Bab 19

Livia menatap tajam ke arah Abi, perkataan bernada vulgar dari pria yang berada di depannya itu membuatnya menjadi murka.

"Apa kamu bilang?!! apa kamu pikir setelah kita menikah akan ada yang berubah diantara hubungan kita? jangan pernah bermimpi karena semua itu tidak akan pernah terjadi, ini hanyalah sebuah pernikahan palsu! karena meski kita sudah sah menjadi pasangan suami istri besok tidak akan ada yang berubah diantara kita." ujarnya Livia.

"Dan satu hal yang harus kamu ingat, kamu hanyalah pria yang aku bayar untuk bekerja denganku! Aku sudah membayarmu dimuka, jadi kamu harus bekerja dengan baik! jadi jangan berpikir bahwa kamu bisa menyetor ku walau itu hanya seujung kuku sekalipun apa kamu mengerti dengan apa yang aku katakan?" sambungnya.

Abi hanya tersenyum tipis menanggapi kemarahan dari sang nona muda itu yang menatapnya dengan tatapan membunuh.

"aku mengerti nona muda Livia, tapi apa aku boleh mengatakan sesuatu kepadamu?"

Livia mengernyitkan keningnya. "memangnya apa yang ingin kamu katakan?"

"apa kamu mengerti apa arti dari sebuah pernikahan?"

"tentu saja aku sangat mengerti dan juga tahu tapi aku tidak menganggap besok adalah sebuah pernikahan karena itu hanyalah sebuah perjanjian yang sama-sama akan menguntungkan kita, kamu merasa untung karena ayahmu bisa selamat dan kamu tidak perlu bersusah payah memikirkan uang untuk biaya perawatan ayahmu itu."

"begitupun juga denganku, aku merasa sangat diuntungkan juga karena bisa bebas dari perjodohan yang akan dilakukan oleh orang tuaku, jadi yang kita lakukan ini hanyalah sebuah sandiwara, nampaknya aku harus mengingatkanmu berkali-kali agar kamu tidak lupa diri dan kelewat batas." sambungnya.

"akan tetapi, besok aku akan melakukan akad nikah dengan seorang ayah dari wanita yang akan aku nikahi, dan arti dari akad itu sendiri adalah sebuah perjanjian, bukan hanya di hadapan orang tua dan saksi saja, tapi aku telah berjanji kepada Allah untuk membina keluargaku, memantapkan hati untuk membimbing, menafkahi, dan memberikan arahan yang baik serta menjaga istri dan keturunanku." ujarnya Abi.

"menikah merupakan salah satu sunnah nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, dalam Islam sendiri ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa hukum menikah adalah wajib dan sebagian lagi mengatakan mubah atau sunnah karena itulah pernikahan disebut sebagai suatu hal yang sakral, yang artinya setiap orang termasuk umat muslim tidak boleh menyepelekan dan main-main dengan pernikahan. " sambungnya.

"sebisa mungkin pernikahan ini dilakukan 1 kali dalam seumur hidup dan hal itulah yang dari dulu menjadi prinsip yang saya pegang teguh sampai sekarang nona muda Livia." sambungnya lagi.

Livia memijat pelipisnya begitu mendengar penjelasan panjang lebar dari pria yang membuatnya merasa sangat emosi.

"sepertinya kamu sudah mulai melupakan perjanjian kita yang kita buat semalam, jadi aku akan membuatkan sebuah surat perjanjian diatas hitam putih agar kamu tidak mangkir, kamu tidak perlu menjelaskan tentang semua hal tentang pernikahan padaku, karena aku sangat tahu itu tanpa kamu harus menjelaskannya, karena aku bukan anak SD yang tidak paham akan hal itu!"

"anggap saja kita hanya sedang syuting film besok, karena memang semuanya hanyalah sebuah sandiwara, kamu tenang saja kamu jangan memikirkan tentang hal yang muluk-muluk kamu juga tidak akan berdosa karena kamu melakukan sandiwara pernikahan ini hanya untuk menyelamatkan ayahmu itu." sambungnya Livia.

"begitupun juga denganku. Aku merasa kalau yang aku lakukan ini tidak salah karena bukankah kita harus menikah dengan orang yang kita cintai? agar bisa seperti yang kamu katakan itu yakni menikah satu kali seumur hidup, karena menurutku jika kita dipaksa menikah dengan dasar perjodohan, yang ada malah rumah tangga kita akan hancur karena merasa tidak ada sebuah kecocokan." sambungnya Livia lagi.

Abi menggelengkan kepalanya. "belum tentu juga nona muda Livia, karena setahu saya banyak orang yang menikah atas dasar perjodohan, tapi bisa bahagia dan mempunyai banyak keturunan, jadi dengan selalu mendoktrin pikiran nona dengan sebuah kegagalan dan tidak bahagia saat menikah dengan pria yang akan dijodohkan denganmu itu."

"jadi kamu menyuruhku untuk menerima perjodohan ini dengan laki-laki yang sok kegantengan itu? astaga, jika aku menikah dengan si Aldi itu, mungkin aku setiap hari akan mual dan muntah melihat tingkahnya, bukannya bahagia yang ada aku malah akan stroke karena setiap hari merasa stress, dan aku tidak mau itu terjadi karena aku masih sayang dengan nyawaku ini."

"aku pun akan menikah dengan om kesayangan yang sangat aku cintai dan aku akan tetap bersabar menunggu masa itu tiba, jadi kita akan mengakhiri perjanjian kita sendiri dan aku yang akan mengakhirinya sendiri, karena hanya aku yang tahu kapan kita mengakhiri semua sandiwara pernikahan ini." sambungnya.

Livia menghempaskan tubuhnya di atas kursi yang berada di sebuah coffee shop, kakinya kini yang merasa pegal karena dari tadi terlalu lama berdiri di depan lift karena berdebat dengan pria yang sudah duduk di hadapannya itu.

"baiklah nona, aku akan mengikuti kemana takdir akan membawaku. Akan tetapi, aku akan berusaha menjadi sosok suami yang baik meskipun nona muda Livia hanya menganggap pernikahan ini adalah sebuah sandiwara."

"terserah kamu saja, yang penting 1 hal yang harus kamu camkan baik-baik jangan sampai kamu menyentuhku! jika sampai kamu melakukannya, maka aku tidak akan segan-segan menghabisimu. karena pasti Papa dan Mama pasti akan menyuruh kamu tinggal di Mansion, dan tentu saja setelah kita besok menikah, kita akan tinggal dalam satu kamar yang sama."

"Karena itu juga aku ingin mengatakan peraturan yang harus kamu patuhi disaat kamu tinggal dikamarku."

Abi mengerutkan keningnya, netra pekatnya kini dari tadi menatapnya dengan intens wajah cantik wanita yang dari tadi menekuk wajahnya dan bersungut-sungut.

" peraturan? emangnya peraturan apa yang akan kamu buat di saat kita berada di dalam satu kamar yang sama? "

"Peraturan pertama adalah kamu harus tidur di sofa, yang kedua kamu harus membawa baju ganti di dalam kamar mandi, karena aku tidak ingin melihatmu berjalan keluar dari kamar mandi dalam keadaan tidak memakai pakaian. Sepertinya untuk sementara waktu cuma itu saja, nanti akan aku tambahkan jika aku menemukan hal lain yang perlu kamu lakukan!"

Setelah berbicara panjang lebar, Livia yang merasa haus langsung menyeruput secangkir espresso yang tadi dipesannya, kemudian ia menatap kearah pria yang juga tengah menikmati minumannya, yakni hanyalah teh hangat.

"kamu tidak minum kopi? jadi kamu sudah paham apa yang aku katakan padamu barusan?"

Abi yang sudah menaruh gelasnya itu di atas meja, dia kemudian menatap ke arah wanita yang saat ini tengah menatapnya.

"tentu saja aku sangat mengerti nona muda Livia, aku akan mengikuti semua yang kamu katakan, ada satu hal yang ingin aku tanyakan padamu, apa yang kamu inginkan sebagai mas kawin? karena aku akan menggunakan uangku sendiri sebagai mas kawin."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!