Pagi hari, Xinxin sudah menyiapkan air di dalam bak mandi, dan juga telah menyiapkan pakaian untuk di kenakan oleh nona nya.
Xiao xia memang tidak ingin dilayani saat dirinya mandi, karena baginya itu sungguh sangat memalukan.
Hari ini Xiao xia memakai hanfu berwarna merah muda, dan juga disertai dengan cadarnya untuk menutupi wajah karena penyakit kulitnya.
Xiao xia keluar dari kamarnya bersama dengan Xinxin. Saat di jalan, Xiao xia berpapasan dengan Jie-jie nya.
"Bagaimana kabar mu Mei-mei? Sudah lama Jie-jie tidak melihat mu?" tanya Liang xing pura-pura perhatian.
"Salam putri," sapa Xinxin memberi hormat kepada Liang xing, sebagai tanda hormat kepada majikan.
"Apakah dia kakak Xiao yun yang telah merebut nya itu?" ucap Xiao xia dalam hati sambil menatap dengan intens.
Namun sedetik kemudian, dia menormalkan pandangan nya, agar Liang Xing tidak berpikir yang macam-macam. "Kabar saya baik Jie-jie. Dan bagaimana dengan kabar Jie-jie sendiri?" tanya Xiao xia balik bertanya sebagai tanda basa-basi.
Kabar Jie-jie baik, dan Jie-jie pun saat ini sangat bahagia apalagi sebentar lagi Jie-jie akan menikah dengan Putra Mahkota," jelas Ling xing berharap Xiao xia marah dan kesal.
Namun siapa sangka, ucapan Ling xing sama sekali tidak dipedulikan oleh Xiao xia, bagi nya itu hanya angin lewat. Tidak penting dan tidak mau dengar. Lagian dirinya bukan Xiao Yun, ia hanya meminjam raga saja. Mau Liang Xing menikah dengan putra mahkota atau kaisar pun, Xiao Xia tidak akan peduli.
"Oh....Kalau begitu selamat ya Jie-jie, semoga Jie-jie bahagia bersama bekas kekasih ku itu," ucap Xiao xia sedikit menghina, menekankan kata, bahwa laki laki yang akan di nikahi itu adalah bekas dari nya.
"Cih, rasanya aku tidak sudi mengucapkan kata selamat untuk nya, aku menyesal mengucapkan kata itu dari bibir ku. Tapi jika aku tidak basa-basi... Ish menyebalkan, dasar ulat bulu!" ucap Xiao xia dalam hati menyesal karena mengucapkan kata selamat pada wanita di depan nya itu.
Ling xing yang mendengar apa yang di ucapkan oleh Xiao xia sangat tidak percaya. Bukan kah seharusnya Xiao yun marah? Namun apa! Xiao xia malah biasa saja dan malah saat ini memberikan ucapan selamat kepadanya dengan sebuah penghinaan.
Liang Xing yang mendengar Xiao Xia mengatakan kata 'Bekas' tangan nya mengepal, ingin sekali ia memberikan pelajaran pada adik yang lancang ini. Dan wajah nya pun sudah merah karena menahan amarahnya.
Melihat itu, Xiao xia tersenyum menyeringai, ia senang membuat perempuan itu kesal padanya. "Ups, maaf Jie-jie keceplosan. Kalau begitu Mei-mei pamit pergi dulu, ingin jalan jalan sebentar di luar," ucap Xiao xia meninggalkan Ling xing tanpa persetujuan dari seorang yang di buatnya kesal.
Melihat Xiao Xia dan pelayan itu pergi, Liang Xing hanya bisa membuang napas nya kasar, kesal dengan tingkah dan ucapan Xiao Xia.
..
..
Mereka berdua akhirnya pergi keluar dari kediaman Jenderal Choe dengan menggunakan kereta kuda yang telah disiapkan oleh seorang pelayan.
Tujuan utama Xiao xia adalah pasar. Rasa penasaran yang sangat besar karena ingin melihat pasar jaman kuno ini pun tidak bisa ia tahan. Pikir nya, apakah akan sama seperti drama drama kolosal yang di tonton di acara tv? Jika ia, berarti itu sangatlah indah.
.
.
Beberapa menit perjalanan, akhirnya Xiao xia pun tiba di pasar. Xiao xia turun dari kereta kuda nya dan berjalan sambil melihat sekelilingnya.
"Sungguh pemandangan yang sangat indah dan menyenangkan," ucap Xiao xia dalam hati menikmati pemandangan suasana pasar yang banyak penjual menawarkan dagangan nya.
Xiao xia berjalan dengan di temani oleh Xinxin. Saat melihat pedagang yang menjual Tanghulu, Xiao xia pun berhenti, dan ingin mencicipi rasa dari Tanghulu itu.
"Permisi paman. Kalau boleh saya tahu berapa harga satu tusuk Tanghulunya ini?" tanya Xiao xia kepada si penjual dengan begitu ramah.
"Satu tusuknya satu koin perak Nona," Jawab Paman sopan.
"Em....Baiklah, saya minta lima tusuk ya paman."
Baik Nona," jawab penjual membungkus pesanan Xiao xia.
Xiao xia menengok ke arah Xinxin. "Apakah kamu mau Xinxin?"
"Tidak putri," tolak Xin-xin.
"Em...Baik lah kalau kamu tidak mau," jawab Xiao xia yang tidak bisa memaksa.
Sedangkan Paman penjual itu sudah selesai bungkus makanan nya, "Ini nona Tanghulunya." ucap penjual sambil menyerahkan lima tusuk Tanghulu.
"Terimakasih paman," ucap Xiao xia sambil menyerahkan koin perak nya.
Setelah itu mereka berdua melanjutkan perjalanannya. Saat mereka berdua menyusuri ramai nya pasar, mereka berdua melihat banyak sekali orang berkumpul di jalan. Karena merasa penasaran akhirnya Xiao xia dan Xinxin pun pergi untuk melihat.
"Permisi permisi," ucap Xiao xia kepada orang yang menghalangi penglihatannya.
"Putri hati hati." ucap Xin-xin khawatir.
Sedangkan Xiao xia tak menghiraukan ucapan Xin-xin.
Di dalam kerumunan itu, terdapat seorang kakek tua yang sedang di hajar oleh seorang penjual toko karena telah berani mencuri roti di tokonya.
Xiao xia yang melihat sangat kasihan dan sangat marah kepada orang yang menghajar kakek tua itu. Tapi xiao xia menahannya karena belum mengetahui akan kebenarannya.
"Permisi, Maaf tuan. Kalau boleh saya tahu apa gerangan yang di lakukan oleh kakek ini sehingga membuat anda sangat marah?" tanya Xiao xia kepada penjual roti itu.
"Kakek tua ini telah mencuri roti di toko ku Nona." ucap penjual marah.
"Em......Kakek apakah yang di katakan tuan ini benar?" tanya Xiao xia halus.
Sedangkan semua orang hanya melihat dan mengerumuni mereka.
"Iya nak, kakek terpaksa melakukannya karena kakek kelaparan. Dari dua hari ini kakek belum makan sama sekali." ucap kakek tua itu dengan gemetar.
"Benar kan nona, kakek tua bangka ini telah mencuri roti di tempat saya." ucap penjual roti geram sambil menendang tubuh kakek
Melihat tuan penjual roti itu menendang tubuh kakek tua itu, rasanya Xiao xia ingin sekali menghajar dan menendang bokongnya. Tapi mendengar bahwa sang kakek yang bersalah Xiao xia akhirnya mengurungkan niatnya.
"Begini saja tuan. Bagaimana kalau saya membeli roti yang sudah di makan oleh kakek ini. Dan saya juga akan membeli beberapa roti di tempat tuan, tapi saya minta tuan memaafkan kakek ini." ucap Xiao xia halus.
"Em...Baiklah kalau begitu. Saya tidak akan mempermasalahkan tentang apa yang telah di lakukan oleh kakek itu." ucap tuan penjual roti sambil melihat sang kakek.
"Terimakasih tuan." ucap Xiao xia menunduk kan kepalanya.
" Em...kalau begitu tolong bungkuskan lima roti ya tuan." ucap Xiao xia sambil tersenyum di balik cadar.
Setelah urusan si kakek dan tuan penjual roti selesai, Xiao xia dan Xin-xin membawa kakek itu menuju rumah makan.
Hanfu yang di gunakan Xiao Xia.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca ya jangan lupa like and komen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
then_must_nanang
cocok...
2024-12-29
0
Fahmi Ardiansyah
bajunya bagus n cocok banget.
2024-09-10
0
R yuyun Saribanon
rotinya dah di beli.. kenapa tendangannya ga di kembalikan
2024-07-18
1