Married With The Devil

Married With The Devil

First Night

Bianca hanya mampu menatap nanar ujung gaun pengantin berwarna putih gading yang dikenakannya. Hari ini, ia secara resmi menyandang status sebagai Nyonya Drax. Sekaligus menjadi hari dimana kebahagiaan serta kebebasannya direnggut oleh pria keji yang saat ini telah menjadi suaminya—Alan Drax. Alih-alih menggelar pesta yang meriah dan dipenuhi dengan canda-tawa, pernikahan mereka jauh dari kata layak. Selain pendeta, Alan hanya mengajak seorang pria yang selama ini menjadi tangan kanannya.

Kembali, Bianca meremas dengan kuat gaun berwarna putih gading tersebut. Sudah sedari tadi air matanya mendesak untuk keluar. Namun Bianca berusaha untuk tetap kuat. Ia hanya tak ingin terlihat lemah didepan pria brengsek itu. Supaya Alan tak meremehkan dirinya.

Karena terlalu larut dalam pikirannya, Bianca bahkan tak sadar jika Alan telah memasuki kamar dan melangkah untuk menghampirinya.

“Menangis, huh?” Alan berbisik pelan seraya mencondongkan wajahnya mendekati wajah Bianca. Membuat gadis itu terlonjak kaget seraya berniat untuk pergi. Namun Bianca baru tersadar jika posisinya yang saat ini sedang duduk di tepi kasur berukuran besar milik Alan membuatnya tak bisa bergerak bebas. Ditambah dengan gaun yang masih membungkus tubuhnya. Sial!

“Bukan urusanmu!” Bianca berucap dengan nada tak bersahabat. Dengan cepat, Bianca segera berdiri ketika melihat Alan tengah sibuk melepaskan jas yang dikenakannya. Setelah menggenggam dan menarik keatas kedua sisi gaunnya, Bianca melangkah sepelan mungkin. Dengan harapan Alan tak menyadarinya.

Jujur saja, sebagai seorang gadis normal, dimatanya, Alan Drax terlihat begitu tampan. Tubuh tegap dan atletisnya dibalut dengan setelan jas berwarna biru tua serta kemeja putih tulang. Sangat pas dengan iris hitam legam miliknya.

“Mau ke mana kau?” langkah Bianca sontak terhenti ketika ia mendengar ucapan bernada dingin pria itu. Dengan gerakan pelan, Bianca segera memutar tubuhnya lalu menatap Alan. Dan benar saja, iris hitam pria itu menatapnya tajam.

“Ke kamarku.” Bianca menjawab dengan nada santai. Walau tak dipungkiri, ada rasa takut di dalam dirinya ketika menatap wajah pria itu. Sekalipun Alan menatapnya tajam, namun raut wajah pria itu terkesan datar. Bahkan jika boleh ia bilang, Alan tak pernah menunjukkan ekspresi apapun. Hal yang juga membuat Bianca berpikir jika pria itu bukanlah manusia ketika mereka pertama kali bertemu.

“Bukankah kau sudah berada di dalamnya?” Tanya Alan seraya mengangkat sebelah alisnya.

“Jangan bodoh! Kau pikir aku mau tidur seranjang denganmu?” Sudut bibir Alan tertarik ke atas ketika mendengar ucapan bernada protes Bianca. Ia bahkan terkekeh geli.

Dengan langkah pelan, Alan segera menghampiri Bianca yang berdiri tak jauh dari pintu kamarnya. Sebelah tangannya terangkat ke atas untuk memegang kedua pipi gadis itu.

“Dengarkan aku baik-baik, Bianca Rosaline.” Alan berbisik pelan di depan wajah Bianca. Dan Bianca bisa merasakan dengan sangat jelas sapuan lembut napas Alan.

“Aku—Alan Drax, sudah membelimu dengan harga yang cukup mahal. Jadi, aku punya hak penuh atas dirimu. Dan juga, aku bebas melakukan apapun.” Seusai berucap, Alan mendaratkan satu kecupan kecil pada sudut bibir gadis itu. Yang dibalas Bianca dengan umpatan kekesalan.

“Kau gila?!” pekik Bianca tak terima. Kini matanya berbalik menatap tajam pada Alan.

“Sayangnya tidak.” Balas Alan santai. Kini, ia tengah sibuk membuka kemeja putih yang sedari tadi membungkus tubuhnya. Lalu melemparkannya ke sembarang arah.

Bianca hanya bisa berdiri mematung. Sekuat apapun ia berusaha untuk tetap kuat, cairan bening tersebut terus mendesak untuk dikeluarkan. Ia tahu jika Alan tak sepenuhnya salah. Semuanya bermula ketika kedua orangtuanya, dengan tega menawarkan dirinya pada Alan agar pria itu mau membelinya. Dan benar saja, tanpa ragu, Alan menawarkan sejumlah uang dengan syarat, setelah pria itu membelinya, mereka harus pergi jauh dan memutuskan semua hubungan dengan Bianca. Awalnya, Bianca menolak dengan keras. Tapi karena mendapatkan uang sebanyak tujuh ratus juta sebagai gantinya, kedua orangtuanya tanpa pikir panjang menyetujui setiap ucapan dan permintaan Alan. Dan semuanya dilakukan hanya untuk memenuhi hasrat berjudi mereka.

“Bianca.” Bianca segera mendongak dan mencari asal suara. Tak jauh darinya, ia menemukan Alan yang tengah duduk di dekat jendela seraya menuangkan wine ke dalam sebuah gelas bening. Dan Bianca baru sadar jika kamar Alan yang tiga kali lebih luas dari kamarnya diisi oleh perabotan super mahal. Buktinya? Sikap arogan pria itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi bukti.

“Apa?” Tanya Bianca seraya menatap Alan yang tengah sibuk menghirup aroma wine dari dalam gelas yang saat ini dipegangnya.

“Tunggu apa lagi, cepat buka bajumu.” Bianca hanya bisa menatap Alan dengan mata membulat tak percaya. Apa katanya? Buka baju? Bianca sadar jika saat ini indra pendengarannya masih berfungsi dengan sangat baik. Dan Alan pun juga jauh dari kata mabuk untuk meracau tak jelas.

“Kau pikir aku bodoh?!” Ucap Bianca tak terima. Kali ini, pandangan mereka berdua beradu. Namun, iris hitam pria itu sudah lebih dulu memenjara Bianca. Membuatnya sulit untuk berucap apalagi bergerak.

Dengan gerakan pelan, Alan segera meneguk habis wine miliknya. Lalu berjalan menghampiri Bianca. Sebelah tangannya terangkat untuk memeluk posesif pinggul gadis itu. Tak peduli sekalipun jika Bianca tengah memberontak.

“Diam dan terima saja.” Alan berbisik pelan lalu mulai menenggelamkan wajahnya dalam ceruk leher Bianca. Dengan gerakan anggun menghirup aroma buah yang menguar dari tubuh gadis itu. Manis.

“Hentikan! Kau pikir apa yang kau—” Bianca tak kuasa lagi melanjutkan ucapannya ketika ia merasakan gigitan kecil pada lehernya. Lalu berubah menjadi kecupan bertubi.

Bianca kembali memberontak seraya mencoba untuk lepas dari kungkungan pria itu. Tapi sayang, Alan sudah terlebih dulu memeluknya erat dan tak memberikan sedikitpun celah baginya untuk meloloskan diri.

“Bianca ….” Alan berucap lirih disela-sela aktifitasnya mengekspos leher jenjang gadis itu. Sembari meninggalkan beberapa bekas kepemilikan disana.

“Alan, hentikan!” kali ini, Alan segera membungkan bibir Bianca. Memenjaranya dengan penuh hasrat. Seolah tak ingin melepaskannya barang sebentar. Dan Alan sadar jika ia tak akan pernah merasa bosan.

Bianca segera memukul punggung Alan dengan sisa-sisa tenaganya ketika merasakan pasokan oksigen di sekitarnya berkurang. Ciuman Alan terlalu kuat dan mendominasi. Pria itu terlampau ahli bermain-main dengan bibirnya dan Bianca sadar jika sampai kapanpun, ia tak akan bisa menolaknya.

“Bagaimana?” Alan segera bertanya ketika ia baru saja melepaskan tautan bibir mereka. Kini matanya beralih untuk menatap bibir Bianca yang memerah dan juga basah akibat dari ulahnya.

“Kau ingin membunuhku?” Bianca berucap dengan nada ketus seraya menyeka bibirnya.  Napasnya masih tersengal. Sementara Alan terlihat baik-baik saja. Bianca yakin, jika bagi pria itu, apa yang mereka lakukan bukan lagi hal yang baru. Brengsek!

Dengan gerakan cepat, Alan segera menarik tangan Bianca—lebih tepatnya menyeret—menuju tempat tidur berukuran besar miliknya. Dengan satu kali gerakan, Alan sukses mendorong tubuh Bianca hingga jatuh dengan posisi terlentang di atas tempat tidur.

Cantik dan seksi.

Hanya dua kata tersebut yang mengisi pikiran Alan saat ini. Sekalipun tubuh Bianca masih tertutupi oleh gaun, tapi Alan yakin, jika apa yang berada di dalamnya jauh lebih indah. Dan ia sudah tak sabar untuk melihatnya.

“Alan, tidak!” Bianca segera berteriak ketika pria itu dengan lihainya menurunkan resleting gaun yang dikenakannya. Melepasnya dengan tak sabaran lalu membiarkan jatuh begitu saja di atas lantai.

Dengan gerakan refleks, Bianca segera menutupi dua bagian penting tubuhnya menggunakan tangan. Sekalipun masih memakai dalaman, tapi ini kali pertama seorang pria melihat tubuhnya yang setengah telanjang. Bianca akui, ia memang beberapa kali berpacaran. Namun, hanya sebatas ciuman, tidak lebih.

Dalam temaramnya cahaya lampu kamar, Bianca bisa merasakan dengan jelas napas memburu pria itu. Serta tatapan Alan yang dipenuhi oleh hasrat. Dan semuanya semakin bertambah jelas ketika tangan Alan sudah mulai berani menyusuri satu per satu anggota tubuhnya.

“Alan!” Bianca memekik kaget ketika Alan mengecup dan menyesap kuat pahanya. Dengan sengaja meninggalkan jejak kemerahan disana.

Bianca tahu jika ia tak boleh membiarkan Alan berbuat terlalu jauh. Tapi hati dan pikirannya meneriakkan hal yang berbeda. Insting wanitanya memberontak dan meminta agar pria itu memberinya lebih. Sekalipun hatinya berteriak tak terima.

“Oh, Bianca.” Alan berucap dengan suara serak. Dirinya telah terlanjur dikuasai oleh hasrat yang tak tertahankan. Salah satu bagian penting dari tubuhnya sudah sedari tadi meminta untuk segera dipertemukan dengan pusaran kenikmatan tersebut.

Alan mendesah dan kembali memenjara bibir Bianca yang sedikit membengkak. Mendominasinya tanpa henti, seakan tak pernah merasa puas.

“Alan.” Bianca hanya bisa memanggil lirih nama Alan ketika pria itu mendesak untuk menyatukan tubuh mereka berdua. Seraya menutup mata, Bianca melingkarkan kedua lengannya pada punggung tegap pria itu. Sembari menancapkan kuku-kukunya sehingga meninggalkan bekas. Sementara Alan tengah sibuk pada penyatuan tubuh mereka.

Malam ini, Bianca tak bisa meloloskan diri dari pria itu. Semua yang ada pada diri Alan memenjaranya tanpa memberikan jalan keluar. Membelainya lembut penuh kenikmatan. Sehingga memberikan candu yang tak bisa Bianca tolak. Bahkan terus ia dambakan.

Alan Drax, kembali mendapatkan pusaran kenikmatan tersebut. Bahkan lebih dari yang selama ini dirasakannya. Bersama Bianca, ia disuguhkan kenikmatan tak berujung. Layaknya candu yang mengambil alih akal sehatnya. Yang membuatnya tak pernah merasa puas dan selalu menginginkan lebih.

Desahan tertahan, peluh serta erangan kenikmatan lolos dari bibir mereka masing-masing. Dan Alan sadar jika dia, mungkin tak akan pernah bisa berhenti untuk menginginkan Bianca. Gadis bermata cokelat tersebut sudah terlanjur memikatnya dengan kuat.

Terpopuler

Comments

Ida

Ida

akhirnya jebol juga kasiaan

2022-05-10

0

Queensy

Queensy

masih nyimak

2021-12-22

0

Novi Azza😍😍😍😍

Novi Azza😍😍😍😍

hadir

2021-12-06

0

lihat semua
Episodes
1 First Night
2 Mine!
3 Jimmy
4 Hukuman
5 Paman
6 Rico
7 Belanja Bersama
8 Tak Bisa Ditolak
9 Masalah
10 Pembalasan
11 Rahasia
12 Merasa Aneh
13 Kunjungan Tak Terduga
14 Wanita Licik
15 Dinner
16 Obsesi
17 Permintaan Maaf
18 Menyerah
19 Topeng
20 Rencana
21 Membujuk Alan
22 Birthday Party
23 Menghilangnya Bianca
24 Menghilangnya Bianca 2
25 Jebakan
26 Kebencian
27 Bertemu Kembali
28 Penyiksaan
29 I Miss You
30 Keputusan
31 Senyum dan Tawa
32 Akibat
33 Penderitaan
34 Sahabat
35 Niat Buruk
36 Kemarahan
37 Seseorang Yang Berharga
38 Pesta Dansa
39 Pesta Dansa 2
40 Mimpi Buruk
41 Perubahan Sikap
42 Menjauh
43 Kehangatan Yang Dirindukan
44 Kenangan Buruk
45 Kenangan Buruk 2
46 Kenangan Buruk 3
47 Kenangan Buruk 4
48 Merasa Lebih Baik
49 Alan dan Jimmy
50 Cinnamon Roll
51 Sepotong Kue
52 Awal Bertemu
53 Kecupan Singkat
54 Luka
55 Kejutan di Acara Makan Malam
56 Jane
57 Sebuah Arti
58 Ribuan Kupu-Kupu
59 Saling Memahami
60 Pernyataan
61 Perasaan Yang Sama
62 Duka Mendalam
63 Ice Cream
64 Double Date
65 Senyum Kebahagiaan
66 Love
67 Sebuah Janji
68 Cemburu
69 Tikus Kecil
70 Seorang "Drax"
71 Hadiah Untuk Jane
72 Hamil?
73 Air Mata Kebahagiaan
74 Berita Bahagia
75 Permintaan Seorang Istri
76 "Keluarga"
77 Perubahan Jane
78 Mantan?
79 Waktu Berdua
80 Bunga Untuk Jane
81 Lily and Bianca
82 Loyalitas Jimmy
83 Hari Bahagia
84 Kejutan Bulan Madu
85 Honeymoon
86 Honeymoon 2
87 Honeymoon 3
88 Honeymoon 4
89 Taman
90 Pengakuan James
91 Pilihan
92 Permintaan James
93 JJ Couple
94 Suami Siaga
95 Jimmy Junior?
96 Harapan
97 Pertemuan Tak Terduga
98 Malaikat Kecil
99 King and Queen
100 Our Little Family
101 Spesial 1
102 Spesial 2
103 Spesial 3
104 Spesial 4
105 Spesial 5
106 Spesial 6
107 Spesial 7
108 Spesial 8
109 Spesial 9
110 Spesial 10 - end
Episodes

Updated 110 Episodes

1
First Night
2
Mine!
3
Jimmy
4
Hukuman
5
Paman
6
Rico
7
Belanja Bersama
8
Tak Bisa Ditolak
9
Masalah
10
Pembalasan
11
Rahasia
12
Merasa Aneh
13
Kunjungan Tak Terduga
14
Wanita Licik
15
Dinner
16
Obsesi
17
Permintaan Maaf
18
Menyerah
19
Topeng
20
Rencana
21
Membujuk Alan
22
Birthday Party
23
Menghilangnya Bianca
24
Menghilangnya Bianca 2
25
Jebakan
26
Kebencian
27
Bertemu Kembali
28
Penyiksaan
29
I Miss You
30
Keputusan
31
Senyum dan Tawa
32
Akibat
33
Penderitaan
34
Sahabat
35
Niat Buruk
36
Kemarahan
37
Seseorang Yang Berharga
38
Pesta Dansa
39
Pesta Dansa 2
40
Mimpi Buruk
41
Perubahan Sikap
42
Menjauh
43
Kehangatan Yang Dirindukan
44
Kenangan Buruk
45
Kenangan Buruk 2
46
Kenangan Buruk 3
47
Kenangan Buruk 4
48
Merasa Lebih Baik
49
Alan dan Jimmy
50
Cinnamon Roll
51
Sepotong Kue
52
Awal Bertemu
53
Kecupan Singkat
54
Luka
55
Kejutan di Acara Makan Malam
56
Jane
57
Sebuah Arti
58
Ribuan Kupu-Kupu
59
Saling Memahami
60
Pernyataan
61
Perasaan Yang Sama
62
Duka Mendalam
63
Ice Cream
64
Double Date
65
Senyum Kebahagiaan
66
Love
67
Sebuah Janji
68
Cemburu
69
Tikus Kecil
70
Seorang "Drax"
71
Hadiah Untuk Jane
72
Hamil?
73
Air Mata Kebahagiaan
74
Berita Bahagia
75
Permintaan Seorang Istri
76
"Keluarga"
77
Perubahan Jane
78
Mantan?
79
Waktu Berdua
80
Bunga Untuk Jane
81
Lily and Bianca
82
Loyalitas Jimmy
83
Hari Bahagia
84
Kejutan Bulan Madu
85
Honeymoon
86
Honeymoon 2
87
Honeymoon 3
88
Honeymoon 4
89
Taman
90
Pengakuan James
91
Pilihan
92
Permintaan James
93
JJ Couple
94
Suami Siaga
95
Jimmy Junior?
96
Harapan
97
Pertemuan Tak Terduga
98
Malaikat Kecil
99
King and Queen
100
Our Little Family
101
Spesial 1
102
Spesial 2
103
Spesial 3
104
Spesial 4
105
Spesial 5
106
Spesial 6
107
Spesial 7
108
Spesial 8
109
Spesial 9
110
Spesial 10 - end

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!