Chapter 16 : Peri Dari Hutan Misteri

Aku menguap selagi meregangkan otot tanganku, kulihat matahari sudah berada jauh di atas ketika aku melirik ke arah jendela.

Kami benar-benar kelelahan hingga tidak ada yang bangun pagi hari, aku melirik ke ranjang sebelah kecuali Sofia tidak ada siapapun di sana.

Apa Lena sudah bangun? Kataku dalam hati sampai sebuah tangan menyentuh pahaku.

"Selamat pagi Leona... aku pindah ke sini saat aku mulai bosan dengan Sofia tadi malam."

Perkataan yang berbahaya.

Kami bertiga sesama gadis, entah kenapa aku merasa dialah orang yang paling berbahaya di sini.

Kami mandi bersama, makan di kedai bersama kemudian berjalan ke arah istana.

"Leona apa kau yakin kita akan datang kemari? Aku pikir mereka akan mencurigai kita nanti."

"Tidak ada jalan lagi, lebih cepat untuk memberikannya ke pihak kerajaan, dan mengatakan hal sesungguhnya."

"Jika mereka menangkap kita?"

"Aku akan menghajar mereka."

Ketika aku dan Lena saling berbicara, Sofia hanya berjalan mengawasi.

Dua orang penjaga yang bertugas di depan istana menghentikan kami, saat aku meminta agar dipertemukan dengan ratu mereka menolak. Baru saat aku menunjukan emblem yang kutemukan mereka segera membawa kami menghadapnya.

Itu adalah ruangan yang luas dimana pintunya sendiri merupakan gerbang yang besar, saat gerbang dibuka tampak seorang wanita di umur 30an menyambut kami.

Dia berdiri di dekat jendela selagi melihat ke arah kami.

Dia memiliki kulit putih, wajah cantik serta rambut pirang yang dihiasi bunga mawar yang mempesona.

"Dia cantik Leona," bisik Lena.

"Sebaiknya jangan melakukan hal aneh yang berakhir hukuman mati untukmu."

Aku segera memperingatinya dan Lena tertawa kecil, di sisi lain Sofia masih memperhatikan, aku sedikit penasaran apa yang sedang di pikirkannya? Saat ia menjulurkan lidahnya, aku akhirnya tahu.

Sejak tadi dia menahan keinginan untuk menghisap siapapun yang kami lewati. Saat penjaga pergi aku memperkenalkan diri lalu menunjukkan emblem tersebut.

"Bukannya ini?"

"Kami menemukannya di hutan saat perjalanan kemari."

Tatapan ratu itu diliputi kesedihan.

"Jadi benar."

"Benar apanya?" jawaban spontan Lena membuat ratu itu sedikit kebingungan, dia menyuruh kami duduk di sofa saling berhadapan.

Ada cemilan di meja jadi aku memberikannya pada Sofia selagi membiarkannya duduk di pangkuanku, Lena duduk di sampingku lalu ratu mulai menjelaskan.

"Hutan itu dinamakan hutan misteri, katanya jika seseorang melewati jalan tersebut saat malam hari maka mereka akan di culik oleh seekor peri."

"Peri melakukan hal itu?" kata Lena.

"Benar, putriku pasti menyelinap keluar kastil pada malam hari lalu keluar dari kota menuju hutan."

"Kenapa dia melakukan hal itu jika tahu bahwa hutan sangat berbahaya?" aku masuk ke dalam kesimpulan tersebut.

Ratu kembali berkata.

"Ini pasti salahku... aku memaksa putriku untuk segera menikah dengan pangeran kerajaan lain namun dia menolak karena punya pilihan sendiri."

Sesuatu yang biasa terjadi di keluarga kerajaan.

"Jika begitu harusnya Anda biarkan dia menikah dengan seorang yang dia sukai, apa orangnya rakyat jelata?"

"Aku tidak masalah soal itu, hanya saja."

"Hanya apa?" aku sedikit mendesaknya.

"Yang dia sukai wanita."

"Ah, ya."

Ekspresi wajahku langsung memucat, kata-kataku seakan tidak bisa keluar dari pikiranku dan rasanya waktu berhenti berputar, aku yakin putri adalah sejenis orang di sampingku ini.

Ketika Lena akan mengatakan sesuatu yang tidak perlu, aku segera menutup mulutnya.

"Pasti Anda kerepotan punya putri seperti itu," atas pernyataanku ratu itu mengangguk mengiyakan.

Dia melanjutkan.

"Aku yakin seseorang yang disukai putriku menggunakan sihir aneh yang membuatnya jatuh cinta padanya... aku mohon tolong selamatkan putriku."

Urusannya semakin rumit.

"Meski kau bilang begitu."

Aku berusaha menolaknya.

"Soal bayaran tidak masalah."

Aku melihat.

"Berapa itu?"

"Dua ratus koin emas."

"Sepakat."