemudian memutuskan masuk ke dalam bangunan bertuliskan 'Rumah Batik Narni'. Beberapa pelayan berseragam menyambutnya, menanyakan apa yang Sofia cari, menunjukan beberapa koleksi terbaru butik besar itu. Sofia tak menanggapi, ia masih terus melangkah ke sana ke mari, mencari.

"Mas Bayu di sini kan?" tanya Sofia pada seorang pelayan yang sedari tadi mengikuti.

Pelayan itu terlihat heran.

Belum juga terjawab Pertanyaan Sofia. Rombongan orang berpakaian rapi keluar dari sebuah ruangan. Sofia tersenyum melihat sosok yang dicarinya termasuk di dalamnya, ia tersenyum namun bukan pada Sofia. Lengan kekar itu menggamit mesra tubuh Narni yang menggendong Alifa. Beberapa orang yang merupakan kolega bisnisnya mencubit gemas pipi tembam Alifa.

"Mas Bayu ...!" teriak Sofia memecah hangat Senda gurau rombongan itu.

Semua mata menatap Sofia penuh tanya. Pun dengan Narni, wanita itu berpikir keras tentang mengapa Sofia bisa ada di sini. Bayu menangkap kebingungan semua orang. Lalu dia berjalan ke arah Sofia, sementara itu Narni melanjutkan obrolan dengan para koleganya, mengantarnya ke pintu keluar.

"Sofia, Apa yang kamu lakukan di sini? bukanya kelas belum selesai? " tanya Bayu selembut mungkin meski dalam hatinya bergejolak murka.

Sofia menatap Bayu dengan netra mengembun. "Jadi saat ini aku sebagai apa? Mahasiswi atau istrimu? hah?"

Dua pelayan yang kebetulan mencuri dengar terperanjat, kemudian saling berbisik merangkai kesimpulan. Bergosip.

Bayu mengusap wajahnya. "Ayolah Sof, hari ini pertemuan penting dengan rekan bisnis. Narni akan kuwalahan tanpa bantuanku, lihat Alifa, dia begitu aktif."

"Apa gunanya punya sekertaris, Mas?" Suara Sofia meninggi. "Bilang saja kamu ingin menghabiskan waktu dengan istri pertama dan anakmu. Apa hebatnya wanita tua itu dibanding aku, hah?"

PLAK!

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Sofia. Kedua pelayan yang sedari tadi menguping memutuskan pergi, takut tamparan itu menjalar ke pipi mereka.

"Ma ... maafkan aku, Sof. Ak ... aku ...."

Sofia memegangi pipinya. Tidak. pipinya tak begitu merasakan sakit, tapi segumpal darah merah di dalam dadanya teramat perih, terluka begitu dalam karena sikap suaminya.

"Ada apa ini?" tanya seorang wanita tua dengan tatapan tajam penuh tanya, ia mengenakan kebaya berwarna keemasan dengan rambut tersanggul rapi.

"Ibu ... kapan datang?" Narni yang baru bergabung menimpali, berusaha mendinginkan suasana.

"Siapa anak muda begajulan ini?" Ajeng__nama wanita tua itu__ menunjuk ke arah Sofia.

Takut-takut Sofia menatap balik, mengangguk lembut. Menyapa.

Dari semua kepala, adalah milik Bayu yang paling berat menyangga. Keadaan begitu kacau, istri keduanya datang merengek menimbulkan masalah, lalu sekarang ibunya jauh-jauh datang dari Malang tiba-tiba bergabung dengan mereka. Bayu mengambil langkah cepat, memutuskan mengajak semua pulang ke rumah.

***

"Oh, jadi kamu istri kedua anakku yang dia bicarakan?" Ajeng mengitari Sofia yang duduk takut-takut di sofa.

"Iy ... iya, Bu."

"Apa ini? Bayu pasti buta saat mengatakan dia menikahi kamu karena cinta. Aku mengenal Bayu, dia tidak akan jatuh cinta sama gadis berandalan seperti kamu." Ajeng memegang pelipisnya, kemudian memutuskan duduk di sofa sebelahnya. "Lihat saja, baju kamu Masha Allah bikin sakit mata, gambar apa itu di kaosmu? Kenapa pula memakai Hem di luar kaos?"

Sofia melirik pakaiannya. "Oh, ini lambang Avenged Sevenfold, Bu."

"Jangan dijawab!"

Sofia mendelik. "Maaf ... "ucapnya setengah berbisik.

Tak lama kemudian Narni datang dengan membawa nampan berisi minuman dan beberapa camilan.

Narni menurunkan satu persatu gelas dan piring dari nampan. "Silahkan, Bu. Saya bikin martabak telur kesukaan ibu. Ini teh bunga Rosella yang kemarin Mas Bayu bawa dari Malang. Monggo Ibu, Sof, kamu juga makan, ya? pucat itu wajah kamu."

Ajeng kembali menggeleng gemas melihat Sofia yang dengan segera menandaskan isi gelas. Haus.

"Ni, dimana Bayu?" Ajeng mengalihkan pandangan ke Narni.

"Lagi ngelonin Alifa,Bu. mau Ajeng panggilkan?"

Ajeng mengangguk. Narni beranjak menuju kamar. Sementara Sofia mengunyah martabak telur hangat dengan lahap.

"Kamu tahu? Saya yang menjodohkan Narni dengan Bayu." Ajeng menerawang, mengenang masa lalu.

Sofia mengelap mulutnya dengan tisu, menyeka sisa martabak yang liar menempel wajahnya.

"Saat pertama kali melihat Narni di pasar Beringharjo, menawarkan batik ke turis, saya langsung jatuh cinta. Wajahnya teduh, tutur katanya lembut khas wanita Jawa. Saat tahu bahwa Narni yatim piatu, saya langsung memutuskan menjadikannya mantu." Ajeng menyeruput teh rossela miliknya. "Meskipun mereka dijodohkan, tapi Bayu langsung jatuh cinta padanya, pernikahan dilakukan di rumah kami di Malang. Narni tidak memiliki siapa-siapa. Satu-satunya kerabat adalah neneknya yang sudah lama meninggal."

Sofia menelan ludah.

Tak lama kemudian Bayu datang bersama Narni dan Alifa yang baru bangun. Belum juga mereka duduk, Ajeng sudah menyela, "Ceraikan wanita ini, Yu. Ibu nggak suka sama dia."

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Nur Melati

Nur Melati

siapa fans dadakannya Bu Ajeng,? hehehe

2020-04-06

4

Twilight

Twilight

bagus, walaupun sedikit yang baca dan like to kamu harus tetep semangat berkarya 💪💪💪

2020-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!