Bab 10

F**lashback on.

Abi yang sudah berada di rumah melihat paper bag yang berada di tangannya. saat ia hendak masuk ke dalam rumah, tetangganya menyerahkan sebuah paper bag yang berisi pakaian yang ia tahu merupakan pemberian dari wanita yang sudah membayarnya.

"Pakaian ini terlalu mewah dan bagus. Bahkan aku sangat tidak pantas memakai pakaian ini yang pastinya harganya sangat mahal. Apa aku harus menjadi orang lain saat bertemu dengan orang tua dari nona muda ini? lebih baik aku jadi diri sendiri dan tidak bersikap munafik di depan orang paling terkenal di Jakarta ini." ujarnya Abidzar.

Abizar langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan segera bersiap untuk pergi menemui orang tua dari sang putri mahkota.

Setengah jam kemudian guna terlihat ia sudah sangat rapi dan terlihat jauh lebih tampan dari sebelumnya.

"Subhanallah kenapa aku bisa berubah tampan ini setelah memakai pakaian mahal seperti ini? ternyata benar apa yang dikatakan oleh orang-orang yang mengatakan bahwawa uang bisa merubah segalanya. Bahkan aku yang sebenarnya biasa saja, bisa langsung berubah sedikit lebih tampan dari sebelumnya setelah memakai pakaian ini." ujarnya Abi.

Abidzar yang berdiri di depan cermin seketika itu menolehkan kepalanya saat mendengar suara ketukan pintu dari keluar rumah. Kemudian ia berjalan menuju ke arah pintu dan membukanya. Bisa dilihat ada seseorang pria paruh baya yang berseragam hitam yang sudah berada di hadapannya.

"Dengan Tuan Abidzar Albirru?" tanyanya.

"Iya pak, saya Abi. Bapak siapa ya kalau boleh tahu?"

"Saya adalah sopir di keluarga Wijaya, nona bunda Livia menyusul saja untuk menjemput anda."

"Ohh.. kenapa harus repot-repot sebenarnya saya bisa naik ojek online ke sana."

"Karena nona tidak ingin anda repot-repot mencari ojek, makanya undang-undang menyuruh saya tuan Abi."

"Baiklah pak, kalau memang saya harus naik mobil mewah menuju ke Mansion keluarga Wijaya, maka saya akan mengikuti keinginan dari nona muda Livia. mari berangkat sekarang, pak."

"Silahkan, Tuan." jawab sang supir.

Abidzar keluar dari pintu dan mulai mengunci pintu rumah. Kemudian ia berjalan menuju mobil mewah yang terparkir di depan rumahnya. Ia langsung masuk ke dalam mobil begitu dibukakan pintu oleh sang sopir.

"seharusnya tidak perlu membukakan pintunya seperti itu pak, karena saya bisa membukanya sendiri."

"tidak masalah Tuan, karena ini sudah menjadi tugas saya."

Setelah menjawab kalimat bernada protes dari pria yang sudah duduk di dalam mobil, sang sopir pun mulai menutup pintu dan berjalan kearah pintu depan dan masuk ke dalam mobil untuk segera mengemudikan mobilnya meninggalkan rumah tersebut menuju ke Mansion keluarga Wijaya.

Abi mengamati interior mobil mewah yang membawanya ke istana keluarga Wijaya, ia tidak berhenti mengagumi segala kemewahan mobil mewah tersebut. Setelah setengah jam perjalanan, mobil tersebut pun mulai masuk ke dalam bangunan yang menjulang tinggi dengan pintu gerbang utama berwarna emas. Tatapan penuh kekaguman lagi-lagi tampak jelas di wajah Abi,ia hanya bisa bergumam dalam hati.

Ternyata keluarga Wijaya yang sangat terkenal itu memang benar-benar luar biasa. Semua yang dimiliki mereka adalah berkah Tuhan yang sangat melimpah. Dari tadi Aku mengagumi keindahan mobil mewah ini Dan sekarang aku melihat secara langsung istana megah ini.

*Nona muda Livia memang sangat beruntung, karena berasal dari keluarga yang berada. Akan tetapi, hal itu membuatnya sangat sombong dan angkuh sayang sekali. Jika memang takdir Tuhan adalah membuatku menikah dengan nona muda Livia, mungkin itu adalah sebuah tugas berat untukku seorang nona muda yang angkuh menjadi sosok yang baik hati dan menghormati orang lain.

Flashback off*.

Livia yang terlihat tersenyum manis itu berjalan mendekati Abi dan berniat menggenggam tangan dari pria yang dibayarnya itu untuk kekasih pura-pura namun Abi menolaknya.

Abi menggelengkan kepalanya dan menggerakkan tangannya seolah berusaha memberikan sebuah kode penolakan.

"Tidak boleh My Livia, kita masih belum muhrim. Jadi, tidak boleh bersentuhan fisik sebelum kita menikah sudah resmi menjadi pasangan suami istri."

Begitu mendengar perkataan dari pria yang berada dihadapannya itu, Livia hanya bisa tersenyum kecut dan menelan salivanya. Sejujurnya, ia sangat malu karena ditolak oleh pria yang sudah dibayar untuk menjadi kekasih palsunya itu. Akhirnya ia hanya bisa mengumpat di dalam hati untuk mengungkapkan kekesalannya.

Brengsek.. *pria ini benar-benar sudah mempermalukan aku di depan Papa dan Mama. Arrrggggghhhh.. menyebalkan sekali dia sok suci banget sih dia, memangnya dia tidak pernah berpegangan tangan dengan wanita lain? atau hanya alasan saja karena tidak ingin berpegangan tangan denganku?

Harusnya dia merasa mendapatkan sebuah berkah, karena aku mau memegang tangannya dia. Tapi kenyataannya, yang ada dia malah menolak mentah-mentah di depan Papa dan Mama. Awas aja nanti kau, aku akan menghabisi mu. Arrrggggghhhh.. Aku sangat malu sekali, apa yang akan dipikirkan oleh Papa dan Mama*.

Setelah puas bergumam dan mengumpat dalam hati, Livia berusaha tersenyum pada pria yang berada di hadapannya tersebut.

"Ohh.. maafkan aku sayang, aku lupa. Aku kenalkan kamu pada Papa dan Mama."

Abi tersenyum tipis dan mulai menganggukkan kepalanya, kemudian berjalan di sebelah Livia.

"Pa,ma, dia adalah Muhammad Abidzar Al birru. Pria yang aku bicarakan kemarin." Livia beralih menatap kearah Abi. "Sayang, sapa Papa dan Mama ku ini."

Abidzar tersenyum tipis dan mulai berjalan mendekati ke arah orang tua Livia dan mulai membungkuk untuk mencium punggung tangan dua orang yang sangat terkenal itu.

"selamat pagi om, tante, saya Muhammad Abidzar Al birru."

Brawijaya Sangara dan Gisel yang dari tadi tidak berkedip menatap kearah pria yang merupakan kekasih dari putrinya itu hanya bisa berdetak kagum di dalam hati masing-masing saat melihat aura luar biasa dari pria yang terlihat penuh kesopanan itu.

"selamat pagi, jadi kamu kekasih dari putriku? duduklah, kita bisa ngobrol lebih santai di sana." jawab Brawijaya dan menunjuk ke arah sofa.

"lebih tepatnya saya dan Putri Om sedang dalam tahap ta'aruf. Kami berdua sedang sama-sama berusaha untuk memulai hubungan yang lebih serius, bukan sekedar pacaran seperti kebanyakan anak-anak muda zaman sekarang."

Setelah menjawab pertanyaan dari pria yang merupakan ayah dari wanita yang sudah membayarnya, Abi mulai mendekatkan tubuhnya di sofa.

Begitu pula dengan Livia yang sudah duduk disebelah Abi, karena ia tidak ingin merasa malu lagi di depan orang tuanya, maka kali ini dirinya duduk agak menjauh dari pria yang membuatnya merasa sangat kesal itu.

Sedangkan Gisel tidak berhenti-henti menetap secara bergantian ke arah ah ternyata dan juga pria yang sedang duduk di hadapannya. Sebenarnya ia hanya ingin diam dan mendengarkan percakapan dari suami dan kekasih dari putri satu-satunya tersebut. Namun rasa penasaran yang sangat tinggi membuatnya tidak bisa lagi menahan diri.

"umur berapa kamu, nak? kamu sudah lama mengenal, Livia?"

"Alhamdulillah tahun ini usia saya 25 tahun tante, dan saya sudah 1 bulan mengenal putri tante."

"oohh... apa benar kamu mencintai putriku? karena rasanya aneh saja saat melihat sebaik dirimu menyukai putriku. Memangnya kamu sudah tahu sifat asli dari putriku yang sangat kasar kepada orang lain? atau berpura-pura bersikap manis di depanmu karena ingin membuatmu tertarik padanya?"

"Iya Tante, tentu saja saya sangat mencintai putri Tante. udah Tante tidak pernah berpura-pura di depan saya, karena saya sudah tahu sikapnya saat pertama kali bertemu dengannya."

Suara bariton dari Brawijaya mulai terdengar. "Benarkah? jadi kamu sama sekali tidak merasa ilfil saat melihat putriku marah-marah? rasanya aneh sekali, kami tidak sedang merencanakan sesuatu kan? karena jika sampai di dalam otak begitu tengah merencanakan sesuatu hal yang jahat, maka aku akan langsung membuatmu menyesal dengan menjebloskan mu ke dalam penjara."

"InsyaAllah saya tidak pernah berpikir seperti itu om. Anda bisa memegang perkataan saya."

"Aku suka gayamu anak muda, kamu sangat percaya diri dan seolah tidak punya rasa takut saat berbicara denganku. Aku sangat menyukaimu dan merestui hubungan kalian, lebih baik kalian langsung menikah saja."

"Bukankah kalian berdua sama-sama serius menjalin hubungan dan tidak berniat bermain-main? jadi cuma aku ingin kalian berdua menikah secepatnya, bagaimana kalau besok? aku akan menyuruh orang untuk mengatur segala sesuatunya dan kamu tidak perlu berbuat apa-apa." timpal Gisel.

Sontak saja perkataan dari Brawijaya membuat Abi dan Livia yang sedang duduk bersebelahan itu sama-sama saling bersitatap, tatapan keduanya salah belum syarat makna yang mempertanyakan tentang apa yang harus mereka lakukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!