"Papa dan Mama tidak percaya pada perkataanmu, sebelum kamu benar-benar menikah sayang! jadi buktikan pada Papa bahwa kamu sudah melupakan Om kesayangan mu itu dengan menikah!"
Brawijaya beralih menatap kearah Abi. "bagaimana anak muda? apa kamu tidak keberatan menikah dengan putriku?"
Abi menganggukkan kepalanya. "insya Allah saya bersedia dan sama sekali tidak keberatan Om, Tante. Akan tetapi saya tidak bisa menikah sekarang!"
"Loh, memangnya kenapa tanda tanya bukankah kamu bilang tadi serius dengan putriku?" Gisel sangat merasa kecewa mendengar perkataan dari Abi yang menolak menikah secepatnya.
"begini om om tante saya tidak bisa menikah sekarang karena keadaan yang tidak memungkinkan. Karena saat ini ayah saya sedang dirawat di rumah sakit karena mengalami kecelakaan semalam. Jadi saya tidak bisa menikah di saat hanya saya masih sakit. Sepertinya saya harus menunggu sampai ayah saya benar-benar sembuh." ujarnya Abi.
Brawijaya langsung mengerti arah pembicaraan dari pria di depannya itu. "oh.. jadi Begitu ceritanya, apanya sedang dirawat di rumah sakit Wijaya?"
Abi langsung menganggukan kepalanya. "Iya Om, ayah saya memang sedang dirawat di rumah sakit Wijaya."
"dan karena itulah aku kemarin malam pergi lagi ke rumah sakit pa! karena aku menemaninya menunggu proses operasi dari ayahnya. Jadi Papa dan Mama jangan memaksanya untuk segera menikahiku, karena dia sedang mengalami musibah. Kita tunggu saja sampai akhirnya sembuh." sahut Livia menimpali perkataan dari Abi.
"jadi begitu, aku pikir tadi kamu menolak menikahi putriku karena kamu hanya laki-laki suruhan dan gadis ini."
Gisel menatap curiga ke arah putrinya dan beralih ke arah Abi, seolah tatapannya tengah menelisik mencari kebenaran.
Degghhh..
Jantung Livia dan nabi saat ini sama-sama berdetak sangat kencang karena merasa kebohongan yang mereka rencanakan mampu dibaca oleh wanita yang sudah tidak muda lagi itu. Keduanya sama-sama saling bersitatap dan mencoba mengungkapkan kegelisahan mereka lewat sebuah tatapan.
Ampuni hambamu ini Tuhan, karena hamba sudah membohongi 2 orang yang berada dihadapanku ini,, tapi aku tidak pernah berniat untuk mempermainkan sebuah ikatan suci pernikahan. Jika memang benar nanti aku akan menikah dengan Nanda muda ini Oma aku akan berusaha dengan ikhlas menjalaninya. Aku pun akan berusaha merubah nona muda Livia menjadi seorang istri yang sholehah. Dan semoga saja dia bisa berubah menjadi seorang wanita yang lebih baik setelah menikah nanti.
"jika memang om dan tante tidak percaya dengan niat baik saya, maka saya bersedia menikahi Putri om dan tante besok. Akan tetapi, saya saya meminta tolong pernikahan ini diadakan di rumah sakit, di depan ayah saya." ujarnya Abi.
Sontak saja perkataan dari Abi membuat Livia langsung membulatkan kedua matanya. "A-apa kamu bilang sayang? nikah besok ke rumah sakit? apa kamu sudah gila? astaga.. hari ini aku benar-benar dibuat gila oleh Papa sama Mama dan terakhir kamu!"
"ayo ikut aku sekarang. Aku ingin berbicara sebentar dengan mu!"
Livia bangkit dari sofa dan berniat pergi meninggalkan ruang tamu tersebut untuk berbicara empat mata dengan Abi. Namun suara bariton dari sang Papa, membuatnya mengurungkan niatnya.
"duduklah Livia! apa kamu mau mengancam ambil karena dia bersedia menikahimu? apa tidak akan membiarkanmu melakukan niatnya itu. Karena Abi sudah bersedia untuk menikah, maka Papa dan Mama akan mempersiapkan semuanya. Kalian bersiap saja untuk acara besok!"
"papa benar Livia, lebih baik kalian berdua bersiap untuk acara akad nikah besok!" ucap Gisel.
Refleks Livia memijat pelipisnya, mendadak kepalanya terasa pusing begitu mendengar keputusan dari orang tuanya itu. Kemudian dirinya menatap tajam pria yang berada di depannya kini.
*Brengsek.. gara-gara perkataan pria miskin dan bodoh ini yang membuatnya kami jadi menikah, aku sama sekali tidak pernah berfikir akan secepat ini akan menjalani pernikahan palsu aku pikir Papa dan Mama akan memberikan waktu lebih lama lagi.
ini benar-benar sangat keterlaluan, sepertinya papa dan mama memang tidak mempercayai perkataanku. Ternyata aku terlalu menganggap remeh orang tuaku, ternyata mereka lebih cerdas dari ku, IQ ku saja yang diatas rata-rata tidak mampu mengalahkan kecerdikan Papa yang bisa membaca pikiran orang lain*.
Livia seketika itu mengeluarkan suaranya untuk menanggapi perkataan dari orang tuanya. "baiklah aku bersedia menikah besok, apa sekarang papa dan mama sudah percaya padaku? tidak masalah, toh kami berdua memang sama-sama saling mencintai."
"bukankah begitu sayang?" Livia beralih menatap kearah pria yang masih terlihat sangat tenang tak jauh dari dirinya.
"insya Allah." jawab Abi seraya tersenyum tipis pada Livia. Kemudian dirinya bangkit berdiri dari sofa. "sepertinya saya mohon pamit dulu om, tante. Karena saya ingin memberitahukan kabar bahagia ini pada ayah saya, dan ada sesuatu yang perlu saya selesaikan!"
Brawijaya langsung berdiri. "baiklah, kamu bersiap saja! tidak perlu mempersiapkan apapun, karena keluarga Wijaya yang akan mengurusnya. Kamu hanya perlu mempersiapkan hatimu agar bisa mengucapkan Ijab Qobul dengan lancar besok!"
"Aamiin ya robbal alamin. Iya om, saya akan mempersiapkan diri saya. Kalau begitu saya permisi dulu!"
Abidzar berjalan mendekati orang tua dari wanita yang akan dinikahinya itu dan mencium punggung tangan mereka.
Livia yang saat ini merasakan amarah yang membakar jiwanya, berpura-pura menyembunyikan apa yang tengah dirasakannya. Karena saat ini dirinya bersikap semanis mungkin pada Abi di depan orang tuanya.
"Pa, ma, aku antarkan dulu calon suamiku ke depan ya!"
"Iya, antarkan Abi kedepan dan belajarlah menjadi seorang istri yang baik." ucap Gisel pada putrinya itu.
"Iya ma, aku mengerti."
Livia berjalan di sebelah Abi, dirinya tidak ingin mengulangi kesalahannya yang tadi ditolak mentah-mentah oleh pria itu saat dirinya mau menggandeng tangannya.
Kini Abi dan Livia sama-sama melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Selama berjalan, keduanya hanya terdiam dengan pikirannya masing-masing.
aduh dengan pikirannya yang sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya, sedangkan Livia yang merasakan amarah yang teramat sangat besar akibat keputusan sepihak dari pria yang berada di sebelahnya itu. Dan begitu sampai di depan Mansion, Livia langsung meluapkan amarahnya. Namun dirinya marah-marah dengan suaranya yang lirik, karena tidak ingin didengar oleh orang lain.
"hei pria bodoh, kenapa kamu tadi mengambil keputusan sepihak tanpa bertanya lebih dahulu kepadaku? aku membayar mahal agar kamu bekerja dengan baik bukan bekerja seenak jidat mu seperti ini. Aku aku memang bilang kita memang akan pura-pura menikah, tapi tidak secepat ini juga kali!" ujarnya Livia.
"gara-gara keputusanmu itu, sehingga besok kita beneran jadi menikah. Rasanya aku saat ini ingin mengirim uang ke benua Antartika saja." sambungnya.
"maafkan saya nona, jika keputusan yang saya ambil ini membuat anda merasa murka. Akan tetapi, saya melakukan ini karena orang tua anda telah mencurigai saya. Apa anda tidak menyadarinya? dan jika saya sampai gagal meyakinkan orang tua nona, bukankah nanti malah akan merugikan nona? dan jika sampai itu terjadi, mungkin anda akan menuntut saya untuk segera mengembalikan uang yang telah anda berikan."
Livia mencoba menelaaah perkataan dari Abi yang menurutnya memang benar adanya, akhirnya dirinya tidak melanjutkan kemarahannya.
"Kamu benar juga, memang orang tuaku benar-benar bisa membaca pikiran orang lain. Baiklah, aku akan menerimanya. Lebih baik Aku menikah dengan pria yang aku bayar untuk bekerja denganku, daripada menikah dengan si Aldi yang sok kegantengan. Untung saja papa sudah bilang padanya untuk tidak datang ke Mansion, karena aku ingin mengenalkan calon suami."
"Oh ya, tadi kamu bilang ingin menyelesaikan sesuatu, memangnya menyelesaikan apa?"
"saya akan bertemu dengan calon istri saya yang asli nona!" jawab Abi seraya menatap kearah wanita yang ada di depannya itu.
"A-apa kamu bilang? jadi kamu ingin bilang kalau aku adalah calon istrimu yang palsu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Ina Nuraeni
semangaat lanjutnya thor,, 😍😍😍
2021-09-30
1