"apa mas, kamu mau menikah? kamu mau menikah dengan nona muda dari keluarga Wijaya?"
Bella menggelengkan kepalanya, "nggak mas Abi, ini pasti hanyalah sebuah kebohongan, kamu sedang berpura-pura bukan? tidak mungkin, semua ini hanyalah sebuah kebohongan yang kamu rencanakan bukan? ada apa mas? apa yang sedang terjadi? coba katakan padaku yang sebenarnya!"
Bella saat ini benar-benar terlihat sangat gugup dan gelisah, bahkan suaranya yang gemetar terdengar jelas saat dirinya mulai bersuara.
Sementara itu Abi yang merasa sama sekali tidak tega melihat raut wajah penuh kekecewaan dan kesedihan yang terpancar nyata di wajah cantik wanita yang sudah lama menempati tempat dalam hatinya itu hanya bisa terdiam karena ikut merasakan kesedihan oleh Bella.
"Dek Bella, aku benar-benar minta maaf sama kamu sangat cantik dan pasti dengan sangat mudah mendapatkan laki-laki lebih baik dari aku dek, aku bukan pria yang baik untukmu, maafkan aku karena telah memutuskan hubungan ini seenaknya." ujarnya Abi.
"nggak mas, ini salah. Mas Abi adalah laki-laki paling baik dan paling sempurna yang pernah aku kenal, karena tidak ada pria lain yang lebih baik dari mas Abi. Aku tahu mas Abi laki-laki yang sangat baik, taat beribadah dan akan menjadi calon imam yang baik untukku. Aku sangat yakin itu mas."
Bella beralih menatap kearah wanita yang tadi dipujinya habis-habisan itu, tatapan mata yang awalnya penuh dengan kekaguman itu berubah menjadi tatapan mata penuh kebencian.
"tolong jelaskan apa maksud semua ini anak muda? apa maksud Anda tiba-tiba datang dan meminta calon suami saya untuk menikahi anda? anda adalah seorang wanita yang sangat cantik, memiliki karir yang sukses dan juga berasal dari keluarga berada, apa maksud Anda meminta seorang pria biasa yang bahkan telah memiliki seorang kekasih?"
"Anda bisa mendapatkan pria manapun sesuka hati anda jika anda mau, jadi tolong jauhi calon suami saya nona muda! saya mohon pada anda!"
Bella menyatukan kedua tangannya didepan wanita yang masih diam membisu dengan wajah datarnya itu.
lifia mulai mengamati raut wajahnya sudah berubah penuh dengan kekecewaan itu, kemudian beralih menatap kearah pria yang berada di sebelahnya.
"sorry Bella, sepertinya aku tidak bisa menuruti permintaan mu, karena aku pun hanya menginginkan Abi untuk menjadi suamiku ini, kamu memang benar, aku memang bisa mendapatkan semua laki-laki yang aku inginkan tetapi aku tidak menginginkan pria lain selain Abi, jadi lebih baik kamu mundur dan sadar diri! sadarlah, pria ini sudah tidak menginginkanmu lagi." ujarnya Livia.
"jadi, aku harap kamu bisa mengerti dan bisa menerima kenyataan bahwa pria yang kamu suka ini sudah tidak menginginkanmu lagi, kamu tahu sendiri kan alasannya? jadi aku tidak perlu menjelaskannya padamu dengan? atau perlu aku belikan kamu sebuah cermin yang besar untuk kamu bercermin?" sambungnya.
"apa Anda ingin mengatakan bahwa aku ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan anda nona muda?"
"nah, itu kamu pintar."
"aku memang sadar kalau aku memang tidak sebanding dengan seorang nona muda dari keluarga Widjaja, tapi aku sangat yakin kalau pria yang aku cintai ini ini masih sangatlah mencintaiku, karena cinta tidak akan semudah itu hilang dari hati mas Abi."
Bella menatap ke arah pria yang saat ini tengah terdiam membisu dan sama sekali tidak mencoba menghiburnya, tangannya beralih memegang pergelangan tangan dari pria yang sangat dicintainya itu.
"mas Abi aku sangat percaya padamu mas, aku sangat yakin bahwa mas Abi masih sangat mencintaiku, jadi jangan mencoba untuk membohongiku! ayo kita pergi dari sini mas, kita bicara berdua! Aku akan mendengarkan langsung penjelasan dari kamu."
Abi hanya menggelengkan kepalanya dan mencoba dengan lembut melepaskan tangannya dari genggaman bela yang sudah menarik tangannya untuk berjalan meninggalkan Livia.
"dek Bella, jangan begini! ini salah, kita bukan muhrim, jadi tolong lepaskan tanganmu ini!"
Bella sama sekali tidak memperdulikan penolakan dari pria yang sangat dicintainya itu.
"aku tidak peduli mas, kamu menolak aku menyentuhmu seperti ini. Akan tetapi, tadi kamu sama sekali tidak menolak saat nona muda Livia menepuk bahumu berkali-kali tadi, kenapa kamu bisa berubah begini sih mas? hiks.. hikss.. hiksss"
"aku seperti tidak mengenalmu lagi mas Abi, apa benar yang ada dihadapanku ini kamu? sebenarnya ada apa ini? kenapa semua ini terjadi padaku Tuhan? kenapa Tuhan memberikan sebuah ujian berat pada cintaku. Hiks.. hikss.. hikssss" sambungnya.
Abi berniat menenangkan wanita yang dicintainya itu dan juga berniat menghapus air mata yang menghiasi wajah cantik itu, namun saat dirinya akan melakukannya suara dari Livia yang membuatnya mengurungkan niatnya itu.
"sayang, kita harus segera membeli cincin kawin untuk acara akad nikah kita besok. Papa baru saja mengirimkan uang ke rekeningku."
Livia mulai menunjukkan ponselnya dimana di sana ada sebuah pesan masuk uang sudah masuk ke rekening miliknya itu.
"ayo kita pergi dari sini!"
Livia menggandeng tangan Abi dan mengajaknya untuk segera masuk ke dalam Mall.
Abi mengarahkan pandangannya untuk menatap kearah tangan Livia yang menggandengnya, dirinya berniat untuk mengatakan sesuatu.
"Livia, tidak perlu memegang tanganku seperti ini, kita bu.."
Livia yang dari tadi sudah sangat merasa kesal dan bosan melihat drama yang ada di depannya itu kini sudah tidak bisa menahan diri lagi, kemudian dirinya langsung memotong perkataan dari pria yang dirinya tahu akan berbicara apa.
"kita memang bukan muhrim, tapi beberapa jam ke depan kita akan menikah dan aku bebas berbuat apa saja karena kamu akan menjadi suamiku, ayo kita pergi! aku sangat tidak suka kamu terlalu banyak bicara dengan wanita lain karena aku adalah calon istrimu sekarang!"
Setelah mengomel pada pria yang masih ingat digandengnya itu, Livia menatap wanita yang terlihat sudah berubah sebab wajahnya karena efek menangis tersedu-sedu.
"Bella, jengan terlalu berlebihan dalam menyikapi semua ini karena suatu saat nanti kamu pasti akan menemukan sebuah kebahagiaan, akan tetapi untuk sementara ini kamu harus menerima kenyataan pahit ini. Aku tidak akan meminta maaf berkali-kali padamu, bahkan di sini aku sama sekali tidak merasa bersalah tapi takdir Tuhan lah yang membuat kita bertiga ada di posisi seperti sekarang ini." ujarnya Livia.
"jika kamu percaya pada Tuhan maka kamu tidak akan menangis berlebihan seperti ini. Anggap saja semua ini adalah cobaan untukmu, astaga.. kenapa sekarang aku malah berubah menjadi sok bijak dengan menasehatimu. Oke baiklah, jaga dirimu baik-baik, kau ingat ingat pesanku ini, suatu saat nanti kamu pasti akan menemukan suatu kebahagiaan yang kamu cari."
"ayu sayang, kita pergi! "
Livia beralih menatap kearah pria yang saat ini tengah terdiam membisu saat menatap wanita yang masih terisak itu.
" cepat sayang! bukankah kamu harus kembali ke rumah sakit? "
Abi refleks menganggukkan kepalanya begitu teringat dengan kondisi sang ayah yang berada di rumah sakit.
"baiklah, ayo kita pergi! Bella Mama jaga dirimu baik-baik ya."
Bellaa menggelengkan kepalanya. "nggak mas Abi, jangan pergi! tunggu, siapa yang berada di rumah sakit?"
"ayah semalam kecelakaan dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit Wijaya. "jawab Abi.
"apa ini alasan kamu menikah dengan nona muda Livia? "
Livia seketika itu menoleh kearah wanita yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan menelisik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments