Bab 14

Abi seketika itu menyunggingkan senyumannya begitu mendengar keputusan dari sang nona muda yang berubah pikiran.

"terima kasih nona."

"tidak perlu berterima kasih, karena aku melakukan semua ini juga demi diriku sendiri. Aku harus mengawasimu secara langsung, agar kami tidak membutuhkan rahasia ini kepada calon istri aslimu itu. Kamu tunggu disini, aku akan mengambil tasku sebentar!"

Abi hanya menganggukkan kepalanya dan menatap kearah wanita yang sudah berjalan masuk kedalam Mansion.

Sementara itu di dalam Mansion, Brawijaya dan Gisel yang dari tadi mengamati interaksi dari putrinya itu dari balik jendela kaca langsung berjalan ke arah sofa dan berpura-pura tidak tahu lalu membaca koran dan majalah saat melihat putrinya masuk ke dalam Mansion.

"sepertinya Livia akan pergi bersama pria yang dibayarnya itu untuk menjadi kekasih pura-puranya." ucap Gisel pada pria yang berada di sebelahnya.

"biarkan saja mereka pergi, anggap saja itu untuk pendekatan mereka sebelum menikah."

Brawijaya langsung berhenti berbicara ketika melihat siluet putri kesayangannya itu.

Livia melihat kearah kedua orang tuanya yang tengah sibuk membaca, kemudian dirinya berjalan menghampiri dua orang yang disayanginya tersebut.

"Pa,ma, Aku mau pergi sebentar dengan Abi. Ada urusan yang harus kami selesaikan!"

Brawijaya dan Gisel seketika itu meletakkan koran dan majalah yang dibacanya, dan menatap kearah putrinya itu.

"Baiklah sayang, pergilah! oh ya, sekalian ya kamu aja Abi untuk pergi membeli cincin kawin untuk acara pernikahan mu besok. Karena Papa dan Mama tidak tahu kurang jadi kalian jadi akan lebih baik jika kalian dengan dirinya sendiri."

"Iya ma, nanti aku makan pergi ke toko perhiasan sekalian."

"Nanti uangnya akan Papa transfer jadi kalian tidak perlu memakai uang pribadi kalian. Karena Papa ingin membiayai semua biaya pernikahan kalian."

"terserah papa saja, aku akan mengikuti kemauan Papa dan Mama. Bukankah aku ini sama sekali tidak berhak atas hidupku ini?"

Setelah mengungkapkan kalimat pedasnya, Livia mulai berjalan meninggalkan orang tuanya menaiki anak tangga menuju ke kamarnya untuk mengambil tasnya itu.

Sedangkan Brawijaya dan Gisel saling bertatap dan sama-sama geleng-geleng kepala melihat tingkah laku putrinya itu.

"lihatlah putrimu, gen darimu 100% menurun padanya. Dan apa yang aku takutkan dari dulu ya seperti ini, Livia tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat angkuh. Apalagi dia itu terlalu lama tinggal di Amerika, itu semua juga karena kamu yang selalu memanjakan dan menuruti semua keinginan nya, sayang." ujarnya Brawijaya

"sebenarnya dulu aku sangat tidak setuju saat Livia ingin kuliah di Amerika, karena tidak ada yang menasehatinya jika terlalu lama tinggal di luar negeri. Lagipula dia malah semakin dekat dengan Fahri karena berada di negara yang sama, karena itulah Livia semakin tergila-gila pada Fahri dan tidak memperdulikan akan status Fahri."

Brawijaya sama sekali tidak merasa marah saat melihat istrinya yang memarahinya.

"aku sama sekali tidak tega untuk menolak keinginan dari Livia yang ingin menjadi dokter spesialis tulang terbaik, cinta. Kamu tahu sendiri kan kalau putri kesayangan kita ini bercita-cita ingin menjadi seorang dokter Podiatris karena mengingat saat dirinya dulu masih kecil hampir cacat permanen karena kecelakaan itu." ucap Brawijaya.

"bukankah niat baiknya untuk bisa menyembuhkan orang-orang yang mengalami kelainan tulang adalah niatnya mulia dan harus kita dukung? alasan itulah yang membuat aku menuruti semua keinginannya itu. Akan tetapi, Aku sama sekali tidak pernah menyangka kalau pada akhirnya Livia semakin terobsesi pada Fahri." sambungnya.

"sama sekali tidak pernah terpikirkan olehku bahwa Livia akan tergila-gila pada mantan kekasihmu itu. Mungkin karena kesalahan yang aku perbuat di masa lalu dulu karena sudah merebutmu dari pria sebaik Fahri, makanya sekarang putrikulah yang menanggung akibat dari kesalahanku dulu." ujarnya lagi.

Gisel menggelengkan kepalanya. "sudahlah, tidak perlu membahasnya lagi. Semua itu adalah masa lalu, sekarang kita pikirkan saja cara untuk membuat Livia dan Abi bisa sama-sama saling jatuh cinta setelah menikah. Aku sangat berharap pria sholeh seperti Abi bisa merubah sifat buruk Livia dan membuatnya menjadi wanita yang berbakti kepada suaminya."

"Aku yakin dia adalah seorang pria yang baik yang bisa merubah putri kita. Untung saja semalam aku langsung menanyakan apa saja yang terjadi saat di rumah sakit kepada para pengawal yang menjaga Livia, makanya kita bisa tahu kalau Abi baru ditemui oleh Livia semalam."

"Dan Livia mengancam para pengawal agar tidak mengatakannya padaku, tapi para pengawal lebih sayang pada nyawa mereka sendiri, karena langsung berterus terang padaku. Ternyata IQ tinggi putrimu tidak bisa mengalahkan kecerdikan dari papanya."

Brawijaya dan Gisel mendengar suara langkah kaki dari Livia yang buru-buru menuruni anak tangga.

"Pa,ma, Aku pergi dulu ya!"

"hati-hati sayang." jawab Brawijaya dan Gisel bersamaan.

Livia menyunggingkan senyuman nya dan melambaikan tangannya pada orang tuanya dan berjalan terburu-buru untuk menemui pria yang masih menunggunya di depan area Mansion. Tidak sengaja dirinya mendengar percakapan pria yang saat ini tengah memunggunginya sedang menelpon.

"Halo assalamualaikum, apa kita bisa bertemu sekarang? ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu, akan tetapi sebelum itu, aku ingin meminta maaf dulu kepadamu. Aku akan menjelaskan semuanya nanti saat kita bertemu, kita bertemu di coffee shop yang ada di Wijaya Mall. Aku tunggu kamu di sana! Assalamualaikum"

Abi memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya dan dirinya seketika itu berbalik begitu mendengar suara dari wanita yang sudah berada di belakangnya itu.

"jadi kamu mengajak calon istri aslimu itu ke Wijaya Mall? cerdas juga kamu rupanya, bukankah kamu ingin menunjukkan kepadanya bahwa kamu akan menikah dengan putri dari pemilik Wijaya Mall? kebetulan sekali, aku juga akan membeli cincin kawin untuk pernikahan palsu kita besok. Papa tadi menyuruhku untuk membelinya." ujarnya Livia.

"sebenarnya aku malas sekali, karena ini hanya sebuah pernikahan palsu. Akan tetapi, aku tidak bisa menolak perintah dari Papa, semua ini aku lakukan agar Papa tidak merasa curiga padaku." sambungnya.

"baik nona, lebih baik kita menuruti semua perintah dari orang tua nona, karena menjadi anak yang berbakti adalah hal terbaik yang wajib kita lakukan. Apa kita bisa pergi sekarang?"

"tentu saja, aku ingin melihat seperti apa selera pria miskin sepertimu."

Livia berjalan ke arah mobil yang sudah siap dengan sang sopirnya itu, kemudian dirinya masuk ke dalam mobil.

Abi berniat masuk ke dalam mobil dan duduk disebelah nona muda tersebut, namun penolakan dari Livia dan mengarahkan tangannya untuk duduk di depan di sebelah sampai membuatnya menuruti perintah dari wanita tersebut.

"Kamu duduk di depan saja!"

"baik nona."

Mobil mewah tersebut mulai melaju meninggalkan Mansion keluarga Wijaya dan membelah kemacetan di daerah ibukota.

Suasana keheningan langsung tercipta di dalam mobil mewah tersebut, Livia dengan pikirannya yang saat ini tengah memikirkan pria yang masih sangat dicintainya itu.

Aku tidak akan membiarkan pria lain naik ke mobil pemberianmu om kesayanganku. Makanya Aku memakai mobil lain saat pergi dengan pria miskin ini.

Sedangkan Abi memikirkan bagaimana caranya mengatakan bahwa dirinya akan menikahi wanita lain tanpa harus menyakiti perasaan dari wanita yang sangat dicintainya itu.

Maafkan aku Bella, mungkin memang kita tidak berjodoh. Kita harus berpisah, aku berharap kamu menemukan pria yang bisa mencintaimu melebihi aku. Maafkan Aku.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 30 menit mobil mewah tersebut mulai memasuki area Wijaya Mall. Abi langsung turun dari mobil, begitupun juga dengan Livia yang sudah melangkah keluar setelah dibukakan pintu oleh sang sopir.

Livia menatap kearah Abi yang terlihat jelas bisa. "apa kamu saat ini merasa takut bertemu dengan calon istri asli mu itu?"

Abi hanya tersenyum tipis seraya menggelengkan kepalanya. "lebih tepatnya saya merasa menjadi orang yang jahat karena akan memutuskan hubungan dengan wanita yang sangat berarti dia bisanya nona muda."

"jika wanita itu benar-benar mencintaimu, dia pasti akan menunggumu. Jadi jangan khawatir, kamu pasti akan bersatu dengannya suatu saat nanti setelah kita mengakhiri pernikahan palsu kita. Jadi jangan pernah berpikir yang macam-macam, karena kamu hanya berpisah sementara dengan calon istri asli mu itu."

Setelah mengungkapkan kalimat seolah ingin menghibur pria yang ada di sebelahnya itu, refleks tangan Livia menepuk bahu Abi.

Abi menoleh ke arah wanita yang menepuk bahunya itu, dan seketika itu netra pekat nya langsung bersitatap dengan netral kecoklatan milik Livia. Untuk sesaat keduanya sama-sama saling bersitatap tanpa berkedip, seolah tengah mengamati pahatan sempurna dari diri masing-masing.

Livia yang tersadar dari ularnya itu yang menepuk bahu Abi seketika itu menurunkan tangannya nya dan terlihat langsung memalingkan wajahnya untuk membuang muka melihat ke segala arah.

"ups sorry, aku lupa kalau kamu adalah seorang pria yang sok suci yang tidak akan bersentuhan dengan seorang wanita dengan selalu mengatakan bukan muhrim. Aku jadi penasaran jika memang seperti itu itu berarti kamu tidak pernah bersentuhan fisik dengan calon istri asli mu itu bukan? aku sama sekali tidak pernah menyangka ada pria langka sepertimu."

"calon suami saya memang adalah seorang pria langka dan sangat luar biasa nona."

Abi dan Livia seketika itu menoleh ke arah sumber suara, dan melihat seorang wanita yang sudah berjalan mendekat ke arah mereka dengan tersenyum manis.

"Bella?"

Terpopuler

Comments

Ina Nuraeni

Ina Nuraeni

semangaat lanjutnya thor,,,

2021-10-01

0

Syakir Sulaiman

Syakir Sulaiman

lanjut..

2021-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!