Livia menetap jengah ke arah Bella, tentu saja dirinya sangat tidak menyukai pertanyaan yang baru saja dilemparkan oleh calon istri dari pria yang dibayarnya itu.
Sedangkan Abi yang merasa sangat terkejut dengan perkataan tiba-tiba dari Bella refleks menatap wajah cantik yang sudah berubah sembab itu.
"ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan keadaan ayah Bella, jadi jangan berpikir yang macam-macam. Aku dan Livia sama-sama memiliki sebuah kecocokan dan memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius." ujarnya Abi.
"mas Abi, apa seorang pria yang Soleh sepertimu bisa berubah hanya gara-gara uang? apakah harta keluarga Widjaja yang membuatmu berubah buta dan langsung lupa diri seperti ini? sehingga memutuskan untuk menikah dengan nona muda yang baru kamu temui itu? karena ini benar-benar tidak masuk akal."
"Astaga.. aku sudah sangat muak mendengar keluhan mu itu Bella jangan semakin membuatku merasa emosi, jangan memancing kemarahan ku! aku sudah terlalu banyak bersabar tapi kamu benar-benar menguji kesabaran ku saat ini. Jika kamu merasa yakin Abi mencintaimu, maka tunggu saja dia! tunggu sampai dia benar-benar menikahimu. Namun jika kamu sudah lelah menunggunya, dia tetap tidak datang juga, maka menikahlah dengan pria lain!" ujarnya Livia.
"jika kamu sangat yakin bahwa Abi adalah jodohmu, maka tunggu saja dia! akan tetapi kenyataannya besok kami akan menikah, memang pada kenyataannya begitu kok jadi terima saja garis takdirmu ini." sambungnya.
"nona muda Livia, lepaskan calon suami saya! cari saja pihak yang lainnya! jangan calon suami saya, kenapa nona tidak punya hati? padahal kita sama-sama wanita, bagaimana bisa engkau menyakiti hati sesama wanita?"
Livia memijat pelipisnya, kepalanya mendadak menjadi pusing karena melihat tingkah laku dari wanita yang masih terisak itu.
" begini saja, anggap saja aku tidak punya hati, karena hatiku sekarang pun tidak ada ada di sini. "
Setelah mengucapkan kalimat ambigu, Livia melangkahkan kakinya yang jenjang untuk memasuki area Mall, dengan posisi tangan yang masih memegangi pergelangan tangan Abi, dirinya menarik tangan pria tersebut agar segera mengikutinya dan mulai berjalan meninggalkan Bella.
Abi tidak bisa menolak perbuatan dari nona muda Livia yang sudah membuatnya melangkah pergi meninggalkan wanita yang saat ini menatapnya dengan tatapan iba.
Maafkan aku dek Bella, semoga kamu bahagia, meskipun kita tidak berjodoh, aku akan tetap selalu berdoa untuk kebahagiaanmu.
Livia terus menarik tangan Abi untuk menuju ke arah lift yang akan membawanya ke lantai 4 di mana stand perhiasan berada.
Abi yang masih belum bisa mengontrol perasaan bersalahnya pada wanita yang sangat berarti di hatinya itu, seolah melupakan semua prinsip dalam hidupnya selama ini. Bahwa dirinya tidak pernah bersentuhan fisik dengan seorang wanita, bahkan meskipun dirinya sudah lama menjalin hubungan dengan bela dirinya tidak pernah berpegangan tangan sekalipun.
Karena dirinya sangat menghormati wanita yang berarti di hatinya, karena itulah ia merasa sangat terpukul melihat wanita yang dicintainya itu menangis dan terluka karena perbuatannya sendiri.
Livia mengamati sosok pria yang berada di sebelahnya itu yang wajahnya sudah terlihat penuh dengan kesedihan.
"sudah, jangan terlalu berlebihan seperti itu! nanti setelah kita resmi bercerai, kamu juga bisa menikahi calon istri aslimu itu!"
Abi yang mendengar perkataan dari wanita yang saat ini dengan santainya berbicara seolah tak berdosa itu hanya mampu beristigfar di dalam hati agar tidak merasa kesal pada wanita yang akan menjadi calon istrinya tersebut.
astagfirullah.. Jadikan Aku seorang suami yang sabar ya Allah, agar aku tidak dikuasai nafsu syaiton, karena merasa akan marah-marah pada wanita yang banyak membutuhkan bimbingan ini, semoga aku bisa mengubah wanita ini yang akan aku nikahi menjadi seorang istri yang sholehah. Amin ya robbal alamin.
"nona muda Livia, sebaiknya jangan membahas sebuah perceraian dengan semudah itu. Bahkan kita belum menikah tapi anda sudah membicarakan tentang perceraian. Bukankah itu sungguh suatu hal yang tidak pantas dibicarakan? apa lagi sekarang kita sedang berada di tempat umum seperti ini."
"jangan sampai ada yang mendengar perkataan dari nona! bukankah itu akan sangat berdampak buruk pada citra nona dan juga keluarga Wijaya? kalau saya sih hanya orang biasa dan tidak akan pernah menjadi masalah, jadi tolong anda berhati-hati dalam bertutur kata." sambungnya.
"Oh ya satu lagi, apakah anda akan terus meninggal tangan saya seperti ini?" lanjutnya lagi.
Abi mengerahkan dagunya untuk menunjuk ke arah tangan wanita yang masih menggenggam tangannya itu.
dia mengarahkan pandangannya menatap ke arah bawah, dimana tangannya masih memegang tangan pria yang berada di depannya itu, refleks dirinya langsung melepaskan tangannya begitu saja saat menyadari tingkah bodohnya itu.
"ups sorry, gara-gara aku tadi merasa sangat kesal dengan calon istrimu itu, sehingga membuat ku lupa diri. Jangan ke gr-an dulu ya! karena aku tidak sadar masih memegang tanganmu yang suci ini! jadi tanganmu ini belum pernah memegang seorang wanita?"
"tunggu, jika kamu belum pernah memegang seorang wanita, berarti kamu juga belum pernah merasakan rasanya berciuman dong? wah hebat, kamu memang benar-benar pria yang langka!" sambungnya.
Setelah mengungkapkan apa yang ada dipikirannya, Livia mengarahkan 2 jempolnya pada Abi.
Sementara itu Abi hanya bisa geleng-geleng kepala menanggapi perkataan dari nona muda yang akan menjadi istrinya itu.
"saya memang belum pernah memegang seorang wanita, nona muda Livia. Akan tetapi, hari ini ada dua wanita yang memegang tangan saya, dan itu adalah Bella dan anda sendiri. "
" sungguh sangat luar biasa! "
Livia refleks bertepuk tangan seraya menatap Abi.
"aku salut sama kamu Abi, aku panggil nama kamu saja ya? karena kalau aku memanggilmu pria miskin dan bodoh, itu sepertinya terlalu panjang."
"terserah anda saja nonamuda, tapi ada baiknya anda menghormati orang yang lebih tua dari anda, karena saya lebih tua dari Anda dan ada baiknya pula Anda memanggil saya mas atau Abang, bukankah itu terdengar lebih baik?"
Mendengar jawaban dari Abi, refleks membuat Livia tertawa terbahak-bahak.
"astaga, apa kamu bilang tadi? aku harus memanggilmu mas atau Abang? Ya ampun kuno sekali, bahkan telingaku sangat sakit mendengar nama panggilan kampungan itu, Aku tidak akan menuruti permintaan konyolmu itu!"
"lebih baik kita panggil aku kamu saja, karena kan lebih enak didengar. Oh ya ternyata Bella beruntung sekali nanti jika beneran menikah denganmu, karena kamu belum pernah berciuman, berarti istrimu akan menjadi ciuman pertamamu bukan?" sambungnya.
"di zaman sekarang ini, mana ada pria sepertimu? yang ada malah mereka semua sudah tidak terhitung jumlahnya main cium sana-sini." ujarnya kemudian.
"berarti secara tidak langsung, Anda ini sekarang sedang memujiku nona muda? kalau anda sendiri bagaimana? apa Anda juga sering berciuman dengan om kesayangan anda?" tanyanya Abi.
Livia membulatkan kedua matanya itu. "Kamu pikir aku wanita murahan apa? tentu saja aku belum pernah berciuman dengan om kesayangan ku karena..... "
Abi menatap ke arah wajah Livia yang berubah ragu itu dan tidak melanjutkan perkataannya.
Jadi Nona muda Livia adalah seorang wanita yang baik? karena dia belum pernah berciuman seperti para pasangan kekasih zaman sekarang. Olivia Leonita Wijaya ternyata adalah seorang wanita yang sungguh sangat luar biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
anggita
bella,, abi,, livia,,😓🤔
2021-10-22
0