Livia langsung memutuskan panggilan telepon itu secara sepihak, karena merasa sangat kesal dengan perkataan dari pria yang baru saja dihubunginya tersebut. Ia merasa sangat emosi dan begitu kasarnya mulai mengumpat.
"Dasar pria miskin bodoh! Dia mungkin belum tau siapa papa. Berani-beraninya dia bicara seperti itu. Apa dia tidak pernah melihat tentang berita keluarga Wijaya? bahkan semua orang sangat menghormati, mengagumi sekaligus sangat takut jika berbicara pada papa. Nah ini orang malah songong banget, dia bilang tidak merasa takut pada papa karena sama-sama makan nasi." ujarnya Livia. Sejenak Livia menghela nafasnya.
"Astaga, mulutnya itu memang sangat pedas sekali. Awas saja nanti, kalau sampai dia membuat papa curiga, aku akan menghancurkannya. Oh iya satu lagi, aku lupa tentang hal yang mau aku bahas dengannya mengenai hubungan palsu ini. Lebih baik aku mengirim chat via WA saja." sambungnya.
Livia mulai mengetik pesan panjang pada pria yang pagi-pagi sudah membuatnya merasa emosi.
Livia
*Ini aku kirimkan daftar mengenai apa yang nanti harus kamu katakan mengenai hubungan palsu ini.
Anggap saja kita ini sudah saling mengenal ±satu bulan dan jatuh cinta pada pandangan pertama saat berjumpa dirumah sakit disaat kamu mengantarkan ayahmu periksa ke rumah sakit. Panggilan sayang kita yaitu kamu memanggilku my Livia dan aku memanggilmu sayang. Oh ya, bilang pada orang tuaku bahwa kamu menjalani sebuah hubungan yang sangat serius denganku, karena tidak ingin bermain-main dengan seorang wanita*.
"Semoga dia mengerti dengan apa yang aku katakan agar papa tidak merasa curiga. Jangan sampai sandiwara kami tercium oleh papa. Dan semoga saja pria miskin nan bodoh itu bisa diandalkan. Lebih baik aku mandi dan bersiap-siap." ujarnya Livia.
Kemudian Livia turun dari ranjang dan langsung berjalan kearah kamar mandi untuk melakukan ritual membersihkan diri. Ia memanjakan diri dengan berendam di bathtub seraya memutar lagu favoritnya.
Sebuah kebiasaan yang selalu dilakukannya saat merindukan pria yang masih sangat dicintainya itu. Yaitu, selalu mendengarkan dan menyanyikan lagu dari Avril Lavigne dengan meneteskan air matanya disaat menyanyikan lagu sedih tersebut. Musik pun mulai mengalun, dan Livia mulai menyanyikannya dan tak lupa pula diiringi isak tangisnya yang terdengar jelas di ruangan kamar mandi itu.
***When you're gone
by Avril Lavigne
I always needed time on my own. I never thought i'd need you three when i cry***
Aku selalu butuh waktu sendirian. Aku tak pernah berpikir aku membutuhkanmu disini disaat aku menangis
And the days feel like years when i'm alone. And the bed where you lie is made up on your side
Dan hari-hari terasa bertahun-tahun disaat aku sendiri. Dan tempatmu berbaring telah rapi di sisimu.
When you walk away i count the steps that you take. Do you see how much i need you right now
Saat kau melangkah pergi ku hitung setiap langkahmu. Tahukah kamu betapa aku membutuhkanmu sekarang.
When you're gone the pieces of my heart are missing you. When you're gone the face i came to know is missing too.
Saat kau pergi seluruh hatiku merindukanmu. Ketika kamu pergi wajah yang ku lihat kini juga menghilang.
When you're gone the words i need to. Hear to always get me through the day and make its okay.
Saat kau pergi kata-kata yang perlu ku dengar untuk mampu melalui hari-hari ini dan membuatnya baik-baik saja.
I miss you
Aku merindukanmu.
I've never felt this way before everything that i do reminds me of you and the clothes you left they lie on the floor
Aku tak pernah merasa seperti ini sebelumnya segala yang aku lakukan mengingatkanku padamu dan baju yang kini kau tinggalkan semuanya tergeletak di lantai.
And the smell just like you i love the things that you do when you walk away i count the steps that you take
Dan baunya sepertimu aku suka semua hal yang kau lakukan saat kau melangkah pergi ku hitung setiap langkahmu.
Do you see how much i need you right now when you're gone the pieces of my heart are missing you
Tahukah kamu betapa aku membutuhkanmu sekarang saat kau pergi seluruh hatiku merindukanmu.
When you're gone the face i came to know is missing too when you're gone the words i need to hear to always get me through the day
Saat kau pergi wajah yang mulai ku lihat kini juga hilang saat kau pergi kata-kata yang perlu ku dengar untuk mampu melalui hari-hari
And make its okay. I miss you
Dan membuatnya baik-baik saja. Aku merindukanmu
We were made for each other out here forever i know we we're, yeah
Kita diciptakan untuk saling melengkapi disini selamanya. Aku tahu demikian, yeah
All i ever wanted was for you to know everything i do, i give my heart and soul
Yang kuinginkan hanya kau tau segalanya rela aku lakukan, rela ku berikan hati dan jiwaku
I can hardly breathe, i need to feel you here me with me
Aku sulit bernafas, aku membutuhkanmu disini bersamaku
When you're gone the pieces of my heart are missing you when you're gone the face i came to know is missing too
Saat kau pergi seluruh hatiku merindukanmu saat kau pergi wajah yang mulai ku lihat juga hilang.
And make its okay. I miss you
Dan membuatnya baik-baik saja. Aku merindukanmu
Musik pun mulai berhenti, suara Livia yang sudah berubah serak karena efek sesak di dada akibat selalu menangis tersedu-sedu saat mengingat pria yang dari dulu sangat dicintainya.
"Om Fahri kesayanganku, aku sangat mencintaimu. Aku sangat merindukanmu. Kenapa Om Fahri sangat jahat padaku?" ujarnya Livia sambil menahan air matanya untuk keluar.
Setelah beberapa menit Livia menangis terisak karena membayangkan kisah percintaannya yang tragis. Kemudian setelah merasa sedikit tenang, ia kembali menatap foto pria yang sangat dicintainya itu.
"Tahukah kamu om Fahri? selama ini aku selalu berpura-pura menjadi gadis yang kuat didepan orang lain. Padahal yang sebenarnya adalah aku hanya seorang gadis kecilmu yang sangat rapuh. Karena sampai sekarang pun aku masih belum bisa melupakanmu om. Aku masih sangat mencintaimu." ujarnya Livia.
"Kenapa nasibku bisa seperti ini? aku memang memiliki segalanya, tapi aku tidak bisa memiliki satu hal yang aku inginkan dari dulu. Kekayaan, kecerdasan, karir cemerlang, itu semua tidak bisa membuatku merasa bahagia. Karena yang sangat aku inginkan saat ini tidak bisa aku dapatkan." sambungnya.
Setelah setengah jam Livia menumpahkan segala kesedihannya di dalam kamar mandi, karena saat berada di dalam kamar mandi ia bisa menjadi diri sendiri. Namun, saat dia keluar dari ruangan itu, ia berubah menjadi seorang nona muda yang dihormati oleh banyak orang.
Saat Livia bangkit dari bathub, indera pendengarannya itu menangkap suara dari wanita yang paling ia sayangi.
"Livia sayang, setelah selesai mandi cepat turun ke bawah! kamu harus menyambut kedatangan kekasihmu. Jangan sampai dia datang, tetapi kamu belum siap karena asyik berendam."
Livia mulai menyahuti perkataan dari sang mama dengan suaranya yang sangat kencang agar bisa mendengarnya.
"Iya ma, sebentar lagi aku selesai. Nanti aku turun, lagian dia juga mungkin masih berada di rumah."
"Baiklah, mama dan papa akan menunggumu di bawah."
"Iya ma." sahut Livia.
Setelah suara dari sang mama tidak terdengar lagi, Livia mulai berdiri di bawah shower dan mulai membersihkan sisa-sisa sabun yang menempel di tubuhnya. Beberapa menit kemudian, ia yang sudah merasa sangat segar setelah mandi mulai berjalan ke walk in closet untuk memakai pakaian yang akan dipakainya.
Kini, manik bening miliknya itu mulai menatap kearah beberapa pakaian yang berada di dalam lemari berukuran raksasa di hadapannya.
"Aku mau pakai baju apa ya?"
Livia refleks menepuk jidatnya saat menyadari kebodohannya sendiri. "Astaga.. kenapa aku harus repot-repot memikirkan baju apa? kenapa sekarang kamu malah ketularan bodoh, Livia? Aku tidak sedang ingin bertemu dengan laki-laki yang aku cintai, kenapa aku harus bingung? lagi pula aku memakai pakaian apapun juga akan tetap terlihat cantik, karena asli terlahir cantik."
Livia kemudian asal memilih gaun dan memakainya. Buru-buru ia menuju ke meja rias untuk sedikit memakai makeup agar tidak menampilkan kesan pucat pada wajahnya jika tidak memakai riasan. Sentuhan terakhirnya yakni lipstik yang senada dengan warna bibirnya, karena dia tidak menyukai warna lipstik yang terlalu mencolok.
Setelah merasa penampilannya sempurna, ia pun segera berjalan keluar dari kamarnya untuk turun ke lantai satu dan menemui kedua orang tuanya yang dari tadi sudah menunggu kedatangan pria yang telah dibayarnya untuk menjadi kekasih palsu.
"Kenapa aku jadi deg-degan seperti ini ya? kira-kira pria miskin itu berhasil tidak ya meyakinkan papa dan mama? karena jika sampai dia ketahuan, yang ada akulah yang akan menjadi korbannya nanti. Aku harus rela dijodohkan dengan pria yang sok kegantengan itu. Semoga pria miskin itu berhasil dalam tugas pertamanya." ujarnya Livia.
Livia sejenak menghela nafasnya dalam-dalam sambil menutup kedua matanya itu. Setelah berhasil menormalkan kegugupan yang ada dalam dirinya itu, kini Livia mulai berjalan dan menuruni anak tangga untuk menemui kedua orang tuanya. Namun, saat menapaki anak tangga terakhir, indera pendengarannya itu kini menangkap suara dari seseorang yang tidak asing ditelinganya.
"Assalamualaikum."
Muhammad Abidzar Albirru yang sudah berada di depan pintu utama itu kemudian masuk ke dalam ruang utama dimana disana sudah ada sosok yang sudah ditebaknya yaitu orang tua dari wanita yang saat ini berada di anak tangga terakhir.
"Waalaikumsalam." jawab Brawijaya dan Gisel serentak.
Keduanya pun menatap kearah pria yang sudah tersenyum dan berjalan mendekatinya dan membungkuk hormat pada mereka. Brawijaya dan Gisel mulai mengamati penampilan pria yang merupakan kekasih dari putrinya itu.
Sementara itu, Livia menatap ke arah pria yang terlihat sangat berbeda penampilannya dari yang sebelumnya ia jumpai di rumah sakit.
Ternyata pria miskin itu lumayan juga setelah memakai pakaian mahal yang aku belikan kemarin. Kesan pertama yang lumayan, semoga mama dan papa menyukai pria ini.
Kemudian Livia menampilkan senyuman paling manis dan menghampiri Abidzar. "Kamu sudah datang, sayang?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Rendy
lanjut
2021-09-29
0