Esok harinya
Semerbak bau kopi hitam diatas meja yang dituang menggunakan air hangat itu memenuhi ruangan. Mikael menyeruput kopi hitam itu sambil menyilang kan kedua tangannya juga menyilang kan kakinya. Auranya mendominasi, menunjukan kewibawaannya.
"Bagaimana kau akan bekerja padaku?" Seru Mikael yang tidak sabar apa saja yang bisa dilakukan Arka untuknya.
"Kau lihat saja! Aku akan membuatmu takjub." Sembari sibuk mengetik kode-kode di laptop bosnya itu, Arka masih bisa berbicara sombong soal kemampuannya yang bisa mengendalikan semua sistem digital.
"Tapi yang kulihat, kau hanya sibuk memainkan laptopku. Banyak kerjaan yang harus diselesaikan, sini kemari kan laptopku."
"Apa kau punya orang yang sangat merepotkan saat ini?" Arka bertanya dengan senyuman licik terukir diwajahnya.
"Orang yang merepotkan ya?" Mikael mengernyitkan dahinya, tidak tahu apa yang dimaksud oleh Arka.
"Iya, misalnya perusahaan yang merepotkan mu. Dia banyak menghambat bisnismu misal!?" Arka tetap sibuk pada laptop dihadapannya, tangan dan jari kecilnya tidak berhenti menekan keyboard laptop dengan cepat.
Apa aku coba saja pada perusahaan si pejabat sialan itu. Mentang-mentang memiliki jabatan yang tinggi di negara ia dengan seenaknya korupsi dan membangkrutkan perusahan lain, selain itu juga ia pernah mengancam ku. Aku bisa mencoba melenyapkannya.
"Aku masih tidak percaya dengan apa yang kamu lakukan, sebaiknya kau jangan membuatku kecewa."
"Kau mau melihatnya atau tidak?" Dengan nada Angkuh Seperti biasanya, Arka mencoba menantang Mikael dalam kata-katanya.
"Baiklah, Perusahaan tambang XC milik Johnny Heemanto"
"Baik dan lihatlah, Aplikasi yang aku buat ini. Aku menamakan aplikasi ini sesuai fungsinya yaitu Revenge System. Ini adalah sebuah aplikasi balas dendam yang tak terlihat dan hanya aku saja yang bisa dioperasikannya."
Dengan sombongnya Arka menyuruh Mikael mendekat dan melihat apa yang ia lakukan untuknya. jari tangannya begitu gesit hingga layar yang terlihat di mata Mikael hanyalah sekelebat jendela apung dan kode-kode lainnya. Mata Mikael tidak berhenti melihatnya dengan tidak percaya apa yang dilakukan Arka, bocah berusia lima tahun sepertinya bisa menciptakan sebuah aplikasi yang hebat.
"Mari kita lihat apa yang akan terjadi pada musuh mu itu." Dengan senyuman liciknya Arka sedang menyiapkan hal yang bisa membuat Mikael akan mempertimbangkannya.
"Sekarang kau lihat media dan Televisi, berita live sepertinya lebih seru."
Mikael mengikuti apa yang di perintahkan oleh Arka, ia pun berjalan dengan kaki panjangnya itu mengambil sebuah remote dan menyalakan televisi yang menggantung di ruangannya
Tv : "Presiden Perusahaan tambang XC melakukan perselingkuhan secara terang-terangan di publik dan meposting uang hasil korupsinya sendiri di akun media sosial miliknya, selain itu ada laporan mengenai penyuapan pada pihak pengadilan saat penebangan hutan yang berakibat bencana yang menimpa puluhan rumah warga.
Namun Presiden XC karena berhasil menyuap hakim dan jaksa lainya di pengadilan. Para warga yang sangat dirugikan tidak bisa melakukan apa-apa."
" Lihat? baik selanjutnya adalah menghancurkan perusahaan sampai rata dengan tanah."
"Ratusan warga yang mengamuk merasa dirugikan oleh perusahaan Pertambangan XC berbondong-bondong membawa minyak dan obor dan beberapa senjata lainya. Polisi tidak bisa menghentikan ratusan warga tersebut dan akhirnya gedung perusahaan XC berhasil di bakar warga pemadam kebakaran terhambat oleh kelakuan warga yang menghalangi jalannya pemadam kebakaran.
akhirnya para tentara berhasil di kerahkan dan menenangkan amukan warga pemadam kebakaran pun berhasil memadamkan Api namun naas sijago merah telah menelan semuanya. Perusahaan Pertambangan XC pun dikatakan bangkrut. Tidak ada korban dalam peristiwa ini."
"Bagaimana?" sambil menyilang kan kedua tangannya, Arka menunjukan kehebatannya dengan sombong.
"Lumayan juga aku akan memberimu seratus juta yang kau minta. Aku akan segera mengirimkan uang pada rekening ibumu. tapi bagaimana kau bisa melakukannya"
"Itu mudah saja tadinya jika kau mau membunuhku aku akan melakukan hal yang sama, tapi Ada satu lagi yang ku inginkan."
"Apa yang kau mau katakanlah."
"Kau harus memanggilku papah!"
"Mana mungkin kita tidak sedarah. Kau ini serakah sekali ya. Lagian seharusnya aku yang seperti itu aku ini lebih tua darimu"
"Oke sesuai permintaanmu, kau tidak bisa menariknya kembali. Aku akan memanggilmu papah"
"Hei bocah, kau berusaha memancingku kan?"
"Tidak kau yang mengatakannya sendiri. Sekarang papah gendong aku! Aku mau makan spageti saus bolognese untuk makan siang"
Mikael pun menggendong Arka yang beratnya sangat ringan sekali.
"Hey kau ringan sekali, apa kau tidak makan dengan baik di rumah?"
"Masakan ibuku sangat enak. tetapi akhir-akhir ini ibuku sering sekali murung. mungkin ini gara-gara pria brengsek itu, ia selalu menyiksa ibuku walau kami sudah tidak serumah."
"Apa dia ayahmu?"
"Kurasa bukan, istri keduanya menceraikannya karena ia mandul tetapi ia menyalahkannya pada istrinya itu."
"Lalu kau ini anak siapa?"
"Anak papa Mikael. Kau seperti malaikat Mikael yang baik hati"
"Kau gila aku belum menikah tahu."
"Kalau begitu menikahlah dengan ibuku dan aku akan memaksanya bercerai dengan pria brengsek itu."
"Hahaha, aku tidak bisa melakukan itu."
"Aku tidak peduli dengan apa yang kau katakan."
Mikael menteraktir banyak sekali makanan untuk Arka. Spaghetti bolognese kesukaan Arka pun tersedia di meja makan mereka, tanpa sengaja Arka dan Mikael memiliki makanan dan minuman favorit yang sama.
Arka : "Papah, Arya mana?"
Mikael : "Mungkin ia belum beres dengan pekerjaannya."
Arka : "Emang kak Arya kerja apa?"
Tidak lama kemudian Arya datang bersama Ken. Arya begitu manis sekali menggunakan pakaian kerjanya, sedangkan Arka menolak pakaian kerjanya pada saat itu. Arka lebih nyaman menggunakan baju sekolahnya dibandingkan dengan seragam kerja itu.
Ken : "Kau cepat sekali beradaptasi dengan panggilan baru mu itu Mikael." Ken yang berusaha mengejek Mikael dengan kata-kata itu, namun Mikael mengabaikannya.
Arya : "Hey kalian tidak menunggu ku?"
Arka : "Kau sangat lama bodoh."
Arya : "Kau ini akan ku laporkan pada ibu, ble~ ;p"
Arka : "Dasar tukang adu!"
Arya yang baru datang menemui mereka bersama Ken itu pun segera duduk di sebelah Mikael. lama-lama kedua anak itu bertengkar hebat dan membuat Mikael sangat kesal karena tidak menikmati makanannya.
Mikael : "DIAM KALIAN BERDUA!"
ia menghentakan tangannya ke meja makan dengan keras sekali. Semuanya terdiam. Tampaknya ia sangat marah sekali. Arya dan Arka bergetar ketakutan.
Ken : "Kau tidak boleh terlalu kasar pada anak-anak, mereka memang suka begitu."
Mikael : "Inilah kenapa aku tidak menyukai anak-anak mereka sangat berisik."
Ken : "Tenangkan emosimu! mereka menjadi ketakutan."
Arka : "Papa~"
Arya : "Ayo kita pulang saja Arka. Dua sepertinya sama dengan monster itu, kau tidak boleh memanggil pria asing dengan sebutan papa lagi mengerti."
Arya membantu Arka turun dari kursinya yang tinggi itu dan menatap tajam Mikael. Menandakan peringatan.
Arya : "Ken tolong antar kan aku dan Arka pulang."
Ken dengan senang hati mengantar mereka pulang. mereka pulang lebih sore dari biasanya tetapi mereka berhasil diantarkan kembali ke apartemen itu dengan selamat.
Aya : "Sebenarnya kalian pergi kemana? kenapa wajah kalian begitu?"
Arya : "Kami pergi mencari uang bu."
Aya : "Apa yang kalian lakukan setiap hari orang-orang berseragam rapih mengantarkan kalian pulang tahu tidak ibu sangat mencemaskan kalian?"
Arka : "Aku sudah mentransfer 100 juta pada ibu aku akan membayar sisa biayanya nanti."
Aya : "Kalian berdua! Katakan dengan jujur kalian bisa menghasilkan uang darimana!?"
Arka : "Apa sekarang ibu membentak ku juga? Padahal aku tidak berbuat salah?"
Arka berlari dan menutup pintu kamarnya sedangkan Arya terdiam tidak mau menjelaskan situasi sebenarnya.
Aya : "Jika kalian tidak mau menjelaskannya pada ibu, ibu bisa bertanya pada orang yang mengantarkan kalian."
Arya : "Jangan ibu! Orang itu sangat berbahaya."
Aya : "Lalu bagaimana kalian menjelaskannya pada ibu?"
Arya : "Ibu sebenarnya kami bekerja sama dengan seorang mafia."
Aya :"MAFIA!?"
Arka yang tidak tahan karena Arya membocorkan rahasianya, keluar dari kamarnya dan berteriak-teriak sangat keras. Ia meluapkan amarahnya pada ibu dan kakaknya sendiri.
Arka : "SUDAH CUKUP ARYA! JANGAN BERITAHU IBU HAL YANG BODOH SEPERTI ITU!"
Arya : "Hei, ada apa denganmu? Kau tidak menghargai ibu sama sekali?"
Aya : "ARKA-ARYA! jika kalian berani merahasiakan SESUATU LAGI IBU TIDAK AKAN DIAM."
Arka : "Ibu Jahat! Sebelumnya ibu tidak pernah memarahiku."
Arka kembali ke kamarnya dengan wajah penuh Air mata. Ia menangis sangat keras sekali di kamarnya. Guncangan hebat bagi Aya yang pertama kali membentak keras anaknya sendiri. Sedangkan Arya tetap berdiri diam tidak melakukan Apapun.
Aya : "Arka maafkan ibu nak, ibu tidak bermaksud membentak mu."
Arya : "Biarkan saja Ibu, ini semua salahnya. Dia sangat nekat hingga mau berkerja sama dengan mafia kejam itu."
Aya : "Ibu tidak bermaksud untuk melarang melakukan apa yang kalian suka tapi jika ini berhubungan dengan hal yang berbahaya tentu ibu sangat khawatir."
Arya : "Aku mengerti, Bu. mulai besok aku akan berhenti dan membantu ibu di Toko peliharaan ibu saja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments