Beberapa jam sebelumnya Jonathan, Athes, Sergio, Aiden, Samuel dan Nicholas berada di markas ruang bawah tanah. Mereka masih memikirkan ide untuk menulis surat yang baik dan benar untuk Nyonyanya agar maaf dari Jonathan di terima.
Mereka masih belum tahu sikap asli Nyonya keduanya itu, apa ia baik? atau sama dengan pacar Tuannya di masa lalu? ah mereka harus berhati hati dalam menulis surat ini.
"Ucapkan selamat malam terlebih dulu," ujar Athes.
Jonathan. pun menulis di kertas putih dengan malas.
"Sekarang beritahu kesalahanmu dan bilang kau meminta maaf segenap jiwamu. Lalu..." Athes terlihat sedang berfikir.
"Ajak Nyonya Sky makan ice cream untuk basa basi saja," timpal Samuel.
"Apa kau gila?! kau mau satu peluru bersarang di kepalaku?" kesal Jonathan.
"Aku bilang untuk basa basi keparat! lagi pula tidak mungkin Nyonya Sky mau makan ice cream denganmu!" pekik Samuel kembali.
"Dan bilang kalau kau mantan penjual ice cream," ujar Sergio.
"Kenapa aku harus mengatakannya?!
"Seorang nyonya besar tidak mungkin mau makan bersama dengan mantan pedagang pinggiran seperti mu!" timpal Aiden.
"Haha. kalian ini sedang membantuku atau menghina masa lalu ku?" ucap Jonathan ketus.
"Menurutlah dengan kakak kakakmu ini adik kecil," ujar Athen menahan tawa. itulah cara mereka menggoda Jonathan.
"Berhentilah memanggilku adik kecil! aku lebih pandai mengendalikan senapan ke arah lawan dari pada kalian!"
"Aku pandai melempar belati ," jawab Sergio
"Jangan lupa anak panahku tidak pernah meleset," jawab Nicholas dengan bangga.
"Aku pandai memanipulasi keadaan," timpal Samuel.
"Berhentilah membanggakan kemampuan masing masing sialan!" Geram Aiden.
"Cepatlah selesaikan masalah ini dan jangan buat masalah baru!" lanjut Aiden kembali.
Jonathan pun akhirnya menuruti semua perintah teman temannya. Tak ada cara lain ia juga berharap masalah ini cepat selesai.
Selepas menulis surat mereka tidak langsung memberikannya kepada Sky. Mereka masih menunggu para pelayan yang berada di lantai dua rumah Javier kembali ke ruang bawah tanah.
Tidak mudah untuk mereka masuk ke rumah Javier. Mereka hanya menguasai ruangan bawah tanah saja, bahkan jalan masuk untuk ke ruang bawah tanah tidak sama dengan jalan yang di lalui Sky siang itu.
Ada sebuah Garasi besar di mansion utama yang memiliki pintu masuk ke jalur ruang bawah tanah. Pintu itulah yang mereka lewati setiap harinya.
"Apa di atas sana masih ada pelayan?" tanya Jonathan berbisik kepada Athes.
"Sepertinya masih," jawab Athes.
Jonathan menghela nafas kapan para pelayan itu kembali.
Jonathan dan yang lain sedang bercanda dan menggoda para pelayan sembari menunggu waktu yang tepat untuk naik ke lantai dua.
Tanpa mereka tahu kalau dilantai dua Sky sedang memperhatikan mereka.
Beberapa jam berlalu mereka meyakini semua pelayan sudah kembali karena jam sudah menunjukan pukul 00.00. Bahkan beberapa pelayan sudah masuk ke kamarnya masing masing. Pak Liam dan Bibi Gail juga tidak ada di sekeliling mereka.
"Ayo cepat," ajak Jonathan sembari melangkah.
"Kau bodoh. Kalau kita lewat garasi bisa bisa kita tidak masuk ke lantai dua. Di halaman mansion banyak penjaga. Kita tidak bisa masuk lewat pintu utama!" Jelas Athes membuat langkah Jonathan terhenti.
"Cih, orang yang handal dengan senapan pun otaknya dibawah rata rata," ledek Nicholas.
Jonathan mendengus kasar. "Yasudah kita lewat pintu lantai satu." Pintu yang di lewati oleh Sky dan Pak Liam.
"Anji*g Jonathan!! otak kau dimana!! ada tiga pintu yang harus kita lewati dan semuanya itu terkunci!" kesal Aiden dengan otak bodoh Jonathan.
Samuel menghela nafas seraya menggelengkan kepalanya menatap Jonathan.
Jonathan mengacak ngacak rambutnya frustasi. "Yasudahlah aku ikut ide kalian saja!"
"Kunci ada di pak Liam," ucap Athes.
"Dan Pak Liam sudah tidur di kamarnya," lanjut Sergio.
Mereka semua menghembuskan nafas kecewa, ah ide apa lagi yang harus mereka lakukan untuk mengambil kunci itu.
"Bunuh sajalah Pak Liam," ujar Jonathan kesal. begitu sulitnya hanya memberikan selembar kertas putih untuk nyonya nya itu.
"Gila Anji*g!!"
"Otak bodoh!!"
"Jonathan gobl*g!!"
"Kita berusaha menghindar dari kematian dan kau mengajak kita bunuh diri sial*n!!
Mereka mengumpat untuk ide sialan Jonathan. Ah bisa bisanya si otak kecil itu memberikan ide bodoh. Membunuh Pak Liam sama saja membunuh diri mereka sendiri Karena Pak Liam sudah dianggap Ayah angkat oleh Javier selepas kepergiaan Ataric De Willson ayah kandungnya.
"Aku sudah bingung harus apaaa!!" Jonathan sudah ada diambang frustasinya.
Athes lelaki yang paling tua dari mereka akhirnya membuka suara.
"Begini... kita keluarkan jiwa psychopath kita. Kit-"
"Jangan bilang kau setuju dengan ide buruk Jonathan, At!" sela Samuel.
"Tidak. Kita tidak akan membunuhnya. Kita hanya harus memancing pak Liam keluar dari kamar. Lalu salah satu dari kita pukul lehernya sampa pingsan."
"Kita memancingnya keluar lalu membuatnya kembali tak sadarkan diri. Ck, apa bedanya."
Mereka menghela nafas seraya memalingkan wajah ke arah lain. Cukup, sudah cukup mereka dibuat darah tinggi dengan kebodohan Jonathan.
"Bisakah aku saja yang membunuh si Jonathan sialan ini, Ath?" pinta Aiden kepada Athes.
"Percuma kau hidup tanpa otak! pantas saja Ara mu itu pergi!!" lanjut Aiden mendelik ke arah Jonathan.
Athes adalah satu satu nya yang paling menggayomi yang lain. Dia juga satu satunya yang sabar menghadapi sikap Jonathan.
"Begini, Jonathan. Kita bisa saja memukul Pak Liam di kamarnya. Tapi, apa kau yakin Pak Liam masih tidur ketika kita sudah di dalam kamarnya. Kita semua tahu, Pak Liam akan terbangun dengan suara sekecil apapun. Kita membuka pintu saja Pak Liam sudah pasti langsung membuka mata."
"Ouhhh.. gitu.." Jonathan mengangguk ngangguk.
"Dan satu hal lagi orang tidur dan orang pingsan itu berbeda. Setelah pingsan kita bawa kembali Pak Liam masuk ke kamarnya sembari mengambil kunci pintu itu. Ketika bangun nanti Pak Liam pasti berfikir kalau ia hanya bermimpi."
"Oh.. oke aku mengerti sekarang," lanjut Jonathan.
"Iki mingirti sikiring," ledek Sergio dengan muka menyemenye.
Athes tersenyum seraya menggelengkan kepala melihat Sergio mengejek Jonathan.
"Ingat, kembalikan kunci sebelum Pak Liam bangun," ujar Athes kembali.
"Siap," jawab mereka serempak.
Dan mereka benar benar melakukan semuanya sesuai rencana Athes. Semuanya berjalan dengan lancar. Samuel yang menjatuhkan panci di dapur membuat Pak Liam terperanjat dan segera keluar kamar.
Athes yang sudah standby di balik dinding dekat kamar Pak Liam pun datang mengendap ngendap dari belakang dan.
BUGH.
Pak Liam pun terkulai tak berdaya di lantai. Athes yang membuat ide dan Athes juga yang memukul Pak Liam. Bukan tanpa alasan, Yang lain tidak berani jika melukai Pak Liam. Berurusan dengan Pak Liam sama saja berurusan dengan Javier.
"Apa dia hanya pingsan?" tanya Jonathan ragu.
Yang lain keluar dari persembunyian dan berkumpul membuat bulatan memandang orang tak sadarkan diri dekat kaki mereka.
"Coba kau cek nadinya," suruh Sergio.
"Masih hidup," jawab Samuel setelah berjongkok mengecek nadi Pak Liam di pergelangan tangan.
"Kau memukulnya terlalu keras Ath," seru Nicholas.
"Refleks."
"Bagaimana kalau lehernya patah?"
Mereka diam saling melirik satu sama lain. Benar juga, kalau patah bagaimana.
Jangan lupa like dan comentttt 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Yudi 69
ngk seru
2024-08-16
0
Budi Raharjo
lucu bbget
2023-09-12
1
Budi Raharjo
ini novel terlucu yang pernah aku baca hihi
2023-09-12
1