Anin Viral

"Tante, aku bawa Anin main ke rumah ya?" izin Elsa, putri tetangga Amanda yang merupakan orang terkaya sekaligus orang terkaya di lingkungan tempat Amanda tinggal, setelah Jasmine baru saja meninggalkan rumah Amanda.

"Boleh, kalau Anin'nya mau, Sa," sahut Amanda. Elsa yang sudah berusia 18 tahun, memang sering membawa Anin ke rumahnya. Pulang-pulang Anin pasti selalu sudah mandi dan rapi dengan rambut yang tampak cantik kena sentuhan tangan Elsa.

"Aku pasti mau, Ma! ayo Kak!" Anin terlihat sangat antusias dan langsung menggandeng tangan Elsa. Bagaimana tidak, selain mendapat makanan yang enak, Anin bisa bermain piano, Biola dan Violin milik Elsa dengan puas.

Amanda menatap kepergian Anin yang dibawa Elsa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sesampainya di rumah Elsa, Anin langsung berlari ke arah piano dan memainkannya dengan nada lagu, 'heal the world' yang dipopulerkan oleh Michael Jackson. Seperti biasa, Anin memainkannya dengan sangat apik sehingga menghipnotis orang-orang yang mendengarnya.

tanpa sepengetahuan Anin, Elsa merekam permainan Anin dari awal sampai akhir. Tidak puas dengan hanya satu video saja, Elsa menyarankan Anin untuk memainkan biola dengan lagu yang sama dan lagu 'tanah airku' yang diciptakan oleh salah satu pencipta lagu anak-anak sekaligus seniman batik Indonesia, yang memiliki nama lengkap 'Saridjah Niung' atau yang kita kenal dengan nama 'Ibu Sud'. Lagi-lagi permainan biola Anin,sangat bagus.

Setelah selesai merekam bakat Anin, Elsa langsung meng-uploadnya ke media sosialnya dengan memberikan sedikit caption sebagai pemanis di postingannya.

Tanpa disangka-sangka, postingannya mendapat banyak respon positif dari para netizen. Akun Elsa, banyak diserbu oleh netizen, yang mengangumi bakat Anin serta mendoakan Anin bisa menjadi musisi yang terkenal dan sukses nantinya. Bukan hanya, itu, akun Elsa bahkan mengalami penambahan followers yang signifikan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Dan, coba lihat ini! ada anak kecil yang sangat ahli memainkan alat musik yang bergengsi, padahal usianya masih 5 tahun. Selain main musik, suaranya juga sangat merdu dan sepertinya sangat paham tinggi rendahnya nada!" Seru Rio tanpa melihat ke arah Ardan, karena fokusnya terpatri pada ponsel di tangannya.

"Masa sih?" Ardan yang penasaran berdiri dan berjalan menghampiri Rio.

Deg ....

Ada perasaan lain yang dirasakan oleh Ardan begitu melihat gadis kecil yang sedang memainkan biola dengan penuh penghayatan di dalam ponsel Rio.

"Bagus kan, Dan?" suara Rio, menyadarkan Ardan dari alam bawah sadarnya. Ardan menganggukkan kepalanya, sebagai jawaban atas pertanyaan Rio.

"Di sini si pemilik akun menulis caption-nya, kalau anak kecil ini anak yatim yang sudah tidak memiliki ayah dari mereka lahir. Ibunya hanya seorang penjual sarapan pagi dan buka laundry kecil-kecilan. Miris sekali bukan?" Rio masih tetap dengan celotehannya, tidak menyadari kalau Ardan kembali melamun.

"Kenapa hatiku sepertinya merasa sakit mendengar apa yang baru diucapkan Rio? ada apa ini?" batin Ardan dengan tatapan yang kosong menatap tembok.

"Pasti perasaanku ini hanya karena rasa 'empati' saja, tidak lebih," Ardan mangut-mangut meyakini apa yang dia pikirkan.

"Kamu kenapa, Dan?" Kening Rio berkerut melihat Ardan yang terlihat seperti orang linglung.

"Egh, aku gak pa-pa kok! kamu lanjut aja lihat videonya!" Ardan berdiri dari sofa dan beranjak kembali ke meja kerjanya.

"Aku juga sudah selesai melihatnya." Rio meletakkan handphonenya di atas meja, dan menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa dengan lengan yang langsung menutup wajahnya.

Video Anin yang tadi lihat hanya mampu, mengalihkan rasa frustasinya untuk sesaat. Setelah selesai dia kembali mengingat masalah yang menimpanya sekarang. Dimana dia ditinggal oleh istri yang membawa serta putri kecilnya hanya karena kesalahpahaman.

Ardan menatap prihatin ke arah sahabat sekaligus asistennya itu. Dia paham betul apa yang menyebabkan Rio frustasi sekarang. Dan tidak bisa dipungkiri, kalau secara tidak langsung, dia terlibat dalam masalah Rio sekarang.

"Yo, apa kamu belum bisa juga menemukan istri dan putrimu?" Rio menggelengkan kepala sebagai jawaban untuk pertanyaan, Ardan.

"Aku sudah mencarinya kemana-mana, Dan. Aku juga bahkan sudah memeriksa daftar manifest penumpang di Bandara, untuk melihat apa dia kabur ke luar negri atau tidak. Tapi aku tidak menemukan ada namanya di sana. Aku juga sudah mencari di berbagai daerah Indonesia, hasilnya juga 'nihil'." Rio mengusap wajahnya dengan kasar kemudian menggusak rambutnya dengan kasar.

"Mulai sekarang kamu fokus saja mencari Jasmine dan anakmu. masalah pencarian wanita itu, kita bisa tunda untuk sementara.Yang terpenting sekarang kamu harus segera menemukan istri dan anakmu, dan segera menyelesaikan kesalahpahaman di antara kalian berdua."ujar Ardan lugas dan tegas.

"Apa kamu yakin menghentikannya untuk sementara? bagaimana dengan Tante Amara yang selalu mendesak kamu untuk menikah? Ingat Dan, usia kamu sudah 34 tahun sekarang, harusnya kamu sudah pantas dipanggil papa,"

"Aku tahu! untuk urusan itu gampang. Kamu nggak perlu memikirkannya! sekarang yang penting,kamu bisa menemukan Jasmin dan Jocelyn dulu," pungkas Ardan, sambil menerbitkan seulas senyuman tipis di bibirnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di rumah utama keluarga Bagaskara, tampak Rudi dan Amara istrinya sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Rudi dengan laptopnya yang sengaja dia keluarkan dari ruang kerja, karena permintaan Amara Sang permaisuri. Sedangkan Amara sibuk dengan handphone di tangannya.

"Pah, lihat deh gadis cilik ini! cantik dan bertalenta," Amara mendekatkan ponsel ke depan suami.

"Wow! dia hebat! usia berapa,Ma? tanya Rudi dengan mata yang kembali menatap layar laptopnya

"Katanya sih 5 tahun, Pah. dan dia sudah yatim sejak kecil. Mamanya hanya seorang penjual sarapan pagi dan terima laundry kecil-kecilan,"

Rudi sontak menutup Laptopnya dan mendekat ke istrinya, penasaran dengan wajah anak kecil serta kehidupan orang tua si gadis kecil itu.

"Hmmm, mamanya pasti seorang wanita yang hebat, bisa mendidik anak seperti ini hanya dengan menjual sarapan pagi dan laundry. Mama kan tahu sendiri, untuk les musik itu mahal ditambah lagi dengan alat-alat musik yang dia pakai,"

"Tapi di sini, dikatakan kalau anak ini belajar otodidak, Pah."

"Serius?! seru Rudi dengan mata yang membesar sempurna. Kemudian dia berdecak, menggeleng-gelengkan kepala, kagum.

"Pah, kalau Ardan dulu jadi menikah dengan Jasmine, mungkin cucu kita sudah sebesar ini. Tapi itu anak, sampai sekarang belum juga mau menikah. Aku sudah capek, ngenalin dia ke banyak wanita, satupun tidak ada yang dia mau, entah bagaimana kriteria yang dia mau," keluh Amara menghela napasnya dengan cukup panjang.