"tentu saja aku belum pernah berciuman dengan om kesayanganku karena.... "
"Aiissshhhh.. kenapa aku jadi bodoh Dengan mengatakan tentang masalah pribadiku? jangan pernah ikut campur atau banyak bertanya mengenai tentang hidupku Abi! karena aku sangat tidak menyukai orang yang mencampuri masalah pribadiku, jadi jangan ulangi kesalahan mu dengan banyak bertanya ketika kamu masih ingin hidup dengan tenang. " sambungnya.
Abi yang dari tadi sibuk dengan berbagai macam pikiran yang memenuhi otaknya, membuatnya tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara dari Livia yang sangat memekakkan telinganya.
"maafkan aku nona jika pertanyaan dari ku membuatmu merasa tidak nyaman, akan tetapi bukan maksudku untuk mencampuri urusan pribadi nona, tapi karena tadi anda sendirilah yang membahas tentang masalah berciuman bukan?"
"bukankah tadi kamu bertanya padaku? dan aku refleks keceplosan ingin tahu juga hal yang serupa, jika rasa ingin tahuku membuat kamu merasa tidak nyaman maka maafkan aku ya? namun karena tadi aku merasa sangat penasaran makanya aku bertanya padamu bukan untuk bermaksud apa-apa sebenarnya, hanya ingin membuat kamu menceritakan semua keluh kesah yang selama ini kamu rasakan." sambungnya.
"karena aku bisa melihatnya sendiri, sepertinya kamu mempunyai sebuah masalah yang besar dan menyangkut tentang Om kesayanganmu itu. Sepertinya kamu selama ini tengah memendam sebuah kesedihan yang kamu kubur di dasar hati kamu, aku juga tidak akan merasa keberatan untuk menjadi pendengar jika kamu sewaktu-waktu ingin bercerita." sambungnya lagi.
Degghhh
Mendengar perkataan dari pria yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan yaitu, membuat Olivia untuk beberapa saat terdiam sejenak membisu. Seolah dirinya saat ini tengah mempertimbangkan perkataan dari pria yang baru saja dikenalnya tersebut.
*Sepertinya dia bisa menjadi tempat untuk menceritakan rahasiaku ini, karena dia laki-laki sepertinya bisa dipercaya, sebenarnya aku pun ingin mempunyai teman curhat, tapi aku tidak percaya dengan semua teman-temanku. Aku tahu mereka mendekatiku karena memilikinya terselubung, dan bisa saja sewaktu-waktu mereka membuka rahasiaku.
Akan tetapi berbeda dengan pria ini, dia akan menuruti semua perintahku karena dia akan membalas Budi semua kebaikanku, sepertinya dia adalah tipe laki-laki yang tahu diri dan tidak akan melawan ku, karena yang dipikirkannya adalah ayahnya karena itulah dia langsung menuruti semua perintahku dan langsung memutuskan hubungan dengan calon istri aslinya*.
Abi yang melihat wanita yang ada di depannya itu terlihat tengah melamun dengan tatapan kosong, membuatnya menggerakkan tangan kanannya di depan wajah Livia.
"nona, nona muda Livia?"
Livia refleks tersadar dari lamunannya itu saat mendengar suara bariton dari pria yang saat ini tengah menatapnya.
Netra pekatnya seketika itu bersibobrok dengan netra pekat pria yang berada di depannya itu, tanpa berkedip keduanya sama-sama saling menatap dan saling mengamati pahatan sempurna dari masing-masing mereka. Tanpa ada yang bersuara, seolah keduanya saat ini tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Pria ini sebenarnya lumayan juga, lesung pipinya juga tidak dimiliki oleh pria lain dan juga semakin membuatnya terlihat manis. Aaarrrhhhh.. dasar bodoh kamu Livia, buat apa kamu muji-muji pria ini? bahkan dia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan om kesayanganmu itu, akan tetapi kapan kamu bisa bersatu dengan pria yang kamu cintai?
Sementara itu di sisi lain, Abi yang masih menatap wajah cantik wanita yang akan dinikahinya itu pun hanya bisa mengungkapkan kekagumannya di dalam hati.
Sebenarnya Anda sangat cantik nona muda Livia, dan wanita secantik anda akan menjadi istriku? apa yang akan terjadi kedepannya aku juga tidak tahu, apa aku akan bisa kembali bersatu dengan Bella dan bercerai dengan anda seperti yang selalu anda katakan? ataukah malah sebaliknya, bagaimanapun juga aku akan mempertahankan rumah tangga ini dan berusaha menjadi seorang suami yang baik serta membimbingmu menjadi seorang istri yang berbakti kepada suami, hanya Tuhan yang tahu semuanya, dan aku akan mengikuti kemana arus akan membawaku.
Saat keduanya mulai tersadar dengan perbuatan mereka yang saat ini saling menatap dengan penuh kekaguman membuat Livia memalingkan wajahnya dan menetralkan suaranya dengan berdehem.
"Ehem, jangan sok akrab denganku! Aku bukanlah tipe orang yang gampang percaya pada orang lain, apalagi pada orang yang baru aku temui seperti kamu."
Sementara itu Abi yang masih terus menatap dengan intens wajah cantik wanita yang berada di depannya itu hanya tersenyum tipis menanggapi penolakan dari Livia.
"aku mengerti nona. Aku pun tidak akan pernah memaksamu untuk mempercayaiku. Namun satu hal yang perlu kamu tahu, bahwa aku akan selalu siap dan kapan saja jika kamu butuh pendengar aku akan selalu ada, karena aku adalah tipe pendengar yang baik dan bisa menjaga rahasia."
"sudah aku bilang, kalau aku tidak butuh pendengar!"
Karena dari tadi sibuk berbicara dengan Abi, membuat Livia tidak menyadari bahwa lift yang di belakangnya nya sudah beberapa kali terbuka dan sudah banyak orang yang keluar masuk dari life itu. Tentu saja karena posisinya yang saat ini memunggungi pintu lift, dan disaat yang bersamaan pintu lift terbuka, tampak banyak orang berdasarkan dan langsung berhamburan keluar dari lift.
Dan tanpa disengaja ada seorang anak yang mendorong sang ibu ,hal itu membuat sang ibu yang terjatuh lalu menghantam ke arah Livia dan sontak saja tubuh Livia langsung terhuyung ke depan dan terjatuh ke dada bidang Abi.
Kejadian tiba-tiba yang sangat cepat itu membuat Abi pun seketika itu memeluk tubuh Livia yang sudah jatuh kedalam pelukannya.
Livia yang kini berada dalam dekapan pria yang jauh lebih tinggi darinya itu tentu saja bisa mendengar suara detak jantung yang sangat cepat dari Abi. Seperti hipnotis, Livia yang saat ini tengah berpegangan pada dada bidang Abi itu langsung mengarahkan telinganya untuk mendengarkan suara degup jantung yang memeluknya itu.
"kamu deg-degan ya? bahkan suara jantungmu pun berdebar sangat kencang seperti ini."
Abi yang memang sedang berdebar-debar berada di posisi yang sangat intim dengan seorang wanita untuk pertama kalinya itu membuatnya merasa sangat gugup apalagi wanita yang berada di depannya itu dengan sangat santainya mengarahkan tangannya ke dadanya.
*Astaghfirullah.. nona muda ini kenapa dia bisa sampai setenang ini memegang tubuh pria yang bukan muhrimnya? apa lagi dia mendekatkan wajahnya pada dadaku yang saat ini benar-benar sangat berdebar kencang, jantungku memang sedang berdebar-debar saat berada di posisi ini dengan seorang wanita, karena selama ini aku selalu menjaga jarak dengan semua wanita.
Bahkan aku dan Bella pun tidak pernah berada di posisi sedekat ini mungkin karena itulah hatiku bisa berdebar-debar seperti ini*.
Abi yang masih mengarahkan tangannya untuk memeluk punggung belakang Livia seketika itu melepaskan tangannya dan melangkah mundur beberapa langkah untuk menjauhi wanita yang dari tadi masih asyik mendengarkan debaran jantungnya itu.
"jangan seperti itu nona, ini tempat umum, akan sangat memalukan jika kamu menyentuh tubuhku seperti ini. Kamu bisa menyentuhnya sepuasmu saat kita sudah menikah besok! dan aku tidak akan bilang bukan muhrim lagi padamu karena saat kita menikah nanti, kita bebas melakukan apa saja tanpa merasa berdosa. "
Mendengar perkataan dari pria yang menghindarinya tersebut membuat Livia membulatkan kedua matanya begitu mendengar perkataan nabi yang bernada sedikit vulgar.
"A-apa kamu bilang??!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments