" Berhenti!."
Suara itu sangat terdengar seperti ancaman bagi Kiya, kakinya pun ikut menjadi kaku.
" Sebelum jam kantor selesai, laporan itu sudah berada diatas meja ini! Keluarlah." Titah Azzam kepada Kiya yang masih berdiri kaku tanpa membalikkan badannya.
" Baik tuan, permisi." Kiya langsung melanjutkan langkahnya untuk keluar dari ruangan tersebut.
Setelah berada di ruangannya, Kiya langsung memeriksa kembali laporannya yang dikembalikan. Merevisi dengan sangat teliti dan berulang-ulang ia membuka serta membolak-balikkan berkas tersebut, namun tidak ada satupun kesalahan yang ia temukan. Melihat waktu kerja hanya tinggal berapa menit lagi, sungguh membuatnya pusing.
Apa yang salah dengan laporanku? biasanya setelah lewat mbak Ghina, tidak ada perubahan dan selalu baik-baik saja. Kenapa kali ini, ah apa karena bos sendiri yang turun tangan memeriksa laporanku ya. Sungguh teliti, tapi dimana letak kesalahan dari laporanku ini? Kiya.
......................
Kini Azzam berjalan menuju pantry diruangannya, membuat dan menikmati kopi yang saat ini berada ditangannya. Termenung dengan apa yang ia lakukan kepada pegawainya itu, hanya sedikit ingin bermain-main. Meluapkan kekesalannya saat kembali berada di dalam ruangan ini.
" Tuan !". Tegur Daffa, membuyarkan lamunan Azzam.
" Hem, ada apa?."
" Apa ada yang harus saya kerjakan lagi, tuan?."
" Duduk dan tunggu aku sampai selesai. Dan ingat! jangan menyebalkan Daffa!!!."
Dengan malasnya, Daffa bersantai di salah satu tempat duduk yang berada diruangan tersebut. Ia merasa aneh dengan sikap tuannya saat ini. Tidak ingin berbicara banyak dan diam adalah hal yang terbaik daripada memancing singa yang tidur untuk menggamuk.
Drett...
Drett...
Ponsel Daffa bergetar, ada notifikasi untuk panggilan. Terlihat nama sang penelfon, yaitu Kenan. Yang merupakan orang kepercayaan Azzam didunia hitam, lalu Daffa berbicara melalui ponselnya. Azzam hanya memicingkan matanya, sembari masih menikmanti kopi yang telah ia buat.
" Tuan! Kenan sudah mendapatkan orang yang kita cari." Daffa menyampaikan informasi yang ia dapatkan dari temannya itu.
" Bawa kehadapanku!." Titah Azzam.
" Baik tuan." Dengan segera Daffa menghubungi Kentan.
Tidak membutuhkan waktu lama, kini Kenan sudah berada diruangan tuannya. Membawa seorang tawanan dalam kondisi yang cukup memprihatinkan, mereka tiba disana tanpa diketahui oleh para pegawai lainnya di perusahaan tersebut. Karena mereka mempunyai jalan rahasia yang selalu digunakan disaat genting.
Dengan angkuhnya, Azzam duduk berhadapan dengan orang yang dibawa oleh Kenan dengan kepala tertutup, tangan dan kaki yang terikat, serta mulut yang tertutup oleh plester hitam.
" Buka!!." Dengan mengelus rahangnya, ia memberikan perintah untuk membuka penutup kepala pria tersebut.
Kenan dengan sigap membuka penutup kepala orang itu, dan pria tersebut langsung melebarkan matanya setelah melihat siapa yang sedang duduk berhadapan dengan dirinya.
" Kenapa? Kaget?!!." Berdiri dari duduknya, lalau Azzam tersenyum dengan sangat sinis.
" Ehm, emm. emm.." Pria itu terus meronta-ronta.
Kkrrraakk!!!
Kkrrraakk!!!
Suara patahan dari tulang kering pada kaki pria itu, sudah sangat dipastikan jika tulang kedua kakinya telah patah bahkan mungkin remuk. Mau berteriak! Pria itu hanya bisa menjerit dalam keadaan tidak berdaya.
Azzam dengan santainya, menyeringai kepada pria tersebut. Untuk hal menyiksa, bahkan melenyapkan nyawa orang lain sangatlah mudah bagi Azzam.
" Pablo Hendrarto! Heh!! Kau sangat suka sekali bermain-main denganku." Mencengkram dengan kuat, tubuh pria itu tepat pada tulang yang dipatahkan sebelumnya oleh Azzam.
Arrghh!!!
Arrghh!!!
Tangan Azzam bermain kembali diwajah Pablo, dengan sangat mudahnya ia mencongkel dan mengeluarkan salah satu bola matanya. Disaat bola mata itu terjatuh dilantai, dengan senyuman devilnya Azzam menginjaknya hingga hancur.
" Astaghfirullah!!!." Suara seseorang yang menjerit dengan sangat kuat.
Semua perhatian orang yang berada disana teralihkan melihat ke arah sumber suara.
" Daffa!!!." Teriak Azzam hingga bergema.
Mereka tidak menyadari kehadiran seseorang disana, dan orang tersebut melihat bagaimana bos mereka mengeksekusi musuhnya. Kiya yang saat itu menjadi terdiam dan kaku, menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Dan kini, Kiya berada didalam ruangan pribadi milik bosnya. Setelah Daffa menggurungnya disana, atas perintah dari bosnya.
Untuk musuhnya itu, dengan sangat mudah. Azzam menyelesaikan nyawanya untuk terlepas dari raga miliknya, dengan satu gerakan. Menembak tanpa mengeluarkan suara dan tepat mengenai jantungnya, membuat Pablo menghembuskan nafasnya untuk yang terakhir.
" Pertukaran seimbang dengan kerugian yang kau lakukan di perusahaanku, Pablo!." Lalu Azzam melempar senjatanya itu kepada Kenan.
" Bersihkan seperti sedia kala!." Titahnya.
......................
Tidak, tidak mungkin! Aku pasti salah lihat tadi, tidak mungkin bos melakukan hal yang sekeji itu. Kiya.
Dengan tubuh yang bergetar, ia terus mengucapkan kalimat istighfar dari mulut dan didalam hatinya. Memohon pertolongan dan perlindungan dari Rabb-Nya. Pintu ruangan itu terbuka, memperlihatkan siapa yang memasuki ruangan tersebut. Orang tersebut berdiri dengan tegap dan menatap Kiya dengan sangat tajam. Tak ingin mendapatkan tatapan itu, Kiya langsung menunduk dan duduk bertekuk sembari memeluk kedua lututnya.
" Berdirilah!!!." Suara yang sangat tegas itu di lontarkan oleh Azzam.
Karena merasa sangat ketakutan, Kiya tidak mendengarkan ucapan yang bosnya katakan saat itu.
" Berdiri aku bilang !!!. " dengan nada suara yang sangat tinggi.
Dengan sangat kaget dan terpaksa, akhirnya Kiya memberanikan diri untuk berdiri.
" Apa yang sudah kau lihat?!." Tanya Azzam dengan kedua telapak tangan yang berada didalam saku celananya.
" Ti ti dak, tidak ada tuan." Kiya menjawab dengan kalimat yang terbata-bata.
" Aku tanya! Apa yang sudah kau lihat, hah!! Jawab!!." Suara itu semakin meninggi.
Menggumpulkan keberanian untuk menjawab pertanyaan dari bosnya itu. Jika ia tidak menjawabnya, katakutannya semakin besar, takut membuat emosi dari bosnya itu membesar.
Ya Rabb. Berikan hambamu ini kekuatan! Kiya.
" Kenapa? Takut kepadaku?." Seringai yang Azzam tampakkan kepada Kiya.
" Ma maafkan saya tuan, saya tidak sengaja melihatnya." Kiya memohon kepada bosnya itu, agar tidak memberikan hukuman kepadanya.
" Hahaha."
Azzam tertawa dengan keras dan terdengar sangat menyeramkan. Ia berjalan perlahan mendekati Kiya yang masih terlihat bergetar karena ketakutan. Dengan senyuman yang tidak bisa di artikan, ia menatap Kiya yang masih menundukkan kepalanya.
" Jangan tutupi kepolosanmu itu, kau sungguh menarik, nona!." Mulut Azzam berbisik pelan disamping telingga Kiya.
Hal itu sontak saja mengejutkan Kiya yang dimana ia sangat anti untuk berdekatan dengan pria yang bukan mahramnya. Dengan gerakan reflek, ia langsung bergerak untuk menggeser tubuhnya sedikit menjauhi Azzam. Mendapatkan penolakan dari wanita yang berada dihadapannya, membuat Azzam merasa terhina. Ia terus mendekati Kiya yang juga selalu bergeser, dan disaat tubuh Kiya tidak bisa bergeser lagi, akibat dari dinding yang sudah menempel pada punggungnya.
" A anda mau apa tuan?." Kiya semakin ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Sandisalbiah
prea kejam macam Azzam coxoknya dgn cewek tanghuh.. apakah Kya tangguh?
2023-08-15
0
Iwan Sukendra
serem...
2022-11-03
0
itanungcik
makin seru ceritanya....lanjut...
2021-11-05
0