Bab 20

Livia mengerutkan keningnya saat mendengar perkataan Abi yang menyebutkan tentang mas kawin itu.

"tidak perlu, semua itu sudah diatur oleh papa! jadi kamu tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Lagipula, kamu tidak akan pernah mampu untuk memberikan mas kawin yang aku inginkan, karena kamu adalah pria miskin yang tidak punya apa-apa, jadi aku tidak akan membuatmu merasa kesusahan untuk mengeluarkan uang."

Deghhhh

Perkataan dari Livia yang selalu memanggilnya pria miskin tentu saja membuat harga diri Abi terluka.

Perkataan nona muda Livia memang sangatlah menyakitkan, meski apa yang dikatakannya adalah sebuah kenyataan namun tetap saja itu benar-benar merendahkan harga diriku. Ya Allah berikanlah hidayah-MU pada wanita yang akan menjadi istriku ini.

"aku memang hanyalah seorang pria miskin yang tidak mempunyai apa-apa nona muda, tapi aku masih mempunyai harga diri, karena itulah aku ingin memberikan mahar untukmu dengan mengeluarkan uangku sendiri. Karena dalam pernikahan, mahar atau yang biasa disebut mas kawin adalah salah satu syarat sahnya sebuah pernikahan. Mahar adalah sejumlah harta yang diberikan oleh mempelai pria kepada wanita sebagai bentuk ketulusan untuk terikat dalam hubungan pernikahan." ujarnya Abi.

"meskipun kamu menganggap pernikahan yang terjadi diantara kita hanyalah sebuah sandiwara, namun kita tetap harus mengikuti syariat agama Islam karena mahar disebut shadaq, yang artinya benar, jujur dan tulus. Dan dalam Islam sendiri, hukum mahar adalah wajib untuk sempurnanya pernikahan. Meskipun sebenarnya tidak ada batasan tentang besaran mahar dalam pernikahan seperti yang disebutkan dalam HR. Ahmad, Al-Hakim dan Al-baihaqi yang berbunyi. "wanita yang paling besar berkahnya adalah wanita yang paling mudah dalam kurung murah maharnya." sambungnya.

"namun pada prakteknya di halayak umum para mempelai pria berlomba-lomba untuk memberikan mahar terbaik untuk calon istrinya itu, meskipun itu sangat membebani tanpa memikirkan kemampuannya, aku memang tidak mampu memberikan mahar yang seperti yang kamu inginkan, tapi aku akan tetap berusaha untuk memberikannya. Jadi kamu tidak berhak untuk menolaknya, atau kamu mau masuk neraka? " sambungnya lagi.

"bahkan merasakan panasnya sengatan matahari saja kamu tidak akan kuat apalagi harus merasakan panasnya siksa api neraka?" ujarnya kemudian.

Livia menetap jengah ke arah pria yang saat ini tengah menatapnya itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikannya.

"kamu berbicara seperti itu seolah kamu mengetahui siksa neraka saja, lama-lama telingaku ini akan menjadi bertambah panjang karena setiap hari harus mendengarkan ceramah mu Abi, karena aku malas mendengarkan ceramah dari mu, maka aku akan menuruti permintaan mu itu. Terserah apa yang akan kamu berikan dan mau memberikan mahar berapapun, karena aku sama sekali tidak memperdulikannya."

"seperti itu malah terdengar lebih baik nona muda. Akan tetapi, apa aku boleh tahu mahar apa yang kamu inginkan? aku hanya ingin tahu saja karena aku pun menyadari tidak akan pernah sanggup menurutinya."

"kamu lama-lama berubah sangat cerewet seperti papa dan mama saja, dan selalu ingin tahu urusan pribadiku. Itu saja kamu tidak akan bisa memberikannya, tapi kalau kamu merasa penasaran maka aku akan memberitahumu. Aku ingin mahar sederhana yaitu om kesayangan Fahri Alvero."

Begitu mendengar perkataan dari Livia yang menyebutkan tentang pria lain di depannya itu membuat Abi hanya bisa berkali-kali mencoba beristighfar di dalam hati agar dirinya bisa selalu bersabar.

Kenapa rasanya sangat aneh saat mendengar nona muda menyebut nama pria lain di saat kami akan menikah, astagfirullah.. perasaan apa ini? bukankah seharusnya aku menyadari bahwa nona muda angkuh ini mencintai pria lain? dan dia memang hanya menganggap pernikahan ini yang akan terjadi besok hari adalah sebuah sandiwara? tapi kenapa aku merasa kecewa? sepertinya ada yang salah dengan diriku ini.

"ternyata kamu benar-benar sangat mencintai pria itu nona muda, sepertinya kamu harus berdoa dengan tulus kepada Tuhan agar mengabulkan semua keinginanmu yang sangat sangat ingin bersatu dengan om kesayangan yang bernama Fahri Alvero itu. Jadi kamu tetap tidak akan menceritakan tentang perihal pria yang kamu cintai itu kepadaku?"

Livia refleks memijat pelipisnya itu, kemudian dirinya bangkit dari kursi dan menetap pria yang berada di depannya itu.

"tidak akan pernah, karena ini adalah sebuah rahasiaku. Aku tidak akan pernah menceritakan tentang perihal hidupku pada orang lain apalagi kepadamu pria yang baru aku kenal. Ayo, kita harus segera membeli cincin kawin!"

"baiklah nona, mungkin aku harus sebisa mungkin bersabar sampai kamu mau berbagi keluh kesahmu itu. Tidak masalah kamu tidak mau menceritakannya padaku, jadi mungkin kamu sekarang memang belum siap saja."

Abi mulai bangkit dari kursi duduk dan mulai mengikuti langkah kaki jenjang putih yang terlihat sangat seksi itu, karena merasa sangat terganggu dengan pemandangan yang ada di depannya yang menampilkan tubuh seksi dengan kaki jenjang mulus tersebut membuat Abi merasa risih karena Livia memakai gaun pendek yang menampilkan pahanya yang terekspose dengan sangat jelas dan berhasil membuat pandangan semua lelaki yang melintas itu menatapnya.

"Nona muda Livia."

Livia yang berjalan di depan refleks langsung menghentikan langkahnya dan berbalik badan menoleh kearah pria yang baru saja memanggilnya itu.

"ada apalagi? jangan buat aku merasa ilfeel padamu ya!"

Abi tidak menanggapi rungutan dari wanita yang sudah menekuk wajahnya itu saat memanggilnya. Ia kini melepaskan jas yang dipakainya itu kemudian berjalan mendekati wanita yang saat ini tengah mengerutkan keningnya saat melihatnya.

"pakaianmu terlalu pendek, makanya banyak laki-laki yang dari tadi menatapmu!"

Abi mengikat jas yang sudah dilepaskannya itu lalu mengikatnya ke pinggang ramping Livia sehingga paha yang terekspose itu sudah tertutupi.

Jarak yang begitu dekat antara dirinya dan pria yang tengah meningkatkan jas di pinggangnya itu membuat Livia tiba-tiba merasa aneh dan grogi saat menatap Abi menundukkan kepalanya karena mengikat jas itu di pinggangnya.

Isshh, apa-apaan sih pria miskin ini! memangnya dia tidak pernah melihat wanita berpakaian seksi apa? tentu saja semua laki-laki akan memandangku karena sudah pasti mereka sangat mengagumi kecantikan ku dan juga tubuhku yang seksi ini.

Abi yang dari tadi menundukkan kepalanya langsung mendongak menatap wajah cantik wanita yang berjarak hanya beberapa senti saja di depannya itu, tentu saja keduanya kini terlihat sama-sama saling bersitatap dan keduanya terlihat saling mengamati pahatan sempurna masing-masing dirinya dan bergumam dalam hati.

"kamu memang sangat cantik nona muda, tapi sayang kamu sangat angkuh." gumam Abi.

Suara detak jantung dari keduanya pun sama-sama saling bersahutan untuk beberapa saat keduanya tidak berkedip saat saling mengamati, Livia yang tersadar lebih dulu langsung memalingkan wajahnya nya untuk membuang muka ke segala arah. Suara teriakan pun mulai terdengar jelas memekakkan telinga.

"menjauhlah dariku! Kamu sengaja kan mau mencuri-curi kesempatan?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!