"Kamu kenapa, Manda? kenapa mukamu kusut seperti itu? apa kamu sakit?" Jasmine yang merupakan sahabat Amanda selain Lora, bertanya secara beruntun seraya mengangkat tangannya menyentuh kening Amanda. "Tidak panas kok," gumamnya.
"Aku hancur, Jas, aku hancur!" Amanda, sudah tidak sanggup lagi Manahan rasa sesak di dadanya. Dia memeluk erat sahabatnya itu.
"Kamu jangan menangis dulu! hancur bagaimana maksud kamu?" Jasmin melerai pelukan Amanda dengan kening yang berkerut.
"Apa setelah aku bercerita, kamu akan meninggalkanku juga?" Amanda menatap sendu ke arah Jasmine.
"Tidak akan!" tegas Jasmine, yang sudah menganggap Amanda lebih dari sahabat.
Amanda pun akhirnya membeberkan semua apa yang sudah menimpanya, tanpa ada yang ditambahi pun dikurangi.
Kedua netra Jasmine membulat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, antara percaya dan tidak percaya. "Kamu bercanda kan, Nda?" Amanda menggelengkan kepalanya,meyakinkan Jasmine.
"Tapi bagaiman mungkin Lora tega melakukan perbuatan bejat seperti itu? ini sangat susah dipercaya, Nda!"
"Tapi, aku sama sekali tidak berbohong, Jas. Lora benar-benar telah menjebak ku, agar bisa bersama dengan Radit."
Jasmine menatap intens ke dalam manik mata Amanda, untuk mencari apakah ada kebohongan di sana. Akan tetapi, dia sama sekali tidak menemukan kebohongan itu di sana.
"Brengsek! tega benar dia, aku tidak menyangka dia nekad berbuat seperti itu. Aku kira, selama ini, dia hanya sekedar mengagumi Radit, tanpa ada niatan untuk merebutnya darimu," geram Jasmine tanpa sadar.
"Jadi kamu sudah tahu, kalau selama ini Lora menyukai Radit?" Amanda menatap Jasmine dengan tatapan penuh tanya.
Jasmine menganggukkan kepalanya. "Iya! sebenarnya aku tidak bermaksud merahasiakannya darimu. Akan tetapi, aku melihat, selama ini Lora selalu bertingkah biasa, dan sepertinya mendukung hubungan kalian berdua, jadi aku pikir,tidak perlu memberitahukannya padamu, karena aku tidak mau, kalian jadi merasa canggung satu sama lain nantinya." jelas Jasmine.
"Jadi, apa tindakan kamu selanjutnya?" sambung Jasmine kembali bertanya.
Raut wajah Amanda kembali sedih mendengar, apa yang ditanyakan oleh sahabatnya itu, karena kalau boleh jujur, pikirannya sekarang sudah tidak bisa digunakan untuk berpikir lagi.
"Aku tidak tahu, Jas. Pikiranku buntu."
"Apa kamu tidak ada niat untuk meminta pertanggung jawaban dari laki-laki itu?"
"Pertanggungjawaban apa yang kamu maksud, Jas? dia sama sekali tidak memperkosaku, justru kalau boleh dikatakan, aku lah yang memperkosanya, gak logika memang, tapi itulah faktanya," Jelas Amanda, tersenyum kelu.
Jasmine bergeming, dan membenarkan apa yang diucapkan oleh Amanda di dalam hatinya.
"Tapi, kamu pantas meminta pertanggungjawaban laki-laki itu, Nda. Bagaimanapun yang kesucian hilang adalah dirimu. Sekeras apapun kamu menggodanya, kalau dia laki-laki yang baik, dia pasti berusaha untuk menolak mu, bahkan menarik mu keluar dari kamar itu. Tapi, dia justru memanfaatkan keadaanmu kan?"
"Apa aku lupa menceritakan padamu, kalau sebenarnya dia sudah berusaha menolakku? Aku yang terus memaksanya, Jas. Aku aja, bila mengingatnya, merasa jijik pada diriku sendiri. Aku merasa tidak pantas untuk meminta pertanggung jawabannya. Dan seandainya pun aku mau meminta pertanggung jawaban, mau minta pada siapa? aku bahkan tidak mengenal pria itu, dan tidak melihat wajahnya sama sekali." Amanda menghela nafasnya denga sekali hentakan
"Gila kamu! bagaimana bisa kamu melakukannya tanpa tahu siapa laki-lakinya." Jasmine berdecak, menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Iya, aku memang gila dan bodoh!" Amanda, menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa, memejamkan matanya. Setetes cairan bening, tanpa izin berhasil lolos keluar dari sudut mata Amanda yang terpejam, membuat Jasmine merasa sedih melihat keadaan sahabat nya yang terlihat sangat kacau sekarang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di tempat lain.
"Bagaimana, Rio, apa kamu sudah mendapatkan identitas wanita itu?" Ardan bertanya dengan tatapan yang tajam dan mengintimidasi.
"Maaf, Pak Ardan! aku sama sekali belum bisa mendapatkannya. Wajah gadis itu, benar-benar tidak jelas terlihat di kamera CCTV. Waktu dia masuk ke kamar anda, dia sepertinya sedang dikejar oleh orang lain, rambutnya saat itu sangat berantakan dan menutupi wajahnya. Sehingga sangat sulit untuk melihat wajah wanita itu dengan jelas, Pak. Ketika dia keluar dari kamar anda pun, wajahnya tidak terlihat karena dia selalu menunduk." jelas Rio dengan perasaan was-was akan mendapat amukan dari Ardan, karena selama ini, baru kali ini dia gagal melaksanakan perintah dari pria bermata tajam itu.
"Sial! aku mau kamu tetap mencari tahu,siapa dia." tegas dan tak terbantahkan.
"Baik, Pak!" sahut Rio sembari membungkukkan sedikit badannya.
"Rio, ini di luar pekerjaan, bisa tidak kamu gak usah bersikap terlalu formal begitu? aku muak melihatnya."
Rio sang asisten sontak tertawa dengan keras, mendengar celetukan Ardan.
"Ok ... ok! kalau begitu, boleh aku berbicara sebagai sahabat sekarang? sejujurnya, badanku pun capek menunduk-menunduk sopan padamu," jawaban Rio membuat Ardan tersenyum masam.
"Ya, udah kamu mau tanya apa?" tanya Ardan dengan tangan yang merogoh saku kemeja Rio, mengambil yang namanya permen dari dalam sana.
"Satu-satunya itu,Bro! asal main comot aja," tangan Rio terayun hendak merampas balik permennya. Tapi dia kalah cepat, permen itu sudah mendarat manis di dalam mulut Ardan dan dia hanya bisa mendesah merelakan permen itu.
"Bro, apa kamu dan gadis itu sudah ...." Rio menggerakkan kedua jari telunjuk bersamaan dan berulang sambil mengerlingkan matanya.
"Aku rasa, aku gak perlu menjawabnya, kamu pasti tahu jawabannya,"
Ardan tersenyum misterius, dengan mata yang menerawang, mengingat kejadian panas malam itu. Membayangkannya saja membuat libido Ardan mulai naik.
"Arghhh!" Ardan mengusap wajahnya dengan kasar, kemudian meraup botol minum dari atas meja, lalu meneguknya sampai habis.
"Aku mau tanya lagi, apa tujuanmu mencari gadis itu? dan kalau aku berhasil menemukannya apa yang akan kamu lakukan padanya?" tanya Rio dengan wajah yang serius kali ini, seserius pertanyaannya, yang membuat Ardan menghela nafasnya dengan panjang.
"Aku cuma tidak mau, dia memanfaatkan kejadian semalam untuk menjeratku, itu saja!"
Ujung bibir Rio terangkat sedikit ke atas, tersenyum smirk, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku rasa bukan gara-gara itu. Aku rasa tanpa kamu sadari kamu sudah memiliki ketertarikan pada gadis itu, walaupun kamu tidak melihat wajahnya. Kamu merasa gadis itu sedang menginjak harga dirimu sebagai seorang laki-laki, yang biasanya banyak gadis berlomba untuk bisa dekat denganmu, tapi gadis itu malah meninggalkanmu setelah menghabiskan malam denganmu"
Ardan tercenung dengan penuturan Rio. Jauh di dalam lubuk hatinya membenarkan, tapi logikanya membantah, kalau dia 'tertarik' dengan wanita itu.
"Satu hal lagi, aku yakin dia tidak bermaksud menjebakmu. Kalau dia memang ada niat menjebak mu, dia pasti akan tetap berada di sampingmu, menunggu kamu bangun dan menuntut pertanggung jawabanmu. Tapi dia tidak melakukan hal itu, kan? sepertinya dia memang murni dijebak." sambung Rio kembali mengungkapkan pendapatnya.
"Hmm, sepertinya yang kamu ucapkan itu masuk akal," Ardan mangut-mangut, setuju dengan pemikiran Rio, asisten sekaligus sahabatnya itu.
"Apa dia masih tersegel saat kamu ...." kembali Rio bertanya sambil melakukan gerakan 'bercinta' dengan kedua telapak tangannya, dan Ardan menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan Rio.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Chesta Haydar
pastinya masih perawan rio
2023-06-29
1
epifania rendo
menarik
2023-06-17
0
Kuro
Rio itu tugasmu....Sampek ketemu
2023-05-30
0