Suara Adzan subuh berkumandang. Sepasang netra Anastasya mulai mengerjap. Gadis itu terkesiap, kemudian berlari menuju arah jendela kaca guna memastikaan keadaan sekitar.
Gelap
Gadis itu mendengar dengan seksama Adzan yang masih berkumandang.
Ya tuhan.
Bukannya Magrib ataupun isya yang terdengar, tetapi justru kumandang adzan subuh.
"Ya Allah..," sesal Anastasya.
Akibat kelelahan, ia menghabiskan banyak waktunya untuk tidur dan baru terbangun tepat waktu subuh.
Tak ingin terlalu banyak berfikir, gadis ayu itu lekas mengambil handuk, peralatan mandi beserta pakaian ganti dan bergegas mencari kamar mandi.
Aku bahkan masih belum tau di mana letak kamar mandinya.
Anastasya membuka pintu kamar dengan pelan. Netranya menyisir pandang, berharap menemukan seseorang yang bisa ditanya dan ajak bicara.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Seseorang gadis dari kamar sebelah juga sedang membuka pintu dan tersenyum kearahnya.
"Ana ya?" tanya gadis bersurai sebahu itu.
"Iya, benar," jawab Anastasya.
Gadis itu pun mendekat, kemudian mengulurkan tangan.
"Kenalkan, aku Tiara. Panggil saja tia, biar lebih akrab." Senyum gadis itu pun terkembang sempurna.
"Baik Kak Tia."
"Hust, tidak usah pakai embel-embel mba. Mungkin kita seumuran," pinta gadis bernama Tia itu seraya mencebik, pura-pura marah.
"Baiklah."
Tawa renyah pun terdengar dari bibir kedua gadis tersebut. Selayaknya kawan yang sudah kenal lama, Tia tanpa canggung menggengam tangan Anastasya untuk menuju kamar mandi. Begitu pun setelahnya. Mereka terlihat sudah mulai akrab.
"Ana, bersiaplah. Bukankah ini hari pertama kerjamu? Tapi kau tak usah khawatir. Aku pun masuk sift pagi hari ini, jadi kita bisa berangkat bersama."
Begitu mendengar ucapan Tia, Anastasya spontan menarik nafas lega. Lagi-lagi, jalan beratnya seperti teringankan.
"Benarkah?"
"Iya. Sekarang bersiaplah."
Kedua gadis itu pun masuk kekamar masing-masing. Mempersiapkan diri untuk menyambut hari dengan segudang aktifitas.
Anastasya mengintip sejenak jendela kaca yang menyuguhkan keindahan suasana pagi. Di luar masih gelap, hanya secerca sinar keemasan yang mulai muncul samar.
"Aku bahkan tak tau sekarang jam berapa," gumam Anastasya. Gadis itu tengah menyisir surai hitam panjangnya saat pintu terdengar diketuk dari luar.
"Ana," panggil seseorang dari balik pintu.
Anastasya pun bergegas membuka pintu dan tampaklah Tia yang sudah terlihat rapi dengan seragam kerjanya.
"Kau sudah siap?" tanya Tia.
"Sebentar lagi." Dengan cepat Anastasya merapikan surainya dan mengikatnya sederhana.
"Tia, sekarang jam berapa."
"Ini masih jam enam pagi. Sebelum kerja, ayo kita kedepan nunggu nasi pecelnya mbok Siti." Tia mengangkat 2 piring plastik di tangannya.
"Nasi pecel? Kita sarapan dulu?" tanya Anastasya dengan polosnya.
"Ya iyalah. Bukan hanya Bismilah, tapi juga awali hari dengan sarapan. Biar kuat terima kenyataan," kelakar Tia diiringi tawa renyah. "Ini piring untukmu." Tia menyodorkan satu piring yang ia bawa pada Anastasya.
" Terimakasih."
"Ayo kita kedepan. Nunggu mbok siti, siapa tau udah datang." Tia menarik lengan Anastasya selepas gadis itu menutup pintu kamar.
Diluar dugaan, rupanya rumah susun itu sudah cukup ramai dengan para pekerja sift pagi yang hilir mudik mempersiapkan diri. Bahkan beberapa orang tampak berada di serambi depan dengan membawa piring masing-masing.
"Sarapan...... Nasi pecel, Nasi rames."
Tampak seorang perempuan paruh baya berjilbab dengan mengendong bakul mendekat kearah rusun.
"Sini mbok," teriak salah seorang gadis duduk di kursi dengan piring ditanggannya.
Perempuan paruh baya itu pun mendekat. Tak lupa mengular senyum di bibir, hingga nampaklah beberapa buah giginya yang sudah ompong.
Diturunkannya bakul berukuran cukup besar itu dari gendongan, disusul beberapa gadis-gadis lain berkerumun memutarinya.
Tia menarik lengan Anastasya mendekat, berbaur dengan penghuni rusun lainnya.
"Ayo, pilih menu mana yang kau suka."
Anastasya menatap isi bakul yang sudah terbuka. Nampaklah nasi, pecel dengan berbagai sayuran, dan juga beraneka ragam lauk. Telur dadar, mie goreng, juga tahu dan tempe goreng.
Suara riuh bersahut sahutan. Saling berebut menyebut menu pesanan, namun tetap antri menunggu tanpa berebut.
Giliran Anastasya. Gadis itu menyerahkan piring plaatik pada perempuan paruh baya tersebut.
"Mau makan apa nduk," tanya si mbok.
"Nasi pecel mbok. Lauknya tempe goreng saja."
Perempuan paruh baya itu pun mengangguk. Melapisi piring plastik lebih dulu dengan daun pisang. Disusul nasi pecel sayur dengan siraman bumbu kacang pedas, dan menambahkan dua buah tempe goreng tepung di atasnya.
"Ini nduk." Si mbok memberikan piring berisi pesanan itu pada sang gadis.
"Terimakasih mbok. Berapa?"
"Tujuh ribu nduk."
Anastasya pun merogok satu lembar uang pecahan sepuluh ribu rupiah dan memberikannya pada si mbok. Saat hendak berbalik, si mbok memanggilnya.
"Kembaliannya nduk," ucap si mbok.
"Buat si mbok saja." Anastasya hanya mengulas senyum tipis dan berbalik untuk mencari tempat duduk.
"Jangan nduk. Ngak boleh seperti itu." Perempuan paruh baya itu menolak, hendak bangkit namun di cegah oleh Anastasya.
"Biar itu menjadi rezeki si mbok, yang penting kita ikhlas."
Jawaban Anastasya membuat Si mbok tersenyum simpul. Ditatapnya lekat gadis ayu yang baru kali pertama dilihatnya. Keduanya sempat terlibat perbincangan hangat sebelum si mbok pamit menjajakan kembali dagangannya.
*****
Senyum senantiasa terkembang di bibir mungil Anastasya. Selepas sarapan, ia dan Tia pun menuju pusat perbelanjaan ditempat mereka bekerja. Di sana, Anastasya sempat bertemu dengan Bi Arum. Perempuan paruh naya itu pun memberi pengarahan dan apa saja pekerjaan untuk Anastasya.
Rekan-rekan seprofesinya pun menyambut hangat dan memperlakukannya dengan baik, seolah sudah kenal lama. Tak ada istilah senior atau pun junior. Semua sama rata. Sebab mereka bekerja untuk mencari uang, dan bukan mencari muka.
Tak henti Anastasya mengucap syukur. Ini awal yang baik untuk hidup kedepannya di kota. Rupanya tak seburuk pemikiran, justru yang ada malah sebaliknya. Semoga dihari ini dan seterusnya, kebahagiaan terus akan menaungi.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments