Tok! Tok! Tok!
Terdengar bunyi ketukan menggema di lorong. Seorang pengantar tart terus mengetuk pintu kamar Queen.
Queen yang baru saja selesai mandi, tidak mengira bila pesanan nya akan datang begitu cepat. Ia pun bergegas memakai pakaian dengan terburu-buru.
Antoni yang sedang menikmati secangkir teh, beranjak dari duduk nya dan membuka pintu kamar. Karena kamar nya dengan Queen bersebelahan, bunyi ketukan itu seolah-olah terdengar berada di depan pintunya.
Antoni membuka pintu kamarnya dan menatap seorang kurir yang membawa bungkusan bertuliskan merk salah satu toko kue, berdiri di depan pintu kamar Queen.
"Buat Queen?" Tanya Antoni.
"Betul pak, benar ini kamar nya?" Tanya kurir tersebut.
"Benar," Jawab Antoni dengan wajah yang datar.
"Dari tadi saya ketuk kok tidak ada yang membuka ya pak?" Tanya kurir itu lagi.
"Masa? Biar saya panggil," Ucap Antoni sambil hendak mengetuk pintu kamar Queen.
Saat itu juga pintu kamar Queen terbuka, Antoni pun mengurungkan niat nya untuk mengetuk pintu kamar Queen.
"Teteh Queen?" Tanya kurir itu.
"Iya, berapa ya?" Tanya Queen yang tampak belum sempat menyisir rambutnya.
"Semua dua ratus sembilan puluh ribu,"
"Ok, ini, terima kasih ya," Queen menyerahkan tiga lembar uang 100.000,- kepada kurir tersebut. Lalu, ia menerima bungkusan itu dari tangan kurir.
Ia sempat menatap Antoni yang berdiri disamping kurir tersebut. Ia hanya melemparkan senyum kepada Antoni dan kembali menutup pintu kamarnya.
"Kembalian nya teh..! Yah, sudah di tutup pintunya," Keluh kurir itu.
"Ambil saja," Ucap Antoni kepada kurir itu.
"Terima kasih a', saya permisi dulu,"
Antoni hanya mengangguk dan tersenyum kepada kurir itu. Lalu, ia beranjak masuk kedalam kamarnya kembali.
Setelah berada di dalam kamar, Antoni meraih arlojinya yang terletak di atas meja. Waktu sudah menunjukan pukul 23.40 menit. Antoni mengerutkan keningnya, ia curiga bila Queen nekat menyusul kekasihnya malam ini juga.
Ia pun menjadi tidak mengantuk, melainkan merasa khawatir dengan Queen. Ia pun berdiri di balik pintu kamarnya, hanya untuk mendengar Queen akan pergi atau tidak.
Setelah menunggu 15 menit lamanya, akhirnya terdengar pintu kamar Queen terbuka. Lalu, ia mendengar Queen melangkah meninggalkan kamarnya.
Dengan perlahan, Antoni membuka pintu kamarnya dan mengintip Queen yang berjalan menuju lift.
Antoni langsung menyambar dompetnya dan mencoba menyusul Queen. Antoni merasa Queen benar-benar polos tetapi nekat. Queen yang biasanya pergi dengan supir, kini nekat pergi sendirian dengan kendaraan umum malam-malam begini di daerah yang Queen tidak paham kondisinya.
Saat Antoni berlari menuju lift, lift itu sudah tertutup rapat. Ia terlambat, Queen sudah turun dan hampir sampai di lobby hotel.
Dengan panik, Antoni menekan tombol lift berkali-kali. Ia berharap lift itu segera naik dan ia bisa segera menyusul Queen. Tetapi, gerak lift itu sedikit lambat, lift baru tiba di lobby hotel dan Antoni harus bersabar lift mampir di lantai dua terlebih dahulu.
Dengan gelisah, Antoni terus mondar-mandir menunggu lift itu.
"Segitu sayang nya dia dengan lelaki itu? Bocah sekali Queen ini!" Gumam nya.
Pintu lift pun terbuka, dengan cepat, Antoni memasuki lift tersebut dan menekan tombol menuju lobby. Tetapi, karena ada orang yang berada di dalam lift itu. Antoni harus bersabar untuk naik kelantai atas terlebih dahulu.
Ia terus tampak gelisah, ia berharap Queen masih berada di lobby hotel itu.
Setelah dari lantai atas, lift itu pun beranjak turun ke lobby hotel. Beberapa saat kemudian, tibalah Antoni di lobby hotel itu. Matanya terus menyapu kesegala penjuru. Setelah memastikan Queen tidak ada di lobby hotel, ia pun segera melangkah keluar.
Di luar, Antoni sudah tidak menemukan Queen. Ia pun merasa kesal dengan dirinya sendiri, hingga ia mengumpat tidak jelas. Antoni tidak bisa tenang, mau menyusul pun ia tidak tahu akan kemana. Akhirnya, Antoni memutuskan untuk menunggu Queen di lobby hotel itu sambil memesan kopi untuk membantu dirinya yang lelah, untuk tetap terjaga.
..
Di dalam sebuah taksi, Queen tersenyum menatap bungkus kado dan tart yang ia bawa untuk Langit. Beruntung, ia sempat diberikan langit alamat kost-kostan yang Langit tempati selama di Bandung.
Jarak antara hotel dan kost-kostan Langit tidak begitu jauh. Hanya memakan waktu kurang lebih 7 menit saja. Tetapi, karena Queen tidak tahu jalan, ia lebih memilih untuk menggunakan taksi.
Malam hari di Bandung, masih terlihat sedikit ramai. Banyak para wisatawan yang memang sengaja keluar pada malam hari untuk menjejaki kota Bandung dengan berjalan kaki. Walaupun ini bukan pertama kalinya Queen ke Bandung. Tetapi, ini adalah pengalaman pertamanya berlibur ke Bandung seorang diri.
Taksi yang di tumpangi Queen, tiba disebuah rumah kost-kostan yang tampak mewah. Ia pun mengeluarkan uang 20.000,- rupiah untuk membayar jasa taksi yang ia tumpangi.
Queen melangkah keluar setelah memastikan alamat yang tersebut sama dengan alamat yang pernah diberikan oleh Langit.
Dengan bersemangat, ia beranjak ke gerbang kost-kostan itu dan meminta izin kepada satpam yang berjaga. Satpam itu membiarkan Queen untuk masuk dan mengatakan nomor pintu kamar milik Langit.
Sebelum mencari kamar Langit, Queen meminta izin untuk membuka tart nya di pos satpam. Lalu, ia meminjam korek api pak satpam untuk menyalakan lilin yang ia tancapkan di tengah-tengah kue tart tersebut. Lalu, dengan percaya diri, Queen melangkah masuk kedalam kost-kostan itu.
Queen semakin bersemangat saat hampir sampai di depan pintu kamar Langit. Tetapi, ia terdiam saat melihat sepasang sepatu perempuan tergeletak di depan pintu kamar Langit.
Queen mengerutkan keningnya ia memperhatikan sepatu itu. Seperti tidak asing baginya. Dengan ragu, Queen mengetuk pintu kamar Langit.
Agak lama Queen mengetuk pintu kamar itu, Akhirnya Langit membuka pintu kamar kost nya. Ia terkejut saat melihat Queen lah yang berdiri di depan kamarnya.
"Siapa yank?" Terdengar suara yang tidak asing ditelinga Queen.
Dengan emosi, Queen mendorong pintu kamar Langit, hingga pintu itu terbuka lebar.
Queen tidak percaya dengan apa yang ia lihat, hingga kue tart terjatuh dari genggaman nya.
"Amira?" Ucap Queen tak percaya.
Pantas saja Amira tidak masuk sekolah tadi pagi. Ternyata Amira berada di Bandung bersama dengan Langit.
"Kalian? Bagaimana bisa?" Air mata mulai mengalir di pipi Queen.
"Queen, aku bisa jelaskan...."
"Jelaskan apa?" Ucap Queen sambil menatap Langit yang terlihat merasa bersalah kepada dirinya.
Queen melihat koper kecil milik Amira di sudut kamar itu. Queen juga melihat, tisu yang berantakan, kue tart yang mungkin dari Amira untuk Langit. Lalu, matanya tertuju kepada Amira yang terdiam di atas ranjang sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.
Queen beranjak menghampiri Amira dan menarik selimut itu. Amira mencoba mempertahankan selimut itu. Tetapi, Queen tampak nya mulai menggila, ia menarik selimut itu dengan sekuat tenaga. Walaupun Langit menahan dirinya, tetapi entah dari mana kekuatan itu hinggap di tubuh Queen.
Selimut pun tersingkap, Queen menatap tubuh polos Amira yang berusaha gadis itu tutupi dengan kedua tangan nya.
"Kalian!" Tubuh Queen gemetar, ia berbalik badan dan hendak pergi meninggalkan Amira dan Langit.
Tetapi, langit mencoba mencegahnya.
"Aku bisa menjelaskan Queen," Ucap Langit sambil mencoba memeluk Queen.
Plakkkkk!!!!.
Sebuah tamparan mendarat di pipi Langit. Langit terdiam dan menatap Queen dengan tak percaya.
"Gue mencintai elu, tapi apa balasan elu! Gue jauh-jauh datang kesini hanya demi elu! Tapi, lihat apa yang elu lakukan dengan Amira! Bajingan!"
Queen memukuli tubuh Langit. Sedangkan Langit hanya bisa melindungi tubuhnya dengan kedua tangan nya.
"Kita putus!"
"Dan elu Mir, elu bukan teman gue lagi!" Ucap Queen dengan hati yang hancur.
Queen pun berlari meninggalkan kost-kostan itu.
"Queen!" Panggil Langit.
Tetapi, Queen sudah tidak peduli dengan lelaki yang pernah sangat ia cintai itu. Queen terus berlari sambil menangis, mengeluarkan segala rasa sakit di hatinya. Queen pun berjalan kaki untuk kembali ke hotel nya.
Sepanjang jalan, Queen terus menangis, hingga setiap orang yang berpapasan dengan dirinya, melihat Queen dengan tatapan bingung.
Di tangan Queen masih ada bungkus kado yang harusnya untuk Langit. Ia terus berjalan di keramaian, dengan air mata yang tak kunjung mampu ia hentikan.
Hati nya hancur, cinta pertamanya harus berakhir. Penghianatan mungkin tidak begitu sakit bila gadis itu bukanlah Amira, tetapi ini Amira! Gadis yang selama ini mensupport hubungan nya dengan Langit. Queen tidak pernah menyangka bila Amira mampu melakukan itu semua. Terlebih ia melihat Amira dengan tubuh polosnya di atas ranjang Langit.
"Sia-sia perjuangan gue untuk elu Langit! Ternyata lu lelaki bajingan! Kenapa haus Amira! Kenapa!" Keluh Queen dengan suara yang lantang.
Semua orang yang berada disekitarnya hanya bisa menatap Queen dengan tatapan yang menganggap Queen bukanlah orang waras. Queen benar-benar merasa gila malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Andien Zahro
tuh kan bener kejutan kebalik sabar Queeennn,sungguh bertabur bumbu bawang😭😭😭
2021-11-07
1
sahabat syurga
niat Queen mw ngasi kjutan, eh mlah dia yg di buat trkejut..nasib nasib
2021-10-22
1
dwi alfiah
nyesek bngt rasanya
2021-09-06
1