Beauty & Berondong
Ayunda berjalan dengan langkah terpincang, menyusuri deretan jenazah yang disusun dengan tak beraturan. Seolah mengabaikan rasa sakit di sekujur tubuhnya Ayunda terus menatap satu persatu wajah yang sudah terbujur kaku tersebut, dan terus merapalkan doa dalam hati agar tak menemukan wajah Mama, Papa, Oma, serta Opanya.
Ayunda masih berharap kalau keempat orang yang ia cintai tersebut juga selamat seperti dirinya dan mungkin sedang berada di suatu tempat yang tak Ayunda ketahui.
Bahkan Ayunda masih bercengkerama dengan mereka semua beberapa saat yang lalu, sebelum gelombang besar itu mendadak datang dan meluluhlantakkan semuanya. Memisahkan Ayunda dengan Mama, Papa, Oma, serta Opanya.
Langkah Ayunda terhenti saat netranya menangkap dua wajah yang telah terbujur kaku itu tepat di depannya. Mama Flo dan Papa Kenzo dibaringkan berdampingan dengan tubuh kaku yang tak lagi bernyawa. Ayunda bahkan tak bisa lagi menangis sekarang karena hatinya merasa sangat sedih.
Hanya dalam hitungan menit dan kini Ayunda yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke dua puluh tahun bersama kedua orang tuanya kini sudah berganti status menjadi seorang anak yatim piatu.
Tak jauh dari jenazah kedua orag tuanya, Ayunda juga menemukan jenazah oma dan opanya yang sudah meninggalkan Ayunda untuk selamanya. Rencana liburan keluaga Wijaya telah berubah menjadi sebuah kepiluan. Empat orang yang Ayunda sayangi sudah pergi bersamaan, meninggalkan Ayunda sendirian di tempat ini.
Sendirian!
Kriiiing!
Suara alarm dari jam weker yang berada di atas nakas langsung membuyarkan semua mimpi Ayunda tentang kejadian pilu enam tahun yang lalu.
Ayunda duduk di tepi tempat tidur dan mengusap airmata yang menggenang di pelupuk matanya sambil menatap ke sekeliling kamarnya yang sederhana. Semua kemewahan yang dulu pernah Ayunda rasakan, sekarang sudah lenyap bersama dengan kepergian Mama, Papa, serta Oma dan Opanya.
Perusahaan milik keluarga Wijaya langsung kolaps setelah kepergian Papa Ken. Ayunda yang kala itu baru genap dua puluh tahun juga tak tahu menahu tentang perusahaan milik keluarga Wijaya tersebut.
Kini Ayunda tinggal bersama Opa Ronny. Satu-satunya keluarga yang masih Ayunda miliki. Bersama Opa Ronny, Ayunda mengurus sebuah panti asuhan dan berusaha menghilangkan kesepian dalam hatinya bersama belasan anak-anak yang bernaung di panti asuhan ini.
"Ay! Melamun lagi?" Tegur Opa Ronny yang kini berdiri di ambang pintu kamar Ayunda.
"Nggak, kok, Pa!" Kilah Ayunda yang langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri sang opa, lalu membenarkan syal yang membalut leher pria tua tersebut.
"Jangan suka melamun pagi-pagi!" Nasehat Opa Ronny.
"Iya, Opa!" Jawab Ayunda dengan nada sedikit lebay.
Ayunda segera pergi ke kamar mandi yang ada di dekat dapur untuk mencuci muka.
Langit di luar panti asuhan masih gelap karena memang ini masih pukul empat pagi. Namun Ayunda biasa memulai paginya lebih cepat karena ia harus menyiapkan sarapan untuk anak-anak penghuni panti yang kini berjumlah lima belas anak, ssbelum pergi ke kantor.
"Pemuda yang kemarin mengantarmu itu pacar baru kamu?" Tanya Opa Ronny membuka obrolan.
"Bukan!" jawab Ayunda cepat.
"Kemarin itu Ay udah pulang naik ojek, Pa! Tapi motor ojeknya mogok di tengah jalan. Trus si pemuda tiang listrik itu mendadak lewat dan menawari tumpangan."
"Bukan menawari, sih. Tapi memaksa Ay agar mau diantar pulang," cerita Ayunda panjang lebar seraya memotong-motong kacang panjang untuk ia jadikan tumis kacang panjang. Opa Ronny membantu mengupas bawang dan Opa Ayunda tersebut masih terlihat gesit di usianya yang sudah senja.
"Kelihatannya pemuda yang baik," pendapat Opa Ronny yang hanya dijawab Ayunda dengan endikan bahu.
"Tidak ada salahnya kau mulai membuka hati lagi, Ay! Brian juga sudah beristirahat dengan tenang. Kau tidak bisa terus meratapi kepergian Brian," nasehat Opa Ronny yang langsung membuat Ayunda menghentikan aktivitasnya sejenak.
Sudah beberapa tahun berlalu sejak Brian meninggalkan dunia ini dan meninggalkan Ayunda yang semakin merasa kesepian.
"Brian! Kaukah itu?" Ayunda meraba-raba dinding kamarnya dan mencari keberadaan jendela di kamarnya, karena mendengar ketukan khas dari jendela kayu tersebut.
Tidak ada yang mengetuk dengan nada seperti itu selain Gabrian, pacar Ayunda yang sebentar lagi akan menjadi suami Ayunda.
"Ba!" Brian langsung memegang tangan Ayunda yang baru saja membuka jendela.
Kejadian bencana alam tiga tahun silam sudah membuat Ayunda mengalami gangguan penglihatan. Seminggu setelah Ayunda pulang ke rumah, pandangan mata Ayunda mendadak menjadi kabur dan semakin lama menjadi semakin parah.
Setelah dibawa ke dokter, Ayunda didiagnosa mengalami kerusakan di bagian kornea mata karena hantaman beberapa benda sewaktu Ayunda terombang-ambing di dalam ombak. Dan sejak saat itu, Ayunda mulai kehilangan penglihatannya.
Beruntung Brian yang merupakan pacar Ayunda sejak mereka masih sama-sama duduk di bangku kuliah, tetap menerima kondisi Ayunda tersebut dan tak mempermasalahkannya sama sekali. Pun dengan keluarga Brian yang juga adalah donatur di panti asuhan Ayunda, tetap menerima kondisi Ayunda yang sekarang.
"Kau sedang apa disini? Bukakah seharusnya kau duduk diam di rumah dan tidak kemana-mana?" Tanya Ayunda pada Brian yag tiba-tiba sudah muncul di jendela kamarnya.
Penikahan Ayunda dan Brian rencananya akan dilaksanakan esok hari, dan sekarang Brian malah menemui Ayunda diam-diam ke panti asuhan.
"Aku merindukanmu!" Brian mengecup bibir Ayunda.
"Besok udah nikah juga!" Ayunda mendorong dada Brian agar menjauh dan sedikit tergelak.
"Sudah siap untuk besok?" Brian berbisik di telinga Ayunda.
"Siap apa?" Tanya Ayunda pura-pura polos.
"Siap lembur sampai pagi," bisik Brian lagi yang sontak membuat wajah Ayunda menjadi tersipu.
"Dasar mesum! Pulang sana atau aku laporin ke Bunda kamu nanti," usir Ayunda seraya mengancam calon suaminya tersebut.
"Baiklah! Satu ciuman lagi lalu aku akan pulang," Brian kembali mencuri satu ciuman dari Ayunda.
"Pulang sana!" Usir Ayunda sekali lagi.
"Aku pulang dulu, Sayang! Selamat tinggal! Jangan kangen, ya!" Pamit Brian yang segera ngacir dari jendela kamar Ayunda. Tak berselang lama, deru suara motor Brian terdengar semakin menjauh.
Ayunda masih merenungi kalimat pamitan Brian tadi.
Kenapa Brian mengucapkan selamat tinggal?
Bukankah besok mereka akan bertemu lagi dan menjadi sepasang mempelai pengantin?
Dan semua pertanyaan Ayunda tersebut seolah menemukan jawaban beberapa jam selanjutnya saat kabar tentang kecelakaan yang dialami Gabrian sampai di telinga Ayunda dan langsung membuat dunia Ayunda runtuh seketika.
Gabrian mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang dari panti asuhan menuju ke rumahnya. Gabrian langsung menghembuskan nafas terakhir beberapa saat setelah calon suami Ayunda tersebut dibawa ke rumah sakit.
Brian meninggal sehari sebelum acara pernikahannya dengan Ayunda.
.
.
.
Bingung?
Sama, othor juga bingung 😂
Ayunda Zhia Wijaya adalah putri tunggal Kenzo Wijaya dan Florentina. Ingat dong, kisahnya hantu Zhia yang jadi mak comblang hubungan Ken dan Flo di "Istri Untuk Kenzo"
Terima kasih buat yang masih setia mengikuti dan membaca karya-karya receh othor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
susi 2020
😂😂😂
2023-02-19
0
susi 2020
🤔🤔🤔
2023-02-19
0
🔵ᴹᴿˢ᭄Ney Maniez●⑅⃝ᷟ◌ͩ ⍣⃝ꉣꉣ
mampir
2022-06-01
0