Mereka bertiga pergi menuju rumah makan berlantai dua. Lantai satu untuk umum dan lantai dua untuk para bangsawan.
Xiao xia dan kakek itu duduk di kursi yang sudah di sediakan dalam rumah makan itu. Sedangkan Xin-xin berdiri di samping Xiao xia.
Melihat Xin-xin yang berdiri bukannya duduk, Xiao xia pun menegurnya.
"Duduk lah," perintahnya, namun di tolak langsung oleh Xinxin.
"Tidak Nona, hamba berdiri saja," jawabnya membuat Xiao Xia menatapnya.
"Duduklah, aku menyuruh mu untuk duduk. Jika kamu menolak perintah ku akan ku patahkan kaki mu," ancamnya memuat Xinxin takut. Dan dengan cepat Xinxin langsung duduk di samping nona mudanya itu.
Sedangkan kakek tua yang bersama mereka melihat itu tersenyum kecil. Ia tahu gadis di depannya ini bukanlah gadis biasa.
Xiao Xia yang melihat kakek itu tersenyum merasa tidak enak karena ia berkata seperti di depan pria tua itu, "Maaf kek. Jika tidak mengancamnya, dia akan terus berdiri seperti itu. Padahal aku yakin kakinya pasti akan pegal sampai menunggu kita selesai makan," jelasnya agar kakek itu tidak mengira dirinya suka menindas.
"Tidak apa-apa. Oh ya nak, maafkan kakek karena merepotkan mu membawa kakek ketempat ini."
"Tidak masalah asalkan Xia bisa membantu," jawabnya tersenyum di balik cadar.
Xiao Xia pun memanggil seorang pelayan untuk memesan makanan untuk mereka bertiga. Dan seorang pelayan wanita pun datang menghampirinya.
"Ada yang bisa saya bantu nona?" tanya pelayan dengan ramah.
"Saya pesan semua makanan terenak yang dimiliki rumah makan ini," jelasnya dan di angguki pelayan wanita itu.
"Baik nona. Mohon ditunggu sebentar, saya akan meminta pelayan lain untuk mengantarkan pesanan anda," jelasnya di angguki Xia. Dan setelah itu pelayan wanita itu pergi meninggalkan mereka.
.
.
Cukup lama menunggu pesanan mereka pun tiba Pelayan itu menata semua hidangan terenak di atas meja. Setelah selesai menata semua makanan itu, pelayan itu pun mempersilahkan tamunya untuk menyantap hidangan itu.
"Silahkan nona, tuan. Selamat menikmati,"
Em, Xiao xia mengangguk dan setelah itu pelayan itu pergi meninggalkan tamu mereka.
Setelah pelayan itu pergi, Xiao xia mengajak Xin-xin dan kakek itu untuk segera menyantap makanan selagi masih hangat agar kenikmatan makanan itu masih lah terasa.
"Silahkan di makan kek," perintahnya di angguki kakek tua itu.
Mereka bertiga pun langsung menyantap semua makanan itu dengan tenang. Menikmati rasa lejat di setiap masakan itu. Dan setelah selesai memakan semuanya, Xiao xia meninggal kan 1 koin emas di atas meja untuk biaya pembayaran makanan tadi. Dan setelah itu pergi keluar bersama dengan kakek tua itu dan Xinxin.
..
..
"Setelah ini kakek akan kemana?" tanya Xiao xia menatap kakek tua beruban itu.
"Kakek akan pulang nak."
"Kakek punya rumah?" tanyanya dan di angguki. "Em.....Baiklah. Kalau begitu Xiao xia juga pamit pergi."
Namun sebelum ia pergi, kakek tua itu menghentikan langkahnya. Dan membuat Xiao Xia kembali menatapnya. "Ada apa kek?"
"Nak, kakek hanya memiliki ini," tunjuknya pada sebuah kitab. "Sebagai rasa terima kasih karena kamu telah memberikan kakek makan tadi. Jadi terimalah," ucapnya menyerahkan kitab itu di tangan Xiao Xia.
Xiao Xia melihat kitab itu, dan kembali melihat kakek tua itu. "Ambillah," perintahnya dan tangannya perlahan menerima kitab itu.
"Baiklah, akan Xia terima. Terimakasih kakek," ucap tersenyum menerima kitab itu yang menurutnya adalah sebuah buku.
Sebelum Xia pergi, kakek itu berpesan. Sebelum membuka kitab itu, ia memerintahkan untuk meneteskan darahnya di atas buku.Kakek itu tidak menjelaskan kenapa harus meneteskan darahnya. Ia hanya mengatakan hal itu saja. "Teteskan darah mu di kitab itu. Dan semoga kitab ini bisa bermanfaat untuk mu," ucapnya dan pergi meninggalkan Xiao Xia dan Xin-xin yang terus menatapnya.
Setelah kepergian kakek tua itu, Xinxin pun meminta Nona nya untuk segera kembali kekediaman Jenderal. "Nona mari kita pulang," ucap Xinxin dan di angguki oleh Xiao Xia.
Mereka berdua pun langsung pergi, berjalan menuju kereta kudanya. Di dalam kereta, Xiao xia memikirkan cara bagaimana dia menjalani kehidupan di jaman ini. Tapi sebelum itu dia harus menyembuhkan tubuhnya yang lemah ini.
.
.
Cukup lama di perjalanan, mereka pun akhirnya sampai di kediaman jenderal. Xiao xia turun dari kereta dengan di bantu oleh Xinxin, dayang setianya.
Namun saat mereka baru saja masuk, Jiao Xing dan Ling xing langsung menghentikan langkahnya. "Apakah diluar sungguh sangat menyenangkan, sampai membuat seorang putri jenderal baru pulang se-sore ini? Dan apakah kamu ingin orang-orang menganggap mu sebagai wanita yang tidak benar?" ucap Jiao Xing langsung membuat Xia menatapnya dingin.
"Maaf, Xia hanya pergi ke pasar. Jadi jangan sangkut pautkan dengan wanita yang tidak benar. Lagian Xia tidak sendirian. Xiao bersama dengan Xinxin dan juga beberapa pengawal," bantahnya membela diri.
Lian Xing yang mendengar langsung ikut menimpali dan mencoba memojokkan Xiao Xia. la sungguh tidak suka dengan keberadaan adiknya itu, ia berharap Xiao xia pergi dari kediaman itu karena ia takut semua rencana yang di susunnya selama ini gagal dan membuat putra mahkota kembali lagi pada Xiao Xia.
Entah kenapa Lian xing sangat takut jika Xiao xia akan menjadi istri putra mahkota nantinya. Karena dia tau putra mahkota dulu sangat menyukai Xiao xia.
"Sebagai seorang putri dari seorang jenderal, kamu seharusnya menjaga nama baik ayah. Bukannya malah keluyuran tidak jelas seperti itu." ucap Lian xing membuat Xiao Xia mengerutkan kening. Berpikir, apa maksudnya? Keluyuran tidak jelas? Bukankah sudah ia katakan, bahwa dirinya hanya jalan-jalan bukan melakukan sesuatu yang tidak benar.
"Maaf ibu, Jie-jie. Lagian ini juga masih sore belum terlalu malam. Entah kenapa aku berpikir kalian bicara seolah-olah mengatakan aku menghabiskan malam bersama seorang pria. Padahal aku sama sekali tidak melakukan hal yang kalian tuduhkan," jawab Xiao xia yang sedikit kesal.
Xiao Xia berpikir, entah kenapa Jiao xing dan Lian xing selalu saja mencoba mencari kesalahan pada dirinya. Padahal ia sama sekali tidak pernah mengurusi semua apa yang di lakukan mereka. Dan itu sungguh membuatnya bingung.
"Siapa yang bakal percaya. Kami kan tidak tahu. Siapa tahu memang itu benar, bahwa kau menghabiskan waktu dengan seorang pria," jawab Lian Xing langsung membuat marah Xiao Xia, dan dengan cepat tangan itu melayang, menampar wajah Lian Xing
Plak....
"Kau...!!" Marahnya saat pipinya merasa panas akibat tamparan keras Xiao Xia. Ia menatap tajam adiknya itu. Sedangkan Xiao Xia yang menampar malah bersedekap dada, acuh.
Jiao Xing dan semua pelayan yang melihat tentu saja terkejut dengan keberanian Xiao Xia. Mereka seakan tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Dan akhirnya keributan pun terjadi.
Sedangkan dari arah belakang, ibu pertama yang mendengar suara keributan pun langsung menghampiri mereka.
"Apa yang terjadi?" tanya Li Wei sambil menyentuh pipi Lian xing yang memerah
"Meimei menamparku bu," adu Lian xing sambil menangis.
Mendengar itu Li Wei terkejut, bagaimana bisa Xiao Xia menampar Lian Xing? "Kenapa?" tanyanya meminta penjelasan.
Lian Xing yang tidak ingin Xiao Xia menjelaskan semuanya, ia berkata lebih dulu. "Meimei tidak terima jika Lian menikah dengan Putra Mahkota bu. Dan Meimei juga mengancam akan mencelakai bayi ku jika aku masih bersikeras menginginkan putra mahkota. Lian pun mencoba melindungi diri, namun siapa sangka ia malah menampar ku," jelasnya Lian xing sambil menangis.
Xiao xia yang mendengar memutar bola matanya malas. Ia sungguh muak melihat drama yang di buat oleh Lian xing itu. Dan untuk menghindari pertanyaan yang tidak penting, ia pun pergi meninggalkan mereka semua.
Hanfu yang di gunakan Lian xing
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca 🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Jung kookie😘😘🥰
dia nya yang gak bnar sampai mngaku hamil..
2025-03-03
0
Helen Nirawan
isshh dasar kecebong bau , makan tuh putra mahkota biar kenyang , sinting
2024-10-31
0
Fahmi Ardiansyah
entar klu udh ke bongkar kedoknya nangis2 minta maaf.
2024-09-10
0