Bab 11

Livia yang membulatkan kedua matanya itu karena merasa sangat terkejut dengan perkataan dari pihak yang menjadi cinta pertamanya, seketika itu ia bangkit dari sofa dan mulai berjalan mendekati sang papa.

"Pa, apa-apaan sih! papa kemarin menyuruhku untuk memperkenalkan kekasihku bukan? Lalu kenapa sekarang tiba-tiba menyuruhku untuk segera menikah? bukankah tadi dikasih kubilang bahwa kami berdua masih dalam tahap saling mengenal sifat masing-masing. Kami berdua masih berusaha untuk saling mengenal akan kebaikan dan keburukan kami masing-masing titik jadi jangan memaksakan untuk berburu menikah!"

Aku memang sudah berjaga-jaga bahwa papa kan menyuruhku untuk menikah tapi aku sama sekali tidak pernah menyangka jika papa malah menyuruh menikah besok. Astaga.. ini bener-bener gila, apa semudah ini lagi bapak untuk menyuruhku menikah?

Brawijaya hanya terkekeh menanggapi kemarahan dari putrinya itu, dirinya kini menoleh kearah wanita yang berada di sebelahnya.

"Lihatlah istrimu itu Cinta, dia tidak ingin menikah dengan pria yang dicintainya itu. Bukankah itu sangat mencurigakan? Apakah kamu sepemikiran denganku?"

Gisel menatap ke arah putrinya kemudian beralih menatap kearah pria yang duduk di depannya itu dengan raut wajah tenangnya.

"Sepertinya aku sebentar pak denganmu sayang, apa putri kita saat ini tengah menipu kita agar kita membatalkan rencana perjodohan yang kita atur untuknya? sepertinya putri kesayanganmu itu tidak mengenal dengan baik papanya yang sangat cerdas dan bisa membaca pikiran." ujarnya Gisel.

Mendengar kalimat skakmat dari sang Mama terang saja membuat Livia menelan salivanya sendiri. Dirinya kini merasa sangat gugup karena takut kehilangannya itu ketahuan oleh kedua orang tuanya.

"apaan sih Papa dan Mama ini! Aku sama sekali tidak pernah mempunyai pikiran itu aku dan Abi memang sama-sama merasa saling cocok satu sama lain. Bukan seperti yang Mama bilang itu, aku sama sekali tidak merencanakan apapun kalau tidak bertanya tanya saja pada dia!"

Livia buru-buru mengarahkan jari telunjuknya ke arah pria yang saat ini sudah ditatapnya dengan tatapan mata yang sangat tajam. Seolah dirinya ingin menegaskan ancamannya pada pria yang sudah di bayarnya itu.

Ayo pria miskin, tunjukkan kemampuanmu itu untuk menyakinkan orang tuaku. Jangan sampai kamu gagal karena aku akan mengirimmu ke neraka jika sampai kamu gagal dalam pekerjaanmu hari ini.

Merasa dirinyanya ditunjuk dan di tatap sangat tajam oleh wanita yang sudah duduk diantara orang tuanya tersebut, membuat Abi yang masih bersikap sangat tenang itu langsung mengeluarkan suaranya.

"Sepertinya saya memang harus menjelaskan semuanya untuk menyelesaikan kesalahpahaman ini. Sebenarnya saya dan Patrio memang sedang menjalani.."

"Stop!!"

Brawijaya mengarahkan tangannya seolah memberikan kode agar Abi berhenti bicara.

"Bukankah tadi kamu bilang padaku bahwa kamu dan Livia saat ini sedang menjalani masa ta'aruf?"

Abi langsung menganggukkan kepalanya. "iya om, itu memang benar."

"Kalau begitu jelaskan padaku apa yang dimaksud ta'aruf itu. Jika kamu bisa mengatakannya, maka pasti kamu tahu artinya bukan? tolong jelaskan, agar putriku bisa mengerti dan memahaminya."

Abi menatap kearah Livia, beralih menatap kearah orang tuanya. Setelah berhasil menenangkan perasaannya, kini ia mulai mengeluarkan suaranya.

"ta'aruf adalah cara mengenal seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bertujuan untuk saling mengenal kepribadian masing-masing. Atau bisa juga diartikan berkenalan antara pria dan wanita secara islami yang bertujuan untuk mencari jodoh dan ta'aruf sangat berbeda dengan pacaran. Karena pacaran bertujuan hanya untuk bersenang-senang tanpa ada ikatan dan banyak sekali yang menganggap bahwa taaruf adalah pacaran syar'i atau islami. Padahal dalam Islam tidak ada yang dinamakan dengan pacaran."

Brawijaya seketika itu bertepuk tangan begitu Abi menyelesaikan ucapannya. "ternyata kamu memang seorang laki-laki yang sangat luar biasa anak muda titik aku bisa dengan tenang menyerahkan putri kesayangan ku kepadamu."

"bukankah begitu cinta? kamu setuju kan kalau mereka segera menikah? ternyata Putri kita mendapatkan seorang calon suami yang sangat sempurna, karena dia sangat mengerti ilmu agama dan insya Allah bisa membimbing Putri kita menjadi seorang istri yang Shalihah nanti. Karena Aku tidak ingin mempunyai seorang menantu yang berasal dari keluarga berada tapi ilmu agamanya nol. Ternyata Tuhan memberikan jodoh yang terbaik untuk Livia."

Gisel menganggukan kepalanya. "Kamu betul sekali sayang, aku sangat menyukai Abi, apapun yang terjadi dia harus menjadi menantuku."

Setelah mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, Gisel menatap ke arah Abi.

"kamu mau kan menjadi menantu di keluarga Wijaya? buat putriku yang sangat angkuh ini menjadi seorang wanita yang baik dan berbakti kepada suaminya serta menghormati orang lain. Aku sangat yakin bahwa pria sebaiknya dirimu tidak akan pernah mempunyai rencana yang buruk pada putriku. Aku yakin bahwa kamu tidak akan pernah menganggap pernikahan sebagai sebuah permainan."

"Astaga.. lagi-lagi mama malah mengatakan hal yang sangat konyol. Mana mungkin Abi mempunyai pikiran buruk. Jadi, Papa dan Mama dengan berpikir yang macam-macam pada Abi. Tapi bukan berarti aku dan dia harus menikah besok kan? karena itu sangat konyol sekali, bukankah semuanya itu perlu dibicarakan baik-baik dan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya?" ujarnya Livia.

Livia masih terus berusaha untuk menggagalkan rencana dari kedua orang tuanya itu.

Brawijaya menyetir kening istrinya yang terlihat sangat cerewet itu.

"bukankah tadi kamu sudah mendengar tentang penjelasan dari calon suamimu tentang ta'aruf dan pacaran? papa bisa mengerti saat Abi bilang sedang dalam masa taaruf denganmu itu berarti dia sangat serius ingin menikahimu. Karena itulah papa langsung menyetujui keinginan baiknya, lagi pula kamu sudah cukup umur untuk menikah. Apalagi yang mau kamu tunggu? apa kamu ingin menjadi perawan tua?" ujarnya Brawijaya.

"harusnya kamu mencegah mamamu yang dulu menikah di usia 18 tahun, dan sekarang masih terlihat muda dan sangat cantik saat kamu sudah berumur 26 tahun. Jika kamu tidak kunjung menikah, maka nanti kamu akan terlalu tua saat mempunyai seorang anak. Apa kamu mau dipanggil oleh orang-orang saat melihat kamu berjalan dengan anak mu kelak?" sambungnya.

Livia meringis kesakitan dan mengusap lembut keningnya itu. "Iissshh.. sakit pa, apaan sih papa. Bahkan sekarang aku masih sangat cantik di usiaku yang begini. Di luaran sana masih banyak wanita karir yang sukses dan belum menikah padahal usianya jauh di atasku tapi mereka enjoy saja pa, Karena itulah aku tidak masalah belum menikah sampai sekarang."

Karena merasa sangat kesal dengan perkataan dari putrinya itu, Gisel mengarahkan tangannya untuk menjeda berdaun telinga dari sang putri kesayangannya itu.

"dasar gadis nakal, buat apa kamu menciptakan yang tidak baik. Mama tidak ingin punya Putri perawan tua, biarkan para wanita karir itu sukses dalam karirnya. Toh juga nanti mereka akan menyesal jika sampai terlambat mempunyai keturunan, lalu kesuksesan mereka untuk apa jika tidak mempunyai seorang keturunan? Mama tidak ingin kamu terlambat menikah dan tidak bisa mempunyai anak karena sudah ketuaan."

"seperti sahabat Mama yang saat ini menyesali keputusannya dulu, karena terlalu terlena dengan karirnya yang sukses, membuatnya terlambat menikah dan akhirnya tidak bisa mempunyai keturunan sampai sekarang. Bahkan kekayaannya pun hanya untuk dipakainya berobat ke sana kemari agar bisa mempunyai seorang anak tapi usahanya sampai sekarang tidak membuahkan hasil juga." sambungnya.

"emangnya kamu mau seperti itu, menjadi perawan tua karena menunggu Om kesayangan mu itu?" ujarnya lagi.

Deghhhh

Livia seketika itu mati kutu mendapat kalimat telak dari wanita yang melahirkannya. Kemudian dirinya beralih menatap ke arah pria yang hanya terdiam mengamati interaksi mereka.

"Astaga.. Mama dan Papa masih saja mengungkit tentang Om kesayanganku, padahal aku sudah tidak memikirkannya."

Sementara itu Abi hanya bisa bertanya-tanya di dalam hatinya sendiri karena merasa sangat penasaran dengan siapa sosok yang dimaksud oleh dua orang wanita yang depannya kini.

Om kesayangan? emangnya siapa yang dimaksud kesayangan itu? apa dia adalah laki-laki yang dicintai oleh nona muda ini?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!