Setelah memarkirkan mobil mewah kesayangannya, Livia terlihat langsung turun dari mobil dan langsung berjalan memasuki ruangan rumah sakit. Dirinya langsung berjalan masuk ke arah lift dan menuju ke lantai atas dimana tempat ruangan operasi itu berada. Bunyi denting lift menandakan pintu akan terbuka dan dirinya langsung melangkahkan kakinya untuk berjalan keluar dari lift.
Livia langsung disambut dengan baik oleh dokter yang sudah menunggunya. "Bagaimana, apa para dokter bedah sudah bersiap di ruang operasi?" tanyanya.
"Sudah nona muda, mereka semua sudah menunggu anda di dalam. " jawab dokter muda itu yang bernama Keysha yang menjadi asisten sang nona muda Livia saat menangani pasien.
"Baiklah, aku akan segera langsung ke ruangan operasi." jawab Livia itu dengan tegas.
Livia berjalan melewati ruangan administrasi dan samar-samar terdengar suara seorang pria yang sudah tidak asing lagi di telinganya itu. Karena merasa sangat penasaran membuat ia menghentikan langkah kakinya itu. Ia menolehkan kepalanya ke arah pria yang saat ini tengah membelakanginya dan terdengar sangat memohon kepada karyawan wanita yang berada di tempat administrasi itu.
"Mbak, saya mau bertanya. Kira-kira perkiraan biaya untuk operasi ayah saya itu berapa ya mbak?" tanya Abidzar Albirru.
"Anda siapkan saja uang seratus lima puluh juta untuk biaya operasinya mas, itu pun bisa jadi lebih jika ayah anda dirawat disini sampai sembuh." jawab karyawan administrasi itu.
Abidzar langsung membulatkan kedua bola matanya itu begitu mendengar nominal uang untuk biaya operasi sang ayah. Tentu saja uang sebanyak itu baginya itu sangat besar jumlahnya, karena dirinya hanya bekerja sebagai pekerja karyawan biasa di sebuah perusahaan kecil. Sejenak Abidzar terdiam
*Astaghfirullah hal adzim.. darimana aku harus mendapatkan uang sebanyak itu? bahkan uang di dalam tabunganku tidak ada separuhnya. Tapi ayah harus di operasi, aku juga tidak ingin terjadi sesuatu pada ayah. Darimana aku bisa mendapatkan pinjaman uang sebanyak itu?
Yaa Allah, berikan petunjuk mu pada hambamu ini yang sangat membutuhkan pertolongan mu. Hamba yakin engkau tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hambamu ini. Semoga ada orang yang baik hati yang akan maau meminjamkan uang untuk biaya operasi ayah, aamiin ya rabbal alamiin*.
"Saya akan mengusahakan uangnya mbak dan akan membayar biaya operasi ayah saya. Saya akan mencari pinjaman dulu, tapi tolong lakukan operasi sesuai jadwal. Saya juga tidak ingin kalau sampai terjadi sesuatu pada ayah saya." ucap Abidzar Albirru dengan menyatukan kedua tangannya untuk memohon kepada karyawan wanita yang ada di hadapannya itu.
"Anda usahakan saja uangnya mas, kami akan melakukan sesuai aturan dari rumah sakit ini. Jangan sampai nanti ayah anda sesudah di operasi dan mendapatkan perawatan medis tapi anda tidak bisa membayarnya." ucap karyawan wanita itu.
"Saya berjanji mbak akan membayar biaya operasinya, kalau begitu saya pergi dulu mbak, permisi." Abidzar Albirru membalikkan badannya dan tatapannya langsung bersitatap dengan manik wajah bening wanita yang masih sangat dihafalnya itu karena kata-katanya tadi.
"Anda lagi nona? apa anda ingin bicara dengan saya?" Abidzar menunjuk kearah dirinya sendiri.
Livia hanya tersenyum sinis melihat ekspresi pria itu yang terlihat sangat kusut. "Aku sama sekali tidak ada urusan denganmu, aku hanya ingin berbicara dengan karyawan di ruangan administrasi itu. Jadi jangan terlalu percaya diri, pergi sana!"
"Ohh begitu? baiklah nona, saya permisi dulu." Abidzar berjalan meninggalkan tempat itu dengan wajah kusutnya, tak lupa juga langkah kakinya yang terlihat seperti orang yang tidak mempunyai semangat hidup lagi.
Sementara itu, Livia langsung mendekati wanita yang sedang duduk di depan komputer itu. "Apa pria tadi itu adalah anak dari pasien yang mengalami kecelakaan dan akan di operasi?"
"Eh, selamat malam nona muda Livia. Iya, pria tadi itu adalah anak dari pasien yang menanyakan berapa kira-kira biaya untuk operasi dan pengobatan dari ayahnya. Sepertinya, dia saat ini sedang benar-benar merasa kebingungan, karena belum memiliki uang untuk biaya operasi ayahnya itu. Kasihan sekali masnya." ujarnya karyawan itu.
"Kalau kamu kasihan kenapa nggak kamu tolong? Pinjaman uang sana, untuk biaya operasi ayahnya itu. Bukankah gaji kamu juga banyak karena sudah lama bekerja disini? Oh iya, aku jadi sampai lupa. Tadi aku cuma mau bilang kalau di rumah sakit ini jangan panggil aku nona muda." ujarnya Livia.
"Lagi pula aku ini adalah seorang dokter di rumah sakit ini, jadi panggil aku dokter Livia saja. Karena aku lebih suka dengan panggilan itu. Itu lebih mencerminkan jati diriku dari usahaku sendiri tanpa embel-embel dari keluarga Wijaya. Mengerti?" Lanjutnya lagi.
"Mengerti nona, eh mengerti dokter Livia." sambil menutup mulutnya dengan tangannya sendiri lalu membukanya kembali. "Sepertinya ide anda tadi menarik juga, siapa tau dengan saya meminjamkan uang untuk mas yang berlesung pipi itu dia mau menjadi suami saya. Lumayan juga, dia juga lumayan tampan. Namun sayang, uang saya sudah habis untuk biaya kuliah adik saya. Jadi saya nggak bisa menolong mas ganteng itu, sayang sekali ya." sambil sesekali melihat kearah pria tadi yang sudah meninggalkan tempat itu.
Livia refleks menepuk jidatnya. "Astaga, kenapa aku sekarang malah mendengarkan curhatan mu? aku sendiri sampai lupa kalau aku sedang ditunggu di ruang operasi." Kemudian Livia langsung berlari meninggalkan tempat itu dan buru-buru masuk ke dalam ruang operasi.
Namun, tatapan matanya itu sekilas bersitatap dengan tatapan pria yang saat ini berada di depan ruang operasi itu.
Abidzar yang terlihat sangat kusut saat itu mengerutkan keningnya saat melihat wanita yang hampir menabraknya tadi masuk ke dalam ruang operasi ayahnya itu. "wanita itu kenapa dia bisa masuk ke dalam ruangan operasi? apa dia juga seorang perawat yang membantu dokter untuk melakukan operasi pada ayah? Arrrggggghhhh." sambil mengusap mukanya. "buat apa aku harus memikirkan wanita di luar nalar itu? lebih baik aku menghubungi beberapa sahabatku untuk meminta bantuan, siapa tau ada salah satu orang yang mau membantuku."
Kini Abidzar Albirru meraih ponselnya yang berada di dalam saku celananya itu. Kemudian ia mulai menghubungi satu persatu dari sahabatnya. Akan tetapi, ia hanya seperti menelan pil pahit kekecewaan karena teman-temannya itu tidak ada yang mau meminjamkannya uang. Bukan karena tidak mau, tetapi memang semua sahabatnya itu memang tidak mempunyai uang sebanyak itu. Satu jam menunggu di depan ruangan operasi dengan perasaan tak menentu, ia hanya bisa membaca do'a di dalam hatinya untuk mendo'akan sang ayah yang sedang di operasi.
Sejenak Abidzar menghela nafasnya dalam-dalam.
"Ya Allah, harus kemana lagi aku bisa meminjam uang? karena merasa bingung membuatku melupakan bahwa semua sahabatku adalah orang dengan gaji yang pas-pasan dan hanya cukup untuk menyambung hidup. Aku pasrahkan ini semua hanya untukmu ya Allah." sambil menghela nafasnya dalam-dalam dan memejamkan kedua matanya itu.
Lalu kemudian membuka matanya kembali.
" Sepertinya sekarang lebih baik aku pergi ke masjid. Aku harus selalu berdo'a, karena hanya ini yang bisa aku lakukan. Selain ikhtiar, aku akan selalu pasrah terhadap semua kehendakmu ya Allah. Semoga engkau segera memberikan sebuah petunjuk untukku. Aamiin"
Kemudian Abidzar bangkit dari kursi tunggu yang ada di depan ruangan itu. Saat dirinya tengah berjalan, kemudian terdengar suara dari seorang wanita yang tertangkap oleh indera pendengarannya itu.
"Hei, kamu si mulut ular!"
Livia yang baru saja keluar dari ruangan operasi itu melihat pria yang saat ini terlihat memunggunginya dan sudah melangkahkan kaki beberapa langkah meninggalkan ruangan itu.
Abidzar refleks dan berbalik badan untuk melihat kearah wanita yang sangat dihafalnya yakni wanita yang tadi hampir menabraknya itu.
"Nona memanggil saya?" Abidzar menunjuk ke arah dirinya sendiri.
Livia terus mengamati sosok pria yang ada di hadapannya itu. "Ya iyalah kamu. Memangnya siapa lagi? Sini!" kemudian Abidzar berjalan mendekatinya.
Setelah keduanya saling bersitatap. "Apa kamu sudah menemukan orang yang akan meminjamkan uang untuk biaya operasi dan perawatan ayahmu?" ujarnya Livia.
"Mm?" Abidzar terkejut. "Apa anda tadi menguping pembicaraan saya dengan karyawan itu? untuk apa anda menanyakan hal ini? memangnya anda mau meminjamkan saya uang?"
"Mmmm, sepertinya begitu." jawab Livia sambil tangannya bersedekap di dada.
"Hmm? benarkah nona? Anda mau meminjamkan saya uang?" tanya Abidzar seraya menatap kearah wanita yang terlihat sangat datar yang berada di depannya itu.
"Aku bahkan tidak akan meminjamkan uang, tetapi aku akan memberikan uang dua ratus juta untukmu secara cuma-cuma asalkan kamu mau bekerja untukku." ujarnya.
Abidzar Albirru langsung terlihat berbinar saat mendengar perkataan itu dari wanita yang baru saja ditemuinya seperti mendengar sebuah oase di padang pasir yang menghilangkan dahaganya.
"Sa-saya bersedia nona. Saya akan bekerja untuk anda. Memang nona membutuhkan saya untuk bekerja sebagai apa?"
"Aku ingin kamu menjadi suami pura-puraku." sahut Livia seraya menatap ke arah wajah pria itu yang saat ini tengah terlihat terkejut mendengar perkataannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Rendy
👍
2021-09-28
0